Widyanti Asty

    • Home
    • About Me
    • Contact Me
    Konten [Tampil]
      "Ayo ambil mainan kamu, bawa sini. Kalau gak mau, yaudah kita gak usah main bareng lagi."

      Dari kalimat sekilas, kita tahu betul bahwa kata-kata itu kurang enak didengar, apalagi dari anak-anak. Di samping itu, sadar gak sih, Mom, kalau ada pesan mengancam yang tersembunyi dari kalimat itu? Nah, gimana kalau anak kita malah terbiasa mendengar kalimat ancaman serupa di kesehariannya? Drama pertemanan ini mungkin banget kejadian lho saat anak sudah memasuki fase bersosialisasi dengan teman sebayanya.

      Saya akui, jujur, saya masih sering banget kelepasan ngomong sama Biandul dengan nada mengancam begitu, meskipun sebenarnya yang saya maksud adalah memberi tahu tentang konsekuensi dan sebab-akibat. Dua hal ini berbeda, tapi sering banget terkecoh saat diaplikasikan sehari-hari. Apalagi kalau udah kadung emosi, huh mana sempat tuh mikir sebelum berucap. Benar-benar deh parenting tuh tricky banget. Merasa paling paham padahal masih sering keliru. Nah, kuncinya memang ada di kontrol diri kita, dan kemauan untuk belajar mengendalikan emosi, juga kemampuan berkomunikasi dengan anak-anak.

      Misalnya:
      • Mode mengancam: "Kalau kamu gak mau tidur, besok gak boleh main!"
      • Mode edukasi: "Nak, kalau kamu gak mau tidur dan kurang istirahat, nanti kamu jadi sakit. Kalau kamu sakit, Mama gak bolehin kamu main sama teman-teman, lho. Karena orang sakit itu gak punya tenaga untuk main, jadi cuma bisa tiduran doang di dalam kamar."
      Kelihatan kan ya bedanya? Iya, tapi niat awal mau edukasi sebab-akibat, malah berakhir mengancam karena anaknya susah dibujuk dan kita kepancing emosi, hahaha. Wis biyasaaaa! 😂

      https://widyasty.com

      Balik lagi ke kalimat di awal tulisan ini, emang itu omongan dari siapa sih?
      Dari teman mainnya Biandul di rumah. Kebetulan banget saya dengar sendiri malah. Jadi, memang langsung saya tanggapi karena ini berurusan dengan anak saya. Pas dengar anak saya diancam sama teman mainnya kayak gitu, rasanya darah langsung naik ke atas kepala semua, terus mendidih ngebul. Bayangin aja, kalau dari kecil anak saya terbiasa dengar ancaman kayak gitu kalau main sama temannya. Bisa-bisa dia jadi korban bullying, kalau gak berani melawan. Atau, lebih parahnya lagi, dia yang akan terbiasa mengancam teman lainnya dan berisiko menjadi pem-bully. Haduh, pusing mamak.

      Sebelumnya, Biandul memang sering bawa mainannya sendiri dari rumah. Kadang, mereka juga suka main di dalam rumah. Mungkin, anak-anak yang lain suka sama mainan Biandul, jadi mau pinjam lagi. Tapi, memang cara mereka meminjam itu gak tepat aja sih. Ya, namanya juga anak orang. Kita mana bisa kontrol sikap-sikapnya, yakan? Nah, ketika main di rumah, kadang semua mainan juga diberantakin. Kalau udah bosan, mereka pergi gitu aja tanpa mau beresin bareng-bareng. Jadi saya yang spaneng, akhirnya gak ngebolehin lagi mereka main di dalam rumah, setelah sebelumnya pernah coba ngomong baik-baik untuk beresin lagi semua mainan sebelum pulang, tapi gak mempan dan gak ngaruh. Setelah gak saya bolehin main di dalam rumah lagi, ternyata mereka malah jadi sering nyuruh-nyuruh Biandul bawa mainan dari rumah untuk dimainin di luar.

      Awalnya, saya perhatikan sambil diam. Mencoba maklum karena ya mungkin anak-anak mau saling pinjam mainan. Tapi, kalau dilihat dari respon Biandul, sepertinya anak ini gak nyaman disuruh-suruh, tapi tetap masih mau main sama mereka. Jadi, mau gak mau nurut aja tuh disuruh. Terakhir kali, saya dengar sendiri kalimat ancaman itu, Biandul ternyata gak berani menolak atau melawan. Jadi, dia pulang dengan wajah cemberut sambil minta izin bawa mainannya keluar.

      Saya, yang agak gak rela, tahu anak saya disuruh-suruh mulu sama temannya, berusaha mencari cara paling bijak, meskipun lebih merasa berat sebelah karena mau membela anak saya. Sejujurnya, saya gak mau mengajarkan anak untuk pelit dan tidak berbagi mainan, tapi di sisi lain, saya juga butuh mendidik anak saya untuk gak selalu menuruti apa yang disuruh  temannya. Saya takut banget kalau dibiarkan, anak saya lama-lama terbiasa untuk gak membentuk mode pertahanan dan jadi korban bully oleh temannya.

      Jadi, apa yang saya lakukan?


      MEMBERI PENGERTIAN KE ANAK

      Sebelum saya mengurusi anak orang lain, saya lebih memilih untuk fokus ke anak saya sendiri. Saya mulai sering kasih pengertian, bahwa gak apa-apa menolak meminjamkan mainan bila gak mau. Gak apa-apa kalau gak diajak main lagi, karena masih bisa main sama teman yang lain, atau main di rumah sama Mama, Ayah, Tante, Om, Uti, dan Kakung. Kita semua akan selalu ada untuk menemani dia bermain. Kita akan dengan senang hati menemani dia bermain di taman atau playground supaya bisa bertemu dengan teman sebayanya yang lain.

      Gak lupa juga, kita validasi perasaan dan mengenalkan emosi. Saya bisa bilang bahwa kalimat itu merupakan sebuah ancaman, dan saya gak mau anak saya terbiasa diancam saat bermain, atau dia mulai meniru kalimat ancaman tersebut ketika berkomunikasi dengan keluarganya. Saya selalu bilang, "Kalau diancam teman, dan kamu gak nyaman, jangan takut untuk melawan." Saya juga sering bertanya apa perasaannya ketika mendengar temannya mengancam seperti itu. Dia jawab, "Nanti dia gak mau main lagi sama Bian, kalau Bian gak ambil mainan." Lalu, saya balas, "Gak apa-apa, Bian. Lebih baik kamu bermain dengan teman yang saling menghargai, bukan cuma menyuruh atau mengancam aja. Teman Bian kan gak cuma satu aja."


      MENGAJARKAN ANAK CARA BERKOMUNIKASI YANG BAIK

      Saya merasa Biandul perlu diajarkan cara melawan, tapi bukan dalam konteks kasar atau keras. Saya berharap dia bisa mempertahankan dirinya ketika berada dalam keadaan yang gak nyaman. Jadi, ketika temannya mengucapkan sesuatu yang gak baik, dia tahu dan paham untuk gak ikut-ikutan, justru malah membalas dengan hal yang benar.

      Misalnya, ketika temannya meminjam mainannya dan ternyata gak dibalikin (sering banget kejadian), saya minta Biandul untuk ke rumahnya dan meminta mainannya kembali dengan sopan. Ketika temannya mengancam seperti kalimat di awal tulisan tadi, dia bisa menjawab, "Maaf ya Bian gak mau bawa mainan ke luar rumah, kita main yang lain aja ya di luar." Kalau temannya gak mau, yaudah saya suruh Biandul pulang aja dan main sendiri di rumah.

      Meskipun beberapa kali saya bilang kalau sikap temannya itu sering gak baik untuk dicontoh, kadang besoknya pun dia masih tetap mau main bareng. Anak-anak emang masih pure banget ya perasaannya, gak ada rasa dendam, gak pilih-pilih teman, yang penting mereka senang-senang bareng. Nah, tugas orangtua yang harus tetap memantau pergaulannya, supaya gak semua sifat temannya itu kebawa dan diikuti, karena ada juga yang perlu dihindari.


      AJAK ANAK BERCERITA SETIAP HARI

      Sebenarnya poin ini justru yang paling penting. Anak harus terbiasa berbagi cerita ke orangtua, supaya kita bisa tetap tahu apa aja yang dia lakukan sama teman-temannya di luar rumah. Kan gak selamanya kita bisa kontrol anak terus, karena ada saatnya dia punya dunianya sendiri di luar rumah. Nah, untuk hal ini, saya senang banget karena tanpa ditanya pun Biandul sering cerita ke saya di rumah.


      Yang bikin mengejutkan, ternyata ceritanya Biandul sering bikin shock hahaha. Pas lagi main, teman-temannya nonton YouTube, ternyata isi tontonannya mengerikan banget dan gak seharusnya ditonton anak-anak. Saya langsung bilang, "Nak, itu gak seharusnya dilihat anak-anak, lho. Lain kali, kalau kamu main tapi teman-teman malah nonton hp, kamu pulang aja ya. Nonton hp di rumah aja sama Mama, karena Mama bisa pilihin tontonan yang bagus buat anak-anak seumuran kamu."

      Lain hari lagi, Biandul cerita kalau dia main bawa sepeda, tapi sepedanya dipakai temannya keliling dan dia malah lari-larian ngejar sepedanya. Sekilas, dari sudut pandang anak mungkin itu menyenangkan ya bisa lari-larian, tapi dari sudut pandang saya malah mikir, kenapa anak saya gak bisa ambil keputusan buat dirinya sendiri, atau anak saya gak berani ngomong karena takut gak punya teman.

      Masih ada banyak cerita yang sering diceritakan anak saya, dan selalu saya sisipkan tentang apa yang harusnya dilakukan. Selalu bertanya apa yang dirasakan, dan selalu mengajarkan bahwa gak semua hal yang temannya lakukan itu boleh ditiru. Saya sadar, bahwa hal ini gak bisa langsung berhasil dilakukan, karena butuh komunikasi intens untuk beri paham ke anak apa yang baik dan tidak baik. Meskipun dilema, kadang gak mau membiarkan Biandul main sama temannya lagi karena khawatir, tapi kadang kasihan juga kalau seumur dia gak ada kesempatan main. Saya juga sedang belajar menjadi orangtua yang fleksibel dan gak terlalu mengekang anak, tapi ternyata susah juga yaa hahaha.

      Baca juga: Pelajaran Berharga tentang Keluarga dari serial Korea Hometown Cha Cha Cha


      TETAP PERHATIKAN PERKEMBANGAN ANAK

      Tiga tahun pertama, anak memang sepenuhnya under parent's control, makanya kita juga lebih leluasa mengatur kegiatan dan jadwal anak. Tapi, kita gak bisa selamanya mengontrol hidup anak, karena ada masanya mereka akan lebih senang main di luar rumah. Mereka akan merasa sangat senang ketika bisa bertemu dan bermain bersama teman-teman. Dan kita, sebagai orangtua, gak bisa secara sepihak mengatur lagi sepenuhnya. Tapi, kita tetap bisa memperhatikan perkembangan anak, karena sedikit banyak akan kelihatan pengaruh dari luar.

      Apakah anak tiba-tiba sering tantrum, atau sering bicara kasar, atau selalu memaksakan kehendaknya, atau malah terlihat sering murung? Setiap hari, usahakan selalu ada sesi tukar cerita, dan jangan lupa validasi perasaannya. Kalau saya pribadi, gak pernah bosan mengajarkan ke Biandul bahwa dia harus belajar jadi anak pemberani dan mampu melawan kalau dibutuhkan, semisal kayak cerita tadi ketika Biandul diancam gak diajak main, atau kalau mainannya justru malah dipakai orang lain dan dia sendiri malah cuma bisa pasrah.

      Saat menulis ini, ternyata di grup Whatsapp Mommies Daily juga membagikan artikel tentang topik yang berhubungan, yaitu Tanda Pertemanan Tidak Sehat Pada Anak. Boleh banget nih dibaca supaya lebih paham tentang segala macam drama yang mungkin terjadi saat anak sudah mulai memasuki masa sosialisasinya dengan teman sebaya. Saya juga masih banyak baca dan cari tahu, supaya paham harus bertindak yang bijak.


      Kalau Moms semua, punya tips khusus gak menghadapi drama pertemanan anak usia 4-5 tahun ini? Yuk boleh share di komentar, atau share tulisan ini ke Mommies lain yang mungkin sedang dalam fase yang sama. Pusing bareng-bareng, tapi sambil belajar bareng-bareng juga. Karena belajar menjadi orangtua yang bijak itu perjalanannya seumur hidup. Setuju? 😉

      Oiya, kalau ada teman anak yang sering bikin drama kurang menyenangkan gini, enaknya gimana ya? Tetap biarin anak main bareng atau gak dibolehin main lagi sama sekali?
      Continue Reading
      Konten [Tampil]
        ❗️❗️Warning: Tulisan ini mengandung spoiler, silakan lanjutkan jika tidak keberatan❗️❗️

        Kemarin, saya dapat tiket me time dari suami. Jatah libur jadi Mama, yang jarang banget bisa dipakai karena ya memang kesempatannya gak banyak hehehe. Suami mengajak Biandul jalan-jalan, sementara saya bisa pergi menghabiskan waktu sendirian. Yap, karena ada satu film yang kepenginnn banget saya tonton, tapi kan gak bisa ajak anak ya karena memang bukan film anak-anak, jadi harus cari cara supaya anak juga gak ngambek karena ditinggal Mamanya pergi. Biandul ini lengket banget sama saya, ke mana-mana pasti ikut. Kecuali kali ini, karena saya mau nonton film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, yang sudah mulai tayang di bioskop sejak tanggal 5 Mei kemarin.

        Berawal dari kemunculan Wanda Maximoff di serial Avengers, lalu berlanjut dibuatkan serialnya sendiri dengan judul WandaVision di Disney+, saya makin tertarik dengan superhero yang satu ini. Apalagi dia diperkenalkan sebagai Scarlet Witch di WandaVision. Setelah mendengar selentingan bahwa Wanda ini akan jadi villain di film Doctor Strange II, saya jadi penasaran dan gak sabar menanti filmnya. Akhirnya, film ini masuk juga ke bioskop Indonesia.

        https://widyasty.com

        Saya menonton sendiri (yap, akhirnya bisa mengulang momen ini setelah sekian lama gak merasakan lagi nikmatnya jalan sendirian) sementara Biandul dan ayahnya pergi jalan-jalan ke tempat lain. Setelah selesai menonton, sampai malam kepikiran terus tentang alur cerita film ini yang sangat menarik untuk dikulik, termasuk poin paling penting yang diangkat sebagai premis. Meskipun ini film action, superhero, dan ada sedikit bumbu horornya, tapi ternyata poin utamanya adalah tentang parenting dan pengendalian diri.

        Seperti biasa, film apapun yang saya tonton dan ada unsur parenting-nya, buat saya menarik banget untuk dibahas dan digali. Jadi, pasti akan saya tulis di sini hehe.

        Baca juga: Pelajaran Berharga tentang Keluarga dari Serial Korea Hometown Cha Cha Cha

        SINOPSIS FILM DOCTOR STRANGE IN THE MULTIVERSE OF MADNESS

        Diawali dengan kisah Doctor Strange saat menyelamatkan seorang gadis yang bernama America Chavez, yang sedang dikejar oleh makhluk kiriman iblis untuk diculik, setelah diusut ternyata anak tersebut memiliki kekuatan berpindah semesta, yang dibutuhkan oleh Scarlet Witch agar bisa bertemu dengan anaknya di semesta lain. Scarlet Witch, yang telah memegang Kitab Darkhold, memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga Ia merasa bisa mengontrol seluruh semesta, demi bisa hidup bersama anaknya, Billy dan Tommy. Sementara itu, Ia harus memiliki kekuatan berpindah dimensi semesta, agar bisa menemukan Billy dan Tommy di suatu semesta, maka dari itu Wanda mengejar America Chavez untuk mengambil kekuatannya. Jika Scarlet Witch berhasil, maka itu merupakan sebuah pelanggaran, dan akan membahayakan keadaan di multiverse. Setelah menyelamatkan America Chavez, Doctor Strange melawan dan mencegah hal itu terjadi. Tapi, itu justru membuat Scarlet Witch marah.

        https://widyasty.com

        Di suatu semesta, Wanda yang tidak memiliki kekuatan apapun, hidup bahagia dengan kedua anak kembarnya, Billy dan Tommy. Tapi, setelah Scarlet Witch berhasil membuka gerbang Darkhold, Ia mampu merasuki tubuh Wanda untuk melawan semua orang yang berusaha melindungi Chavez. Pertarungan ini sengit banget, karena kekuatan Scarlet Witch benar-benar gak bisa diadu oleh siapapun, bahkan telah banyak memakan korban. Nah, di sini yang bikin horor karena banyaknya scene pembunuhan, ditambah scoring yang mencekam. Tapi, Doctor Strange gak gampang menyerah buat menghentikan Scarlet Witch.

        Inilah juga yang menjadi alasan bahwa film ini sebaiknya gak ditonton oleh anak-anak. Elizabeth Olsen sendiri, selaku pemeran Wanda Maximoff/Scarlet Witch, dalam sebuah wawancara berkata bahwa Scarlet Witch bukanlah panutan untuk anak-anak karena telah melakukan banyak kesalahan.

        Nah, dari cerita itu, kita sama-sama paham, bahwa Wanda telah dibutakan oleh egonya sendiri demi bisa mencari anaknya di suatu semesta, dan telah terkena efek dari Darkhold yang penuh dengan sihir ilmu hitam, sehingga kekuatannya gak bisa terkalahkan. Bagaimana hubungannya dengan topik parenting?


        WANDA MAXIMOFF SEBELUM MENJADI SCARLET WITCH DI SERIAL WANDAVISION

        Kita sama-sama tahu, jika sudah menonton serial WandaVision, bahwa Wanda pernah menciptakan kehidupan semunya yang ideal bersama Vision, dan memiliki anak kembar yang dinamakan Billy dan Tommy di Westview, karena kesedihannya yang mendalam sejak Vision musnah saat melawan Thanos. Ia memiliki anak dengan menggunakan kekuatan sihir, bukan secara alami dan nyata. Kehamilan dan kelahirannya pun hanya terjadi kurang dari 24 jam. Dalam serial WandaVision, Billy dan Tommy juga digambarkan memiliki sebuah kekuatan super.

        Setelah Vision sadar bahwa kehidupan yang dimilikinya di Westview itu banyak janggalnya, akhirnya terungkap juga bahwa semua kehidupan itu hanyalah realitas buatan Wanda, yang ditutup/dilindungi dengan sebuah hex dari sihir Wanda, sehingga gak ada orang dari luar yang dapat mengganggu kehidupan di dalamnya.  Meskipun itu semua hanya semu, tapi ternyata Wanda masih sangat terikat dengan kasih sayangnya kepada kedua anaknya itu. Saat sedang mempelajari kitab Darkhold yang Ia ambil setelah mengalahkan Agata Harkness, Ia mendengar suara anak-anaknya memanggil, maka Wanda sangat yakin bahwa anak-anaknya masih hidup di suatu semesta yang belum Ia tahu keberadaannya. Inilah latar belakang yang membuatnya sangat terobsesi mencari tahu di multiverse mana anak-anaknya berada.

        https://widyasty

        NILAI PARENTING YANG ADA DALAM KISAH SCARLET WITCH DI FILM DOCTOR STRANGE IN THE MULTIVERSE OF MADNESS

        Di akhir film, saya sempat menangis karena sedih banget melihat Wanda tersiksa oleh traumanya sendiri; kehilangan semua orang yang disayang, mulai dari orangtuanya, saudara kembarnya, pasangannya, dan kali ini anak-anaknya. Tujuannya selama ini sebenarnya hanya satu: bisa bertemu dan bersama anak-anaknya lagi, meskipun Ia harus mengorbankan orang lain dan melakukan kesalahan besar demi mencapai tujuannya tersebut.

        Hal-hal ini yang menjadi perhatian saya sejak awal film dimulai, sampai saya tiba di rumah dan akhirnya memutuskan untuk menuliskannya di sini sekarang. Berikut adalah kesalahan pemikiran yang banyak dilakukan oleh orangtua:

        Kita sangat mungkin rela melakukan apa saja demi anak.

        Bahkan meskipun dilakukan dengan akal yang gak sehat. Yang penting anak aman, sehat, bahagia, tapi kita lupa dan gak memikirkan apakah kita juga baik-baik saja? Apakah yang dilakukan ini benar? Nah, Wanda jelas gak pakai akal sehat karena rela memusnahkan siapa saja yang berusaha mencegahnya, padahal jelas-jelas apa yang dilakukannya itu melanggar.

        Kita pasti jelas ingin melakukan apapun demi anak, tapi hal yang gak boleh dilupakan adalah bahwa semua keputusan harus kita ambil sebijak mungkin. Pikirkan apa yang akan terjadi pada kita setelahnya, apakah ke depannya anak-anak gak akan kena dampaknya? Apakah benar ini yang dibutuhkan anak, atau hanya kita yang merasa wajib merelakan segalanya?

        Sebagai orangtua, kita selalu merasa bisa mengontrol semua hal yang terbaik untuk anak.

        Memilihkan masa depannya, menentukan hidupnya, bahkan mengatur semua hal yang kita anggap baik, meskipun belum tentu anak juga merasakan hal yang sama. Begitu pula dengan Wanda yang telah memiliki kekuatan tak terkalahkan setelah mempelajari mantra di kitab Darkhold, merasa mampu mengontrol seluruh semesta demi bisa memastikan bahwa anaknya akan baik-baik saja di suatu semesta, dan keberadaannya selalu bisa dipastikan. Wanda lupa dan gak sadar, apakah itu juga yang anaknya butuhkan? Kehadiran Wanda sebagai Mamanya, atau sebagai Scarlet Witch dengan ilmu hitam?

        Menjadi orangtua memang sering melakukan kesalahan.

        Iya, benar. Tetapi, pelajarannya pun seumur hidup. Belajar menjadi orangtua itu bukan pengalaman yang sebentar, lalu bisa langsung menjadi orangtua terbaik. Nooo! Kesalahan terbesar dan yang paling sering dilakukan ketika kita menjadi orangtua adalah memenangkan ego, dan mengalahkan diri sendiri. Kadang, tanpa sadar kita kalah dari ego kita sendiri, dan justru malah mengorbankan orang lain.

        Salah satu kuncinya adalah: penerimaan atau acceptance. Menerima bahwa diri kita memang jauh dari sempurna, menerima bahwa gak semua hal bisa ideal dan sesuai dengan kemauan kita, sehingga kita lebih bijak lagi untuk mengontrol diri dan memaksakan kehendak.

        Wanda, sama seperti kita, orangtua, pada umumnya. Hanya mau memastikan bahwa keberadaan anak kita baik-baik saja, merasa aman kalau bisa berada di sekitar anak, dan gak akan mau kehilangan orang yang disayang lagi. Tapi, Wanda dibutakan oleh egonya sendiri. Memaksakan kehendaknya untuk bisa bersama Billy dan Tommy, tapi gak mikirin hal lain lagi, seperti orang-orang yang udah jadi korban dia, realitas semesta yang dibuat berantakan, bahkan gak mikirin gimana nasib dan perasaan Wanda sebagai Mama yang ada di semestanya Billy dan Tommy?


        KESIMPULAN CERITA

        Pada akhirnya, yang bisa menyadarkannya adalah Wanda sendiri. Ketika Ia sudah bisa membuka diri, menerima, dan mendengarkan dirinya sendiri, Ia sadar bahwa yang Ia lakukan hanyalah kehendak dan keegoisannya. Bahkan, ketika Ia bisa bertemu dengan Billy dan Tommy, mereka justru malah takut dan gak mau menerima keadaannya. Bagi mereka, ibunya adalah Wanda Maximoff, bukan Scarlet Witch. Yang mana, mereka itu sebenarnya adalah orang yang sama, meskipun berada di multiverse yang berbeda.

        Di akhir konflik, saya dibuat menangis terharu, ketika Wanda berbicara dengan Scarlet Witch, "know that they'll be loved." yang membuatnya akhirnya sadar, bahwa anak-anaknya aman di sini karena mereka dicintai oleh Wanda, sebagai Mama yang sesungguhnya.


        Terakhir, Scarlet Witch merasa harus bertanggung jawab atas kekacauan yang telah dibuat karena membuka gerbang Darkhold dan mempelajari sihir ilmu hitam. Ia, dengan secara sadar, menghancurkan semua kitab Darkhold di seluruh multiverse, sehingga gak ada lagi yang tergoda dengan kitab itu dan mendapat pengaruh gelap. Bahkan, Doctor Strange di multiverse lain pun ada yang telah menggunakan kitab Darkhold dan malah berakhir menghancurkan semestanya.

        Kamu udah nonton film ini belum? Menurut kamu gimana? Cerita bareng yuk di sini!
        Continue Reading
        Konten [Tampil]
          Minggu lalu, saya berkesempatan ikut kulwap karena tertarik dengan temanya mengenai pentingnya mengajarkan anak mengelola keuangan sejak dini, bersama narasumber dari Eastspring Investments. Sebelum saya ikut kulwap ini, saya belum pernah kenal dengan Eastspring Investments, yang berfokus di bidang investasi. Bahkan, saya sendiri aja udah lamaaa banget berhenti berlangganan premi asuransi swasta, karena dulu belum sanggup bayar premi bulanannya, ketika gaji pekerjaan masih kecil dan malah berat di gaya hidup, HAHA. Nyesel aja kalau inget betapa nolnya pengetahuan saya tentang asuransi/investasi, yang saya ingat cuma muterin uang gaji untuk kehidupan sehari-hari dan jajan aja. Akhirnya gak punya tabungan dan investasi. Nah, saya gak mau nanti Biandul punya pengalaman kayak saya, karena gak dikenalkan konsep keuangan yang jelas dan tepat oleh orangtuanya.

          Waktu di grup Whatsapp Mommies Daily akhirnya ada kulwap yang membahas tentang money parenting, saya excited banget mau ikutan. Kulwap ini menghadirkan Pak Yovan Santana, selaku Intermediary Business di Eastspring Investments Indonesia sebagai narasumber. Sebelum kulwap dimulai, Pak Yovan memberikan materi yang bisa dibaca dan dipelajari terlebih dahulu oleh member, supaya bisa menyiapkan pertanyaan juga jika ada yang kurang jelas. Nah, dari awal saya lihat materinya, saya langsung tertarik dan berpikir, ini harus saya share di Blog juga nih, supaya makin banyak orangtua yang melek dengan konsep money parenting!

          https://widyasty.com

          Soooo, let's begin. Kita bahas satu per satu, semoga lengkap dan bisa memberikan informasi bermanfaat ya untuk teman-teman yang sekarang sudah menjadi orangtua. Yang masih tertarik baca, dilanjut sampai akhir yaa.


          APA ITU EASTSPRING INVESTMENTS INDONESIA?

          Eastspring Investments Indonesia merupakan salah satu anak perusahaan dari Prudential PLC, yang bergerak di bidang investasi, untuk memberikan solusi keuangan yang inovatif bagi para nasabah. Pak Yovan menjelaskan, bahwa beberapa tahun terakhir, Eastspring Investments telah berfokus pada kampanye Money Parenting tentang pentingnya edukasi keuangan yang dilakukan oleh para orangtua kepada anak-anaknya sejak dini. Beliau melanjutkan, berdasarkan survey yang dilakukan, 98% orangtua di Indonesia setuju mengajarkan anak tentang cara mengelola keuangan sejak dini itu sangat penting dilakukan.


          ARTI MONEY PARENTING

          Money parenting adalah sebuah proses edukasi yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya tentang tanggung jawab finansial dan sosial yang terkait dengan uang. Proses ini dilakukan dengan cara mewariskan perilaku dan keyakinan orangtua terhadap anak mereka tentang keuangan, agar memberikan dampak positif pada perilaku finansial anak.

          Akan tetapi, pada proses ini, banyak sekali pertanyaan yang ada di pikiran kita sebagai orangtua tentang cara memberikan edukasi keuangan ini kepada anak, mulai dari:

          ❓Kapan umur yang tepat untuk mengajarkan konsep keuangan?
          ❓Mengapa anak perlu belajar tentang mengelola keuangan?
          ❓Bagaimana caranya?
          ❓Apa tips yang bisa dilakukan?

          Nah, kalau kamu penasaran juga dengan jawabannya, lanjut baca lagi, yuk!


          TAHAPAN MONEY PARENTING SESUAI USIA ANAK

          Berdasarkan survey yang dilakukan dan tertulis dalam materi kulwap ini, 30% dari seluruh orangtua yang disurvei mulai mengajari anak mereka tentang konsep keuangan pada kisaran usia antara 7-10 tahun. Tapi,  Pak Yovan juga menjelaskan, bahwa anak bisa dan sangat baik jika diajarkan sejak dini, dimulai dari kisaran 3 tahun. Hmm, gimana caranya tuh ya? Anak umur 3 tahun kan tahunya cuma minta jajan dan beli mainan aja.

          Nah, begini menurut penjelasan Pak Yovan tentang tahapan money parenting sesuai usia anak:

          https://widyasty.com

          Umur berapa anak kamu sekarang, dan sudah sampai tahap mana paham tentang konsep pengelolaan keuangan?


          TUJUAN ANAK BELAJAR MENGELOLA KEUANGAN

          Sebelum menerapkan money parenting, kita sebagai orangtua juga harus paham dulu tujuan keuangan yang orangtua harapkan untuk dikuasai oleh anak, yaitu:

          ✔️ Anak dapat memahami nilai uang
          ✔️ Anak paham cara menabung dan membuat anggaran keuangan
          ✔️ Anak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan
          ✔️ Anak paham bahwa uang didapat dengan bekerja/diusahakan

          Nah, dari 4 tujuan tersebut, barulah kita bisa mulai menentukan bagaimana cara yang tepat untuk mengenalkan dan mengajarkan anak tentang keuangan.

          Anak saya tahun ini sudah memasuki usia menuju 5 tahun, tapi baru mulai melek tentang money parenting. Meskipun pada akhirnya saya merasa telat karena gak mengajarkannya sejak dini, tapi setidaknya saya masih bisa mengusahakan yang lain supaya 4 tujuan tersebut dapat tetap dicapai. Belum terlalu jauh juga kan telatnya? Hehe. Tapi, sejauh ini, Biandul sudah mulai mengenal konsep uang dan kegunaannya sehari-hari, yaitu untuk membeli sesuatu. Saya pikir, ini adalah salah satu tujuan yang sudah dicapai juga tanpa disadari. Makanya, saya senang banget dapat materi kulwap yang sangat bermanfaat kali ini.


          BAGAIMANA CARA MENJALANI MONEY PARENTING?

          Pak Yovan berkali-kali menjelaskan, bahwa untuk mengajarkan anak tentang mengelola keuangan dimulai sejak dini, dengan cara mengenalkan kepada anak bahwa konsep uang adalah sebagai alat pembayaran saat membeli barang. Nah, kalau anak sudah paham tentang itu, maka anak juga akan mencari tahu bagaimana caranya memiliki uang untuk membeli barang. Kita sebagai orangtua bisa memberikan mereka sebuah pekerjaan dan memberikannya uang kalau pekerjaannya telah selesai, untuk ditabung. Jika tabungannya sudah cukup, maka anak dapat memilih mau digunakan untuk membeli apa.

          Selain itu, Pak Yovan juga sempat menyebutkan, bahwa jika anak ingin membeli sesuatu/mainan, ada baiknya kita untuk mengajaknya berpikir sebentar. Jadi, gak langsung dibelikan hari itu juga. Tujuannya untuk membuat anak secara sadar paham apakah ia benar-benar mau dan butuh membeli barang tersebut, atau hanya sekadar ingin. Jika dalam beberapa hari anak masih mau membelinya, maka kita bisa mengabulkannya. Nah, poin ini ternyata secara gak sadar sering saya lakukan terhadap Biandul. Ketika dia minta dibelikan mainan, saya gak akan langsung mengizinkan, meskipun dia punya uang di celengannya.

          Cara menjalani money parenting bisa disesuaikan dengan value keluarga dan keseharian masing-masing keluarga, karena kondisi keluarga kita juga pasti berbeda-beda. Tapi, ada satu hal yang saya lihat dari materi, yang bisa membantu kita untuk menentukan cara seperti apa yang bisa kita lakukan dalam menerapkan money parenting, yaitu kita harus kenal dulu kita tipe karakter orangtua yang seperti apa?

          Menurut materi yang diberikan Pak Yovan, ada 5 karakter orangtua yang tergambar, salah satunya pasti sangat sesuai dengan diri kita nih. Coba simak dari gambar di bawah ini.

          https://widyasty.com
          Hayo, kamu tipe apa?

          Kamu ngerasa tipe karakter yang mana? Kalau masih bingung, bisa loh ikut quiz yang ada di website Eastspring Investments ini untuk menentukan tipe karakter kita. Saya coba ikutin quiz-nya, ternyata hasilnya dapat The Nurturers. Saya mau anak saya punya pemahaman yang tepat tentang keuangan. Kalau dipikir-pikir, benar juga sih. Poin utama saya mau mengajarkan tentang keuangan ke Biandul adalah supaya dia gak salah dalam menggunakan uang. Bisa dibilang, semua orang tahu cara mendapatkan uang, tapi gak semua orang bijak dalam menggunakan uang.

          https://www.eastspring.com/id/money-parenting/quiz-question

          Saya dan suami adalah contoh bahwa kami lumayan banyak gagalnya dalam mengelola keuangan. Meskipun terlihat semua lancar-lancar aja dari luar, tapi dalam pikiran kita masih selalu merasa bahwa kita gak bijak dalam mengelola uang. Hal ini jangan sampai ikut ditiru sama Biandul nanti, supaya dia jadi bisa lebih baik dalam hal keuangan.


          TIPS DALAM MENERAPKAN MONEY PARENTING

          Kulwap ini ditutup oleh Pak Yovan dengan tips yang bisa dilakukan dalam menerapkan money parenting, di antaranya adalah:

          https://widyasty.com

          Lalu, sesi tanya jawab berlangsung selama beberapa menit. Ada 7 penanya, termasuk salah satunya saya, yang langsung dijawab secara detail oleh Pak Yovan. Menurut saya, kulwap kali ini sangat informatif dan narasumber juga memberikan penjelasan yang logis dan mudah dimengerti. Jawaban yang diberikan untuk member yang bertanya pun gak bertele-tele. Dan bagi saya sendiri, materinya daging bangett! Ini bisa jadi bahan diskusi yang panjang buat kita dan pasangan, supaya lebih kompak lagi dalam menjalani money parenting, demi mental anak yang melek finansial.

          Nah, bagi kamu seberapa penting money parenting ini diterapkan ke anak-anak di rumah? Atau selama ini malah sudah menerapkan semua tips-nya? Share dong teman-teman, siapa tahu bisa saya tiru juga kalau punya trik yang ampuh supaya anak bisa paham tentang keuangan ðŸ˜Š

          Kalau informasi ini bermanfaat, jangan lupa share artikelnya di social media kamu ya!
          Continue Reading
          Konten [Tampil]
            Kita semua sama-sama tahu, bahwa pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama dua tahun di Indonesia. Kita juga sama-sama tahu, kalau segala cara sudah kita lakukan demi bisa menghindari virus ini "mampir" ke tubuh kita dan keluarga, tapi hasilnya tetap aja banyak banget juga yang kena. Bahkan, semenjak ada varian Omicron yang masuk ke Indonesia, penyebarannya langsung masif banget. Hampir semua teman saya mengabarkan tertular, padahal udah vaksin dosis lengkap dan jarang ke luar rumah.

            Yaaa, memang benar sih kalau vaksin itu hanya mencegah, tapi tetap punya risiko tertular. Hanya saja, mungkin gejalanya akan lebih ringan dan lebih mudah sembuh. Jadi, jangan sampai ngerasa menyesal atau sia-sia kalau udah vaksin tapi masih juga kena risiko tertular Covid-19. Sama aja kayak pasang KB yang cuma bisa mencegah kehamilan, tapi selalu punya risiko kebobolan juga, hehehe.

            Yang bikin sedih, capek, stres, pusing, dan segala macam perasaan gak enak adalah bahwa selama dua tahun pandemi, keluarga saya mengalami tiga kloter/gelombang Covid-19 tiap tahunnya. Yang paling terakhir sudah gak tahu lagi deh mau mikir kayak gimana huhu. Apalagi kalau mikirin ada anak kecil di rumah, dan gak tega banget kalau sampai kena juga. Makanya saya benar-benar berusaha jaga diri supaya gak kena dan jadi ngerepotin orang banyak.

            Tapi, harapan hanyalah harapan...
            Akhirnya saya kena giliran juga. Padahal gak ngantre loh, serius deh :(

            https://widyasty.com

            KASUS PERTAMA COVID-19

            Berawal dari kasus pertama di rumah ini, yang kena adalah bapak mertua saya di tahun 2020. Tahun pertama Covid-19 masuk ke Indonesia sejak Maret 2020. Kondisinya agak mengkhawatirkan, karena saat itu juga penyebarannya lagi parah banget. Kasusnya tinggi, rumah sakit dan wisma atlet penuh, susah mendapat perawatan, dan jangan lupa dengan penyebaran hoaks yang gak kalah masifnya dengan penyebaran virus itu sendiri. Dengan berbagai kabar yang simpang siur, banyak orang yang lebih percaya konspirasi dibandingkan omongan para Dokter dan tenaga kesehatan. Banyak yang gak mau di-test, gak mau dirawat, bahkan gak percaya sama semua kasus ini. Yang saya bisa lakukan hanyalah menjaga keluarga dan saudara terdekat, memastikan mereka untuk tetap sehat dan tidak terpancing dengan berita palsu.

            Bapak mertua saya, bersedia menerima perawatan setelah merasakan kesehatannya menurun. Ternyata hasilnya positif Covid-19 dan harus dirawat. Untungnya, masih ada bed kosong tersedia. Setelah dua minggu dirawat dan diisolasi, Beliau pulang ke rumah, dan masih melakukan isolasi selama seminggu. Total sakit sampai sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 hampir sebulan.

            Dalam kasus ini, kondisinya lumayan mengkhawatirkan karena dilihat dari usia dan gejala yang dialami agak berat, belum lagi ada sedikit flek di paru-parunya. Jadi, kami sekeluarga memang stres berat dan takut kenapa-kenapa. Hingga akhirnya bapak mertua sembuh, kami semua lega dan sangat bersyukur bisa menghadapi semua ini dengan sabar dan kompak. Bergantian kami mengantar keperluan Beliau ke rumah sakit dan menitipkannya pada suster karena gak bisa bertemu langsung.


            KASUS KEDUA COVID-19

            Gak cukup satu kali, si virus ini ternyata "mampir" lagi di tahun 2021. Kali ini suami dan adik ipar yang kena. Tiga orang sekaligus. Masih kurang dramatis? Okay, kasus kedua ini berbarengan juga dengan jadwal vaksin kedua mertua saya, yang dapat merek Astra Zeneca. Tahu sendiri kan KIPI-nya vaksin ini kayak apa? Dua mertua saya akhirnya tumbang dua hari setelah vaksin. I'm the only one who struggling at home, sehat sendirian dan harus jagain anak tiga tahun, dan lima anggota keluarga yang sakit berbarengan.

            Stres dan capek parah. Tapi yaa mau gimana lagi kan. Jalanin aja dan sabar, pasti semuanya sehat lagi kok. Setelah menunggu isolasi dua minggu dan antigen lagi, akhirnya hasilnya negatif. Senang banget, apalagi Biandul juga udah kangen banget sama Ayahnya.

            Cerita tentang saya selama merawat suami isoman di rumah pernah saya tulis.
            Baca di sini untuk cerita lengkapnya ya:  Suami Positif Covid-19, Bagaimana Cara Merawat Selama Isoman di Rumah?


            KASUS KETIGA COVID-19

            Setelah kedua mertua saya udah vaksin AZ, suami dan adik ipar udah sembuh dari virus Covid-19, saya juga akhirnya memutuskan untuk langsung vaksin, dan kebetulan dapat merek Sinovac. Takut kena kasus susulan  dan bergejala parah kalau belum vaksin sama sekali. Saya takut banget karena gak bisa bayangin gimana caranya pisah sama anak saya selama isoman, karena dia gak pernah sama sekali jauh dari saya. Gak pernah tidur dengan orang lain, menginap tanpa saya, atau bahkan ditinggal pergi-pergi. Jadi, anak saya gak bakalan bisa pisah. Bakal kayak gimana kondisinya nanti? Saya gak bisa bayangin.

            Setelah kasus Covid-19 di Indonesia akhirnya menurun drastis di akhir tahun 2021, ternyata malah naik lagi di awal tahun 2022. Varian Omicron masuk ke Indonesia dan menyerang orang-orang dengan cepat, yang bahkan hampir semuanya udah vaksin lengkap dua dosis, termasuk saya. Tapi, yang saya amati, virus ini cepat menular, tapi gejalanya sangat ringan dan cepat sembuhnya. Entah karena efek vaksin atau memang varian kali ini ringan, tapi banyak teman saya yang sudah dinyatakan negatif di hari kelima, paling lama hari kesembilan.

            Ternyata, Omicron kali ini tertarik "mampir" ke tubuh saya, dengan gejala yang ringan. Hal yang saya takuti sejak awal, kejadian juga. Setelah merasakan sakit di tenggorokan yang gak kunjung sembuh, di hari ketiga saya test PCR, yang ternyata hasilnya adalah positif, tapi suami saya negatif. Karena selama sakit saya masih kontak sangat erat dengan anak dan suami, kami semua memutuskan isoman bersama. Biandul gak menunjukkan gejala apapun dan gak melakukan test PCR, tapi gak mau pisah dari saya serta gak ada orang yang bisa dititipin, jadi dia ikut saya isolasi di kamar.


            GEJALA COVID-19 VARIAN OMICRON

            Saya sempat membaca dari berbagai sumber tentang gejala khas Omicron yang menyerang tenggorokan seperti sakit radang, serta batuk dan flu berat. Banyak juga yang disertai demam dan badan linu. Dari situ, saya jadi berasumsi kemungkinan saya tertular varian Omicron. Tapi, yang saya rasakan hanya sakit tenggorokan yang secara tiba-tiba dirasakan saat awal bangun tidur selama seminggu penuh. Kemudian muncul gejala susulan batuk dan flu, tanpa demam dan badan linu.

            https://widyasty.com

            Saya masih bisa beraktivitas seperti biasa, tapi gak bisa ke mana-mana, kebayang kan rasanya? Apalagi gak bisa leluasa juga bebersih rumah, masak makanan anak, beli kebutuhan rumah. Akhirnya harus ngerepotin suami yang juga sambil kerja di rumah, harus bolak-balik bantuin saya yang gak bisa ke mana-mana. Thousand claps buat suamiii!

            Yang bikin pusingnya lagi tuh ya karena setiap hari jadi harus beli makanan online karena gak bisa masak sendiri dan gak ada yang masakin di rumah. Boros banget yakan. Dan juga di sela kesibukan ibu mertua yang juga kerja, masih sempat bikinin air jahe buat saya supaya tenggorokan saya lebih enakan huhu. Makasih ya, Buuu.


            OBAT-OBATAN SELAMA PENYEMBUHAN

            Sebelum ketahuan positif, saya mengabaikan rasa sakit di tenggorokan karena mikir mungkin cuma lagi radang atau panas dalam. Tapi, ternyata makin parah sakitnya apalagi kalau baru bangun tidur. Rasanya kayak diganjel batu di tenggorokan, gak bisa menelan apapun bahkan walaupun cuma air minum. Setelah hasil test menunjukkan positif Covid-19, saya langsung konsul ke Dokter melalui telemedicine. Dokter memberikan resep digital yang harus ditebus. Sebagian saya tebus pribadi, sebagian saya tebus melalui Kemenkes secara gratis. Jadi, obat gratisnya itu gak sepenuhnya gratis yaa, teman-teman.

            Dari resep yang diberikan Dokter melalui telemedicine, saya diberikan obat flu, batuk, dan beberapa multivitamin tambahan. Paket obat yang ditebus dari Kemenkes berisi antivirus, paracetamol, dan multivitamin lainnya juga. Saya minum semuanya setiap hari dan berharap segera sembuh dan negatif.

            https://widyasty.com

            Setelah seminggu, gejala yang saya rasakan belum juga membaik. Saya sempat berpikir mungkin karena saya telat meminum obatnya, baru di hari kelima. Jadi, recovery tubuh saya juga lambat. Setelah sembilan hari, gejala mulai membaik. Tenggorokan saya sudah gak terlalu sakit, tapi batuk dan flu masih sangat mengganggu, apalagi batuk kering. Di hari kesembilan, saya coba test antigen karena berharap sudah negatif, tapi ternyata hasilnya masih positif. Sedih, huhu. Saya tetap melanjutkan isoman lagi di rumah.

            Di hari ke-12, saya sudah merasa sangat sehat. Semua gejala sudah hilang. Jadi, saya menggenapkan masa isoman saya sampai dua minggu, tapi gak melakukan test lagi. Kenapa? Karena merujuk ke Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022, menyatakan bahwa pasien dapat melakukan isoman selama 10 hari bergejala ditambah 3 hari tanpa gejala. Meskipun tanpa test lagi, pasien dianggap sudah sembuh jika semua gejalanya sudah hilang selama isoman 13 hari. Selain itu, gak tahu kenapa saya takut banget hasil test-nya masih positif meskipun gejala yang saya rasakan sudah hilang, jadi kayak buang banyak uang buat test doang huhu. Tapi, kalau memang pilihan orang lain dirasa lebih secure untuk test lagi sampai hasilnya negatif juga gapapa banget kok, hehe.

            Setelah bebas dari isoman, saya langsung sibuk bebersih rumah, belanja sayur dan kebutuhan rumah, ke laundry, dan mengurus semua urusan rumah yang kemarin tertunda dua minggu lamanya. Kayak kangen bergerak bebas gitu lohhhh.


            CARA MENEBUS OBAT DARI KEMENKES

            Mungkin info ini udah banyak yang tahu ya, tapi pengin saya rangkum lagi untuk orang-orang yang belum tahu atau mau kasih info ke keluarga besar supaya lebih banyak yang tahu. Jangan lupa share, ya!

            Teman-teman tentunya harus melakukan test antigen/PCR dulu di lab yang terafiliasi dengan sistem NAR (New All Record) Kementrian Kesehatan, supaya hasilnya juga ter-update di database dan aplikasi PeduliLindungi. Lalu, lab tersebut juga akan melaporkan NIK kamu ke Kemenkes, dan Kemenkes akan mengirimkan pesan ke pasien yang berisi link untuk menebus obat Covid-19. Urutan langkah-langkahnya dapat kamu lihat secara jelas pada gambar di bawah ini yaa.

            https://widyasty.com

            Oiya, jika NIK kamu gak terdaftar sebagai pasien positif Covid-19, maka kamu gak akan bisa menebus obat dari Kemenkes tersebut. Jadi, pastikan lab tempat kamu test harus terafiliasi dengan sistem NAR.

            Pengalaman saya kemarin, saya harus menunggu hasil test PCR keluar selama maksimal 24 jam. Bangun tidur jam 7 pagi, hasil test saya keluar positif. Saya langsung konsul ke Dokter via telemedicine, tapi belum bisa menebus obat dari Kemenkes karena masih menunggu NIK saya terdaftar. Sore hari, NIK saya sudah terdaftar dan mulai bisa menebus obatnya.

            Obat dari Kemenkes dikirim melalui jasa kurir Sicepat, di-pickup hari itu juga, dan sampai di rumah saya keesokan harinya (ketika saya sudah hari ke-5 bergejala).


            PERAWATAN LAINNYA

            Selain meminum obat-obatan yang sesuai dengan gejala, saya gak terlalu banyak melakukan perawatan lain karena kondisi fisik saya yang masih okay. Saya cuma sangat terganggu dengan radang tenggorokan yang sakitnya lama banget, juga batuk kering yang gak hilang-hilang. Untuk menyamankan tenggorokan, saya meminum air jahe yang direbus dengan gula merah, juga membeli permen pelega tenggorokan. Di tiga hari pertama saya cuma bisa makan bubur, setelah itu saya makan seperti biasa karena Dokter bilang gak ada pantangan dalam makan dan minum.

            Sakit tenggorokan saya menghilang di hari kesembilan, flu saya membaik di hari ke-11, dan batuk saya hilang di hari ke-14. Lalu saya sembuh seperti biasa lagi. Syukurlaaaah. Saya senang bisa melewati kondisi ini dengan baik, tapi sedih juga karena kecolongan kena sampai tiga kali kasus di rumah. Apalagi ketika saya benar-benar sudah full bedrest dan selalu pakai masker, Biandul nangis beberapa kali karena katanya sedih lihat Mama sakit. Yhaaa, gimana saya gak mau ikut nangis ya huhu.

             
            View this post on Instagram

            A post shared by ASTY ♾ Blogger (@_widyasty)


            Semoga ini adalah gelombang virus terakhir yang kita alami dan pandemi ini segera berakhir yaa, teman-teman. Sebentar lagi kita ketemu bulan Ramadan ketiga selama pandemi dan kita pasti berharap bisa bukber bareng teman-teman tanpa worry, bisa tarawih dan sholat Ied dengan tenang dan silaturahmi lancar tanpa harus dilarang berkerumun seperti tahun-tahun berikutnya.

            Kamu punya cerita juga gak menjadi alumni Covid-19? Yuk cerita di sini sama-sama.
            Salam dari saya alumni yang baru lulus tiga minggu yang lalu hehe.






            Sumber tambahan:
            • Berapa Lama Masa Isolasi Mandiri untuk Pasien Omicron? - Kompas.com
            • Varian Baru Covid-19 Beserta Gejalanya - Kompas.com
            • Gejala Covid Varian Terbaru - CNBC Indonesia
            • Perbedaan Varian-Varian Covid-19 - Website Covid-19
            Continue Reading
            Konten [Tampil]
              Saat menjelang Lebaran di tahun 2020, keluarga besar suami udah berencana pulang kampung bareng-bareng naik kereta api. Tapi, ternyata pandemi Covid-19 malah membuat kita semua terpenjara di dalam rumah. Gak bisa ngapa-ngapain, gak bisa ke mana-mana, gak bisa hidup tenang, akhirnya rencana mudik batal total. Meskipun uang refund tiket kereta api dibalikin 100%, tapi kita udah benar-benar kecewa banget. Selama lima tahun saya ikut keluarga besar suami, kayaknya baru saat itu deh kesempatan kita semua bisa pulang kampung bareng tiga keluarga. Makanya kita sedih banget ketika perjalanan harus dibatalkan. Momen kumpul bareng keluarga harus ditunda entah sampai kapan. Huh!

              Tahun berikutnya pun kita masih belum boleh merayakan Idulfitri ke mana-mana, kebijakan PPKM udah dilakukan dengan berbagai level dan segala cara, tapi si virus ini betah banget ternyata, bahkan mereka semakin bisa berevolusi menjadi varian-varian baru, yang masih tetap membuat kita semua merasakan cemas setiap harinya. Ngeri banget ya? Meskipun udah capek banget dan gak tahu harus gimana lagi, tapi satu-satunya keputusan terbaik adalah dengan tetap menjaga diri dan keluarga, dan sangat berhati-hati saat berkegiatan di luar rumah, karena kita gak bisa juga terus-terusan terkurung di dalam rumah setiap hari. Ada banyak hal yang harus diurus, dilakukan, dan akan terhambat kalau kita gak berani ke luar rumah.

              https://widyasty.com

              Suami saya dan tiga anggota keluarga lainnya di rumah pun sempat terpapar juga, syukurlah kami semua kembali pulih dan sehat hingga sekarang. Baca cerita lengkapnya di sini yuk: Suami Positif Covid-19, Bagaimana Cara Merawat Selama Isoman di Rumah?


              KONDISI PANDEMI SAAT INI

              Kalau melihat grafik kasus Covid-19 di website per Bulan November 2021, sepertinya angka kasus Covid-19 memang terjadi penurunan drastis. Menjelang akhir tahun, biasanya justru jadi masa was-was banget karena biasanya kasus melonjak naik lagi setelah perayaan hari besar keagamaan, seperti Idulfitri, Natal, dan hari besar lainnya seperti perayaan tahun baru. Saat perayaan-perayaan tersebut, masyarakat cenderung melakukan lebih banyak aktivitas yang melibatkan banyak orang dan berkerumun, sehingga penularan terjadi dengan mudah. Maunya sih tahun depan kita udah bisa silaturahmi ke keluarga dan kerabat terdekat tanpa worry yaa, tapi ya gak ada yang tahu kondisinya akan kayak apa. Lebih parah kah, atau mungkin semakin mereda. Jangan capek berdoa dan berharap terus yuk.

              https://covid19.go.id

              Saya termasuk orang yang lumayan lega ketika ada berita bahwa Pemerintah bakal menerapkan PPKM di akhir tahun hingga awal tahun depan. Eh, ternyata malah dibatalkan, entah apa alasannya. Saya cuma bisa berdoa semoga gak ada gelombang-gelombang lonjakan kasus berikutnya di sini karena udah benar-benar pasrah dan capek banget. Untungnya lagi, semua anggota keluarga di rumah udah vaksin dua dosis semua. Takut banget ada pengulangan kasus lagi. Repot banget loh isoman di rumah tuh, huhu.

              Meskipun kasus Covid-19 udah agak mereda, tapi selama hampir dua tahun ini saya baru cuma dua kali ke luar kota. Tahun lalu liburan ke Bandung, dan akhir bulan November lalu ke Yogyakarta, menjenguk mbah dari keluarga suami. Sebenarnya masih agak khawatir sih, tapi berbekal persiapan dari jauh hari dan tetap melakukan prokes dan hati-hati. Kita harap perjalanan kali ini aman dan lancar.


              YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM BEPERGIAN NAIK KERETA

              Nah, karena ada satu dan dua urusan, ditambah hasrat mau menyegarkan diri ke luar rumah, akhirnya saya dan keluarga suami sepakat untuk pulang ke kampung halamannya di Gunungkidul dan Bantul. Ini udah kali ketiga saya ikut, dan gak pernah gak betah, malah pengin banget bisa berkunjung lebih sering. Yaaa, sekalian curi-curi liburan tipis deh haha, Biandul udah penasaran banget mau lihat pantai. Pertama kali kita ke pantai, dia masih berumur 11 bulan, dan gak ingat apa-apa. Jadi rasanya kayak baru kenalin pantai untuk pertama kalinya lagi ke dia. Apalagi jarak dari rumah yang di Bantul ke pantai cuma 10 menitan aja.

              Baca juga: Pengalaman Menginap di Hotel Yogyakarta

              Akhir bulan November lalu, berangkatlah kita naik kereta api ekonomi dari Jakarta ke Yogyakarta. Karena kondisi pandemi belum hilang sepenuhnya, tentu peraturan tentang perjalanan ke luar kota ini juga jadi lebih ribet dari biasanya. Oiya, pas banget peraturannya juga baru berubah, bahwa anak di bawah 12 tahun udah boleh ikut perjalanan ke luar kota per Oktober 2021, yang sebelumnya anak-anak dilarang ikut. Makanya, akhirnya kami ikut karena bisa ajak Biandul.

              Selain (sudah pasti harus) taat prokes, saya juga jadi menyiapkan banyak hal supaya perjalanan jadi lebih aman, karena bawa balita nih. Salah satunya adalah mencari tahu berbagai info supaya kita gak missed dan berakibat batal berangkat. Beberapa hal yang saya siapkan sebelum berangkat adalah:
              • Anak di bawah 12 tahun yang belum bisa divaksin, harus tetap melakukan tes PCR/antigen, bisa dilakukan di stasiun atau di luar stasiun sejak H-1 keberangkatan.
              • Menyiapkan KK atau kartu identitas dan anak harus didampingi oleh orangtua kandungnya.
              • Bawa bekal, alat makan, dan air minum sendiri dari rumah.
              • Sounding sejak 1-2 minggu sebelum berangkat, supaya anak bisa siap bahwa kita akan melakukan perjalanan jauh dan lama.
              • Masker dan hand sanitizer gak boleh ketinggalan juga. Kalau butuh dan merasa perlu, tambah juga toilet saniter/disinfectant spray.

              SYARAT NAIK KERETA SAAT PANDEMI

              Wajib banget hukumnya untuk cari tahu info sebanyak mungkin, kalau ini adalah kali pertama kamu pergi ke luar kota naik kereta saat pandemi. Kamu bisa browsing dengan kata kunci yang dibutuhkan, atau tanya langsung ke IG KAI, tapi sepengalaman saya kemarin mereka balasnya agak lama. Harus dicolek-colek juga di komen atau tag adminnya terus biar segera dibalas.

              Apa aja syarat lengkap naik kereta saat pandemi?
              Sebenarnya info ini udah banyak beredar juga di portal berita online, tapi kadang ada juga banyak pertanyaan yang bikin ragu sendiri, takut keliru atau ada info yang terlewat. Saya bantu rangkum di sini dari sumber website KAI langsung ya, teman-teman.

              https://widyasty.com

              FAQ TENTANG PROSEDUR NAIK KERETA SAAT PANDEMI

              Di antara info yang udah saya dapatkan dari website KAI, ternyata masih banyak juga hal yang belum saya tahu lebih jelasnya. Nah, buat teman-teman yang baru melakukan perjalanan ini pertama kali selama pandemi juga pasti punya kebingungan yang sama. Apalagi syaratnya memang lebih ribet dari kondisi normal, wajar kalau kita bakal lebih banyak bertanya supaya yakin bahwa perjalanan kita akan aman dan lancar.

              https://widyasty.com

              Beberapa pertanyaan dari saya dan kebanyakan orang lain, yang sekilas saya lihat juga di komen IG KAI , juga bakal saya rangkum di sini, supaya teman-teman bisa dapat info yang lebih lengkap lagi. Yuk, disimak!

              View this post on Instagram

              A post shared by KAI121 (@kai121_)



              Daftar stasiun yang menyediakan layanan antigen: 

              View this post on Instagram

              A post shared by KAI121 (@kai121_)


              Nah, sekian info yang saya rangkum setelah saya merasakan pengalaman pergi ke luar kota dengan anak-anak menggunakan transportasi kereta api saat pandemi. Semoga bisa membantu teman-teman yang membutuhkan infonya, ya! 😊


              Continue Reading
              Older
              Stories

              SEARCH THIS BLOG

              THE AUTHOR

              Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

              FOLLOW ME

              • facebook
              • twitter
              • pinterest
              • instagram
              • medium
              • linkedin

              CATEGORY

               PERSONAL STORIES

              Parenting & Family

              Beauty & Selfcare

              Thoughts


              MONTHLY JOURNAL

              Less Waste Journey

              Pregnancy Diary


              REVIEW

              Product

              Event


              PROJECT

              Advertorial

              Competition

              ARCHIVE

              • ▼  2022 (11)
                • ▼  June 2022 (4)
                  • [Advertorial] Cara Mudah Mendapatkan Penghasilan T...
                  • Review: Usir Jerawat dengan Scarlett Acne Care dal...
                  • [Advertorial] Kenali 7 Bau Membandel dan Cara Meng...
                  • Drama Pertemanan Anak, Apa yang Harus Orangtua Lak...
                • ►  May 2022 (1)
                • ►  April 2022 (1)
                • ►  March 2022 (3)
                • ►  February 2022 (1)
                • ►  January 2022 (1)
              • ►  2021 (50)
                • ►  December 2021 (3)
                • ►  November 2021 (4)
                • ►  October 2021 (8)
                • ►  September 2021 (6)
                • ►  August 2021 (3)
                • ►  July 2021 (5)
                • ►  June 2021 (5)
                • ►  May 2021 (5)
                • ►  April 2021 (5)
                • ►  March 2021 (4)
                • ►  February 2021 (2)
              • ►  2020 (1)
                • ►  September 2020 (1)
              • ►  2019 (7)
                • ►  November 2019 (2)
                • ►  June 2019 (1)
                • ►  May 2019 (2)
                • ►  January 2019 (2)
              • ►  2018 (15)
                • ►  December 2018 (1)
                • ►  November 2018 (7)
                • ►  July 2018 (1)
                • ►  February 2018 (5)
                • ►  January 2018 (1)
              • ►  2017 (9)
                • ►  July 2017 (5)
                • ►  June 2017 (1)
                • ►  May 2017 (3)
              • ►  2016 (1)
                • ►  June 2016 (1)
              • ►  2015 (1)
                • ►  June 2015 (1)

              RajaBacklink

              RajaBackLink.com RajaBacklink adalah solusi bagi Anda pencari backlink berkualitas dan aman, jasa backlink murah dan terpercaya. Klik banner untuk daftar.
              Powered by Blogger.

              COMMUNITY

              Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
              BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
              1minggu1cerita
              Komunitas #1minggu1cerita merupakan sebuah komunitas blogger yang yang bersifat support group untuk mendorong para anggotanya menjadi lebih rutin menulis dan berbagi berbagai informasi.
              Cerita Mama Bahagia CMB adalah sebuah supporting system berupa grup internal (whatsapp grup) dan instagram terbentuk pada tahun 2017. CMB didirikan oleh 4 orang ibu rumah tangga penuh waktu, yang mencoba untuk tetap waras ditengah hiruk pikuk kehidupan rumah tangga dan mengurus anak. Kami menyadari, bahwa menjadi tetap waras itu bukan hal yang mudah, tapi kita dituntut harus tetap waras bagaimanapun caranya, supaya kita tidak lupa bahagia dan hal ini akan berdampak pada keharmonisan keluarga.

              Created with by widyasty.com

              Back to top