Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Personal Stories
  • • Parenting Diary
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Serial Netflix Ginny & Georgia baru saja menayangkan season 2 di awal Januari 2023. Kehidupan Georgia, sebagai ibu tunggal dari dua anak dan sering berpindah-pindah, menemukan lebih banyak drama, konflik, dilema, risiko, dan pada saat yang bersamaan juga menemukan nilai hidup yang berbeda di kota Wellsburry.

https://www.netflix.com

Pada saat saya menonton season 1 di tahun 2021 lalu, saya pikir ini drama biasa aja, yang isinya tentang bonding ibu dan anak dan drama keluarga. Ternyataaa, lebih dari itu, series ini mengangkat tema mental health yang berhasil digali dengan sangat dalam oleh Sarah Lampert. Bahkan, Netflix menyediakan sebuah ruang bagi semua orang yang butuh support dan bantuan dalam hal mental issue di website www.wannatalkaboutit.com, dan hal ini juga disiarkan di setiap akhir episodenya, yang semakin meningkatkan awareness penonton bahwa serial ini mengandung banyak unsur emosionalnya.

Saya lanjut menantikan season 2, yang ternyata konflik di dalamnya semakin intens dan padat. Meskipun begitu, drama ini masih tergolong ringan untuk ditonton karena vibe-nya enak banget. Kita jadi diingatkan tentang banyak hal yang sering kita temui di keseharian; persahabatan, pasangan, kehidupan masa muda, hubungan dengan keluarga, sampai dengan how to deal with traumas. Yap, trauma masa lalu memang menjadi hal yang kadang susah untuk kita lepaskan, dan hal itu dapat memperburuk hubungan kita di masa depan dengan orang-orang di sekitar kita.

Ketika saya selesai menyelesaikan semua episode Ginny & Georgia, saya bisa bilang bahwa series ini the best banget! Saya berani kasih rating 10/10★ karena banyak banget kesan yang bisa saya ambil dari sebagian besar karakter di dalamnya, dan wajib disadari bahwa kesehatan mental itu penting banget. Mau ikut saya bedah satu-satu? Yuk baca sampai akhir!

Disclaimer: saya berusaha untuk gak kasih tahu lebih banyak cuplikan karena khawatir malah jadi spoiler, jadi semoga setelah membaca ini, kamu tidak kesal karena merasa kena spoiler yaaaa.

SINOPSIS

Georgia Miller adalah seorang ibu tunggal yang memiliki dua orang anak, Virginia (Ginny) dan Austin, dinamakan sesuai dengan temnpat lahir mereka. Kisah hidup Georgia cukup kelam dan bisa dikatakan buruk serta penuh dengan trauma, sehingga kehidupannya pun tidak ada yang bisa dibanggakan. Ia banyak menyimpan rahasia itu dari anak-anaknya, dan berjuang mencari kehidupan yang aman, nyaman, dan settled.

Jika ada masalah, Georgia lebih memilih untuk lari dan pindah. Ginny dan Austin tak pernah dilibatkan untuk hal apapun, kecuali menuruti semua rules dari Georgia. Mereka berkali-kali pindah sekolah dan hampir tidak pernah memiliki teman karena selalu menjadi anak baru. Saat akhirnya mereka pindah ke kota Wellsburry, Georgia merasa kali ini kehidupannya akan berbeda.

https://widyasty.com

Georgia mendapatkan pekerjaan dan memacari walikota Wellsburry, Paul Randolph. Ginny memiliki teman bahkan pacar di sekolah barunya. Austin masih berusaha beradaptasi di sekolah. Tetapi, apakah Wellsburry benar-benar tempat yang tepat bagi mereka untuk menetap dengan aman? Tentu tidak semudah itu. Apalagi Ginny sudah tumbuh remaja, dan Georgia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan rahasia, karena Ginny sanggup dan berani untuk mencari tahu segalanya, termasuk alasan Georgia menerapkan bad parenting ke anak-anaknya selama ini.

Baca juga: Kesalahan Parenting yang Dilakukan oleh Wanda/Scarlet Witch

Hal-hal itu membuat Ginny cukup depresi karena sering adu argumen dengan Georgia. Semua yang Georgia lakukan tampak misterius dan mencurigakan. Ia bahkan tidak lagi bisa memercayai ibunya sendiri. Belum lagi masalah asmara dan persahabatan di sekolahnya yang juga menyita pikirannya.

KEHIDUPAN DI WELLSBURRY

Ada alasan tersendiri bagi Georgia tentang pilihannya pindah ke Wellsburry. Kisah masa lalunya pun kerap ditayangkan sebagai flashback, dan semua itu sangat berhubungan dengan semua keputusan yang diambil oleh Georgia, misalnya; mengajak Ginny menggunakan alat kontrasepsi saat tahu Ginny memiliki pacar, menyimpan dua senjata api diam-diam, menggelapkan keuangan di tempatnya bekerja, dan masih banyak hal lain yang Ia akui tak terpuji, tapi demi bisa melindungi anak-anaknya, semua akan tetap Ia lakukan. That's a bad parenting!

Georgia tidak pernah mempelajari bagaimana menjadi orangtua yang baik. Ia hanya selalu belajar cara mencurangi segala hal agar bisa bertahan hidup dan tidak terpisah dari anak-anaknya, meski hidupnya tidak akan pernah aman. Tetapi, di samping itu, kehidupan kita semua tentu sama, tak pernah lepas dari masalah yang selalu menghantui kita, di manapun berada. Membuat kita merasa tak aman dan bernapas lega.

Di Wellsburry, semua orang memiliki sisi gelapnya masing-masing, masalah yang terasa seperti ancaman di setiap detik. Membuat semua orang lupa menikmati kebahagian hari ini, sibuk mencemaskan hal buruk yang terus terjadi. Mari kita bongkar satu per satu, yuk!

GEORGIA MILLER

Trauma masa lalu tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah tirinya membuat Georgia, yang dulu bernama Mary, lari dari rumah dan mulai hidup berpindah-pindah. Ketika Ia selalu merasa bahwa hidup ini didesain dan dirangcang untuk laki-laki, maka tak ada tempat untuk perempuan. Dunia selalu meremehkan perempuan, dan laki-laki merasa berkuasa di dunia ini. Maka, satu-satunya jalan adalah beradaptasi dan bertahan. Itu yang selalu dilakukan Georgia, meski dengan cara yang tidak wajar.

https://widyasty.com

Bad parenting yang dilakukan Georgia selama seluruh season Ginny & Georgia bakal bikin kita super gregetan, karena benar-benar menyebalkan. Saya langsung ikut kesal ketika Ginny selalu merasa bahwa Georgia tidak memiliki batasan terhadap privasi anaknya. Semua hal harus ikut aturannya. Ginny harus terbuka dan memercayainya, tapi bahkan Ia tidak pernah terbuka kepada Ginny. Jika masa lalu saya seperti itu, saya rasa juga tidak akan sanggup membuka semua luka itu untuk diketahui oleh anak-anak saya.

Tidak mudah baginya membuka luka lama, meskipun ke anaknya sendiri. Ia bahkan berkata pada Ginny, "If you  knew, you'd never look at me at the same way. There'd be no coming back from that". Damn! Saya, yang tadinya menyalahkan Georgia karena jadi ibu yang buruk selama ini kepada kedua anaknya, langsung dibuat paham bahwa semua yang Ia alami sejak kecil terlalu kelam untuk dibuka dan diperlihatkan ke anak-anaknya. Ia hanya ingin anaknya memiliki masa kecil yang indah, dan tidak melihat bahwa ada sejarah kelam yang panjang yang membayangi kehidupannya selamanya. Tapi, Ginny pun tidak keterlaluan. Sebagai anak remaja yang sudah paham melihat kondisi di depan matanya, Ia pasti penasaran kenapa ibunya selalu punya masalah yang dirahasiakan darinya. Sebesar apa masalah itu?

Luka masa lalu yang tidak disembuhkan, akan terus menghantui hidup kita selamanya, membuat kita hidup dalam neraka dan penyiksaan. Bahkan lebih dari itu, semuanya aka memengaruhi kehidupan orang-orang di sekitar kita juga; pasangan, anak-anak, keluarga.

Baca juga: Sudahkah Kita Berdamai dengan Masa Kecil?

VIRGINIA MILLER

Berbeda dengan pengalaman di sekolah-sekolah sebelumnya, Ginny tidak pernah memiliki teman/sahabat. Tapi di Wellsburry, ia langsung diterima hangat oleh Max, anak Ellen yang rumahnya bersebrangan dengan Ginny. Max punya gang di sekolah, yang kemudian perlahan menerima Ginny juga menjadi bagian dari geng itu. Tak hanya itu, Ginny juga memiliki kekasih untuk pertama kalinya, meskipun harus dibumbui dengan drama perselingkuhan dengan Marcus, saudara kembar Max. Kehidupan Ginny di Wellsburry ternyata benar-benar berbeda, dan Ia sangat menyukainya.

Ginny, yang sudah memasuki usia 16 tahun, mulai merasa sadar bahwa sudah saatnya Georgia tidak mengatur hidupnya lagi. Tetapi, semua kebohongan Georgia yang mulai terbuka satu-satu, membuatnya sering bertengkar dan tidak lagi memercayai siapapun. Ginny bahkan bilang bahwa Ia tidak pernah merasa punya suara. "Of course, I hurt myself. When you don't have a voice, you have to scream somehow". Sudah lama sejak Ia merasa ingin menyakiti dirinya sendiri, dan Ia selalu berusaha menutupi itu dari semua orang lain.

Perilaku self-harm yang dilakukan Ginny merupakan salah satu sinyal bahwa Ginny butuh pertolongan. Kondisi mentalnya yang tidak stabil karena kehidupannya dengan Georgia membuatnya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, dan Ia merasa puas setelah melukai dirinya sendiri. Pada akhirnya, ketika Ia memberitahu Ayahnya, Ginny mendapatkan sesi terapi agar dapat mendistraksi diri dari perasaan ingin melukai diri sendiri, dan mencari sumber dari masalah itu.

AUSTIN

Anak kedua Georgia ini baru berusia 9 tahun. Berbeda dengan Ginny yang lebih cepat beradaptasi, ternyata Austin sering bermasalah dengan teman sekelasnya, Zach. Zach sering menyombongkan hidupnya yang serba mewah dan normal, dan menganggap bahwa Austin aneh karena hidup dalam dunia khayalan Harry Potter. Saat Austin tidak bisa mengontrol dirinya, Ia menusuk tangan Zach dengan pensil runcing. Meskipun sudah diberitahu oleh pihak sekolah bahwa Austin butuh terapi, Georgia tetap tidak melakukannya karena tidak percaya bahwa psikolog dapat membantu permasalahan orang hanya dengan mendengar ceritanya saja, like..... hellooooo! Kok lu ngeremehin mental anak lu gitu sih??!

Austin lebih banyak diam dan hampir tidak pernah protes. Mungkin karena Ia masih kecil, Ia hanya dapat mengikuti peraturan yang dibuat Georgia saja. Sebagai laki-laki, Ia tidak memiliki sosok ayah sebagai role model, karena ayahnya di penjara. Jika marah, Austin akan melakukan aksi diam dan tidak berbicara kepada siapapun selama berbulan-bulan, dan memendam itu bukan cara yang aman untuk menyelesaikan masalah.

GENG MANG (MAX, ABBY, NORAH, GINNY)

Pada awalnya, saya mengira geng ini toxic banget, karena cuma Max yang menerima Ginny sebagai temannya. Berbeda dengan Abby dan Norah yang malah merasa pertemanannya terganggu sejak Ginny datang. Mereka bahkan pernah menjebak Ginny untuk mencuri di toko perhiasan dan malah sembunyi tangan. Tetapi, lama kelamaan hubungan mereka malah semakin erat. Mereka punya masalahnya masing-masing, dan tetap bisa ada untuk saling mendukung.

https://widyasty.com
Geng MANG saat acara the sleepover di sekolah Wellsburry. Kompak pakai piyama dan baju kembar ❤

Max, si lesbian, sibuk dengan perasaannya yang sering dibuat patah hati oleh pasangannya, kadang lebih sering merasa bahwa dunia harus berpusat pada dirinya dan jarang melihat bahwa teman lainnya membutuhkan support yang lebih banyak. Abby depresi karena jadi anak broken home, orangtuanya cerai dan ayahnya begitu cepat punya pacar lagi, sedangkan Ia tak pernah merasa dicintai oleh siapapun, bahkan pacar. Bentuk tubuhnya pun bukan hal yang Ia sukai. Ia sering menggunakan solasi di bagian pahanya agar kakinya terlihat kecil dan jenjang, karena Ia takut dilihat gendut. Norah adalah satu-satunya yang tidak ter-expose kehidupan pribadinya. Kisah asmaranya dengan pacarnya pun lancar dan langgeng selama beberapa tahun.

Yang bikin saya suka, chemistry keempat orang ini terlihat natural banget, seakan mereka bestie beneran gitu di kehidupan nyata, karena setiap melihat scene mereka bersama, saya tidak melihat mereka sedang berakting. Keren banget! Jadi kangen sama geng waktu di sekolah dulu deh, ehehehe.

MARCUS

Saudara kembar Max ini digambarkan sebagai bad boy yang tertutup. Berbeda dengan Ginny, Ia lebih suka menyendiri dibandingkan  bergaul dengan teman atau keluarga. Meskipun begitu, ternyata Ia dan Ginny saling tertarik dan merasa fitted each other. Marcus pernah berada di kondisi paling rendah, saat depresi tiba-tiba menyerangnya, membuatnya selalu merasa tidak pantas untuk dimiliki oleh siapapun, termasuk Ginny. Ia hanya mabuk dan menutup diri di kamar, bolos sekolah, dan tidak mau ditemui oleh siapa-siapa. Apalagi dulu Ia pernah ditinggal sahabatnya meninggal karena sakit kanker, dan kondisinya sangat terpuruk.

https://widyasty.com
Marcus & Ginny, pasangan ter-the best di serial Ginny & Georgia

Sisi baik yang saya lihat dari series Ginny & Georgia ini adalah, bahwa sebagian besar orang di lingkungan ini sangat aware dengan mental health, dan tidak pernah ragu untuk melakukan sesi terapi jika terlihat kecenderungan yang mengarah ke depresi.

EVERYTHING WE KNOW ABOUT GINNY & GEORGIA

Selain mengangkat tema mental health, series Ginny & Georgia juga mengangkat isu rasisme yang dilakukan oleh guru Ginny di sekolah, karena selalu bersikap tak acuh bahkan mendiskriminasi semua siswa berkulit hitam. Saat Ginny masuk ke kelasnya, Ginny beberapa dibuat tidak nyaman dan merasa dipojokkan oleh gurunya ini. Untungnya, Max, Hunter, dan beberapa teman lainnya justru mendukung untuk melawan guru ini.

Isu besar lain yang diangkat adalah tentang betapa beratnya menjadi orangtua, betapa sulitnya bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anak, dan seberapa besar kita bisa membuat anak-anak tumbuh sebagai orang bijak, yang selalu dapat berpikir jernih tentang semua keputusan agar tidak ada penyesalan. Menjadi orangtua tidak hanya bertugas membuat anak aman, sehingga melakukan segala cara, tetapi juga menjadi teladan yang pantas dicontoh agar anak tidak melakukan kesalahan yang dilakukan orangtuanya.

Season 2 berjalan sangat intens, seakan semua episode penuh dengan konflik tanpa membiarkan kita menarik napas jeda. Saat Ginny & Georgia semakin menemukan jalan buntu untuk tetap bersama menjalani kehidupan, Ginny semakin memandang bahwa ibunya adalah sosok yang sangat buruk dan tidak bisa dibanggakan, bahkan tidak bisa menjadi seseorang yang dapat dijadikan sandaran saat Ia butuh dukungan. Ia tidak bisa lagi percaya dengan semua yang Georgia katakan dan lakukan. Ia hampir selalu marah pada ibunya dan menutup mata atas kasih sayangnya.

Georgia mengakui bahwa semua yang dilakukan adalah buruk dan tidak pantas untuk dibanggakan. Tetapi, Ia melakukannya untuk melindungi dirinya dan anak-anaknya. Ternyata hal itu merupakan beban untuk Ginny. "I'll do anything for you", bermakna pengorbanan yang juga sekaligus beban bagi orang yang dilindungi. Sebaliknya, seburuk apapun yang Georgia lakukan, Ia tetap mencintainya dengan tulus. Ia tetap mampu berdamai dengannya, meskipun sangat sering saling berteriak saat egonya tak mau diajak mengalah.

Lalu, apa hal baik yang bisa dilihat dari Georgia?
  1. Karena usianya yang masih muda, Georgia kadang menempatkan diri sebagai teman Ginny dan berusaha berpikiran terbuka. Ia sangat bahagia ketika Ginny memiliki kehidupan normal sebagai remaja pada umumnya. Meskipun Ginny melakukan beberapa kenakalan, Ia memberi nasehat yang bijak pada Ginny, alih-alih hanya menghukumnya untuk efek jera.
  2. Georgia mampu bertanggung jawab atas dua anaknya, meski tanpa dibantu oleh pasangannya. Ia tetap membersarkan dua anaknya, dan berjuang agar tidak kehilangan kedua anaknya (meskipun caranya salah dan tetap tidak bisa dibenarkan).
  3. Georgia selalu punya ide bagus yang membuat semua orang tertarik. Pekerjaannya di kantor walikota cukup lancar karena beberapa ide Georgia cukup sukses dilakukan selama masa kampanye Paul. Dia pernah bilang saat pertemuannya pertama kali dengan Paul, "You give me lemons, you'll have lemonade, lemon pie, and lemon meringue". That's mean dia bisa melakukan pekerjaan apa saja.
  4. She's beautiful, sexy, hot! That's it! Hahaha. Bajunya bagus-bagus banget, makeup-nya juga cantik. Apalagi cara bicaranya yang penuh percaya diri, beuh!
https://widyasty.com
Austin, Ginny, Georgia, dan Paul Randolph, sang Walikota Wellsburry

Ada dua scene yang paling menyentuh dan bikin nangis di season 2, yaitu di episode 3, saat Georgia bilang pada Ginny, "You can think I'm the worst mother, I'm not worthy anything, but you are". Ginny sangat marah karena baru tahu tentang rahasia kelam yang disimpan Georgia selama ini, tapi Georgia akhirnya menumpahkan semua perasaannya, tentang alasan mengapa Ia melakukan itu, tentang bagaimana Ia berjuang dan bertahan sejauh ini hanya demi anak-anaknya agar bisa memiliki masa depan.

Di episode 6, saya kembali dibuat menangis saat akhirnya Georgia tahu bahwa Ginny sering melukai dirinya sendiri. Ia menangis dan berkali-kali memeluk Ginny, meminta maaf atas perbuatannya selama ini yang membuat Ginny tersiksa, hingga harus merasa depresi dan melukai dirinya sendiri. Ia menyesal karena tidak menyadari hal itu. Setelah kejadian itu, Georgia selalu berusaha ada di samping Ginny, menghabiskan waktu bersama, menjadi ibu yang baik dan friendly. Georgia seakan tidak rela jika anaknya harus ikut menanggung sakitnya, karena masalah yang dihadapinya. Bahkan, Ia bilang, "You give all that pain to me, I can handle this" sambil terus memeluk Ginny.

Wah, kalau ngomongin serial ini rasanya banyak yang pengin dibahas, saking banyaknya pesan moral yang bisa kita ambil sejak dari episode pertama. Kita tidak pernah bisa belajar menjadi orangtua, karena proses belajarnya tanpa henti seumur hidup. Selama itu pula kita mungkin akan melakukan kesalahan, dibenci oleh anak atas semua peraturan yang kita buat, merasa menjadi sosok orangtua yang gagal, tapi kasih sayang yang kita berikan akan selalu nyata untuk dirasakan.

Nah, gimana, udah penasaran mau nonton? Udah, gak usah ditunda-tunda. Serial ini saya jamin bagus banget, dan seharusnya menjadi peringkat satu di Top10 Netflix sih, haha. Kalau setuju sama poin yang saya tulis, jangan lupa share tulisan ini ya. Kalau mau tambahin juga boleh banget tulis komentarnya! Terima kasiih.
Proses pola asuh yang selama ini saya jalani itu gak mudah, bahkan cenderung sulit. Masih banyak ilmu parenting yang gagal saya terapkan dan masih selalu saya coba perbaiki. Salah satunya adalah tata bahasa dan cara komunikasi saya ke anak yang masih jauh dari kata baik.

Saat emosi, saya lebih sering berteriak dibanding menyalurkannya secara aman. Tutur kata yang keluar dari mulut saya masih sangat perlu banyak diubah. Meskipun kadang saya merasa sangat terlambat, tapi saya masih percaya bahwa setiap proses kehidupan gak pernah memiliki bab akhir untuk dipelajari.

Biandul mungkin sudah menyerap banyak kalimat tidak baik yang ia dengar saat saya marah. Ia mungkin sudah melihat puluhan kali sisi monster yang ada dalam diri saya ketika marah. Selain itu semua, ia juga sudah melihat sisi paling rapuh, juga dinding ego yang masih belum mampu saya runtuhkan, meskipun saya sudah menjalani kehidupan menjadi orangtua selama lima tahun.

Mungkin sudah banyak input buruk yang terlanjur terekam dalam mata dan kepalanya. Tapi, bukan berarti kita bisa berhenti berusaha jadi lebih baik di hari berikutnya kan? Jangan lupa juga untuk mengapresiasi diri ketika pengelolaan emosi sudah lumayan membaik.

MENGELOLA EMOSI SEBAGAI ORANGTUA

Agar bisa mengelola emosi dan rasa marah yang muncul setiap kali tingkah anak sedang "aktif", tentunya saya harus objektif dulu untuk menilai apa alasan yang mendasari anak saya melakukan hal itu. Bila itu semua bukan sengaja ia lakukan untuk mencari kesalahan, saya tentunya lebih mudah mengelola emosi agar gak menyerang anak dengan omelan-omelan panjang saya.

https://widyasty.com

Yang menjadi masalah adalah ketika anak melakukan kesalahan, apalagi sudah saya ingatkan untuk gak melakukan itu. Untuk dapat meredam emosi yang hampir meledak di depan anak, saya harus diam sebentar, exhale-inhale berkali-kali, dan membuka diri untuk memaafkan kesalahannya dulu. Setelah itu, baru saya bisa mengajak anak berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan.

Salah satu kelemahan saya adalah, saya masih sering merasa anak harus tahu dan setuju tentang apa yang saya larang. Jika ia melanggar, saya merasa ia gak mau menuruti saya. Inilah yang membuat saya merasa harus dan wajib membuka diri untuk memaafkannya, bukan selalu menyalahkannya. Saya gak mau jadi orangtua diktator, yang memaksa anak setuju tentang semua keputusan yang saya buat. Tentunya ini sangat sulit bagi saya pribadi, meskipun mungkin mudah bagi sebagian orang lain di luar sana.

Seperti yang pernah saya tulis juga, "Kesalahan terbesar dan yang paling sering dilakukan ketika kita menjadi orangtua adalah memenangkan ego, dan mengalahkan diri sendiri. Kadang, tanpa sadar kita kalah dari ego kita sendiri, dan justru malah mengorbankan orang lain."
Baca tulisan selengkapnya di sini: Kesalahan Parenting dalam film Doctor Strange and the Multiverse of Madness

KATA TERBURUK YANG PERNAH DIUCAPKAN

Meskipun sering merasa menyesal, kenyataannya saya masih sering juga mengulang kesalahan yang sama; tidak bisa menahan emosi dan terlalu semangat ngomel ke anak saat ia melakukan kesalahan. Gak jarang juga kata-kata yang saya ucapkan sangat buruk sehingga membuat anak semakin menangis dan takut. Yap, saya mengakui ini, karena saya yakin banyak juga orangtua di luar sana yang sedih dan menyalahkan diri sendiri karena gak bisa mengelola emosi saat berhadapan dengan anak.

Saya juga yakin bahwa mengakui kesalahan sendiri lebih sulit, padahal ini adalah kunci utama untuk mulai mengubah pola asuh dan mengontrol emosi dengan cara yang tepat. Jika saya sudah merunduk dan mengakui kesalahan, saya lebih mudah mencari jalan keluar agar tidak mengulangi lagi di kemudian hari.

Saat marah, saya lebih sering berteriak dan menggunakan nada keras hanya agar anak dapat paham apa yang saya katakan. Padahal, ini adalah cara terburuk. Suami saya selalu marah saat mendapati saya berteriak ke anak, lalu saat itu juga saya lebih marah pada diri saya sendiri. Kenapa saya gak bisa tenang dalam menghadapi kelakuan anak? Kenapa saya gak bisa menurunkan nada bicara saya, dan malah membuat anak lebih takut?

Hal yang paling saya sesali adalah ketika saya mengucapkan sebuah kalimat pada Biandul, "Kamu punya telinga? Bisa untuk mendengar? Kalau gak mau mendengar apa kata Mama, apa fungsi telingamu itu?"
It's rude and cruel, yes indeed! I admit I regretting it for my whole life!

Manusia lebih mirip seperti monster ketika ia marah dan kecewa, tapi di dalam lubuk hati yang paling dalam, kemarahan hanya akan meninggalkan penyesalan panjang jika tidak dikelola dengan baik. Yang bisa mengubah itu semua hanya diri sendiri, dimulai dari membuka diri dan memperbaiki komunikasi.

BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK

Secara teori, komunikasi yang saya lakukan ke anak saat sedang marah merupakan komunikasi agresif, yang selalu mempertahankan sikap dan pendapat tanpa memikirkan lawan bicara. Saya paham bahwa jika saya terus-menerus menggunakan pendekatan ini, Biandul gak akan pernah paham alasan saya yang sesungguhnya. Di matanya, saya hanya seorang pengatur dan gak pernah mau memahami apa yang ia rasakan. Maka, saya bertekad untuk mengubah bentuk komunikasi asertif kepadanya.

Komunikasi asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan sebuah pesan dengan baik dan efektif, tanpa bersifat menyerang lawan bicara. Semua orangtua wajib dan harus paham tentang jenis komunikasi ini untuk dapat membentuk hubungan yang baik dengan anak. Dengan begitu, anak akan lebih mudah juga mengelola emosinya, karena semua hal yang anak lakukan bercermin dari apa yang orangtuanya lakukan.

Nah, saya pernah nonton sebuah Korean series, yang di dalamnya kaya akan pelajara berharga tentang pola asuh keluarga. Kamu pasti akan suka deh kalau sudah menonton, atau udah ada yang nonton juga berkali-kali?
Baca ulasannya dulu di sini: Pelajaran Berharga dari Serial Korea Hometown Cha Cha Cha

Sebenarnya, umur 0-3 tahun adalah waktu yang sangat penting dalam membentuk sebuah karakter, sehingga anak juga bisa lebih mudah diajak mengelola emosi sama-sama. Anehnya, saya masih merasa lebih mudah mengelola emosi dan minim marah-marah ke anak saat usia ini. Saat anak semakin tumbuh besar, semakin sulit juga saya menghadapinya. Mungkin salah satu alasannya adalah karena kemampuan komunikasi anak semakin baik, dan ia sudah mulai tahu apa yang ingin ia lakukan. Yang perlu kita lakukan adalah pengelolaan emosi yang lebih baik lagi, memperbaiki komunikasi, dan memberikan kesempatan untuk anak mengeksplor keingintahuannya tanpa harus diinterupsi dengan memaksakan aturan yang kita buat.

https://widyasty.com

CARA MENGELOLA EMOSI

1. Cara paling mudah, efektif, dan sederhana yang sekarang saya coba untuk mengelola emosi adalah dengan secara sadar menerima emosi itu sendiri. Setiap hari, saya harus memiliki kesadaran tentang mood yang mungkin akan memengaruhi kondisi hari itu, misalnya saya sedang lelah dan gak bersemangat, maka saya harus mengatur kegiatan apa saja yang diprioritaskan hari itu, agar tubuh gak semakin lelah dan kuwalahan. Dengan begitu, anak gak akan menerima luapan emosi dari saya, hanya karena mood saya lagi buruk.

2. Saat saya sedang sedih, bosan, atau stres, saya harus menemukan kegiatan yang bisa memperbaikinya, misalnya mendengarkan lagu sambil bernyanyi, melakukan hobi yang menyenangkan, membuat makanan dan minuman enak, atau mengajak anak jalan-jalan ke taman terdekat. Pergi ke taman gak hanya membantu saya stress release, tapi juga membuat anak lebih bebas bergerak di luar rumah dan mengekspresikan kegembiraan. Sepulangnya ke rumah, kami berdua akan merasa senang dan refresh.

3. Last but not least, menjaga pikiran agar tetap positif dan optimis adalah kunci untuk menjalani hari-hari yang penuh dengan rasa tenang. Awali hari dengan doa dan harapan, serta syukur atas tidur nyenyak semalam. Lakukan rutinitas seperti biasa, dan buatlah skala prioritas, misalnya memasak, sarapan dengan keluarga, mandi, lalu setelah semuanya selesai bisa dilanjutkan dengan kegiatan tambahan lain yang menyenangkan. Saya sendiri biasanya membaca buku, menonton film, main game, dan menulis jurnal atau artikel di blog ini.

Share tips kalian juga dong! 😊
Setiap sedang merenung, saya seriiing banget berpikir, betapa menjadi orangtua itu sangat susah. Meskipun kata orang, punya anak kecil itu lucu, bikin rumah jadi rame, dan punya anak itu impian beberapa orang yang sudah menikah. Tapi, hal itu gak menepis kenyataan, bahwa harga yang dibayar untuk kebahagiaan itu juga cukup berat. Banyak sekali tantangan dan masa sulit yang harus kita hadapi, dan kita gak bisa mundur lagi ke keadaan semula.

Semasa kehamilan, kamu selalu melakukan senam hamil, berjalan kaki setiap pagi dan sore hari, berolahraga kecil, makan makanan sehat, dan tak lupa juga selalu membaca semua artikel demi mencapai persalinan yang mudah dan sehat. Tetapi, kenyataan sering gak sesuai seperti impian. Kamu diharuskan melakukan operasi dalam proses melahirkan. Setelah bayi keluar, ASI-mu hanya keluar sedikit, anak terus menangis, kamu kurang tidur dan jadi rentan stress.

Beberapa bulan kemudian, anak kamu tumbuh dengan baik dan kamu siap menghadapi fase berikutnya: MPASI. Ternyata, anakmu sangat selektif dalam memilih makanan yang masuk ke dalam mulut. Akibatnya, BB anak sulit bertambah dan kamu mudah emosi, apalagi kalau masakannya gak berhasil masuk ke mulut anak seharian. Belum lagi omongan orang yang selalu meremehkanmu sebagai orangtua karena anakmu gak sesuai dengan bayangan ideal orang-orang.

Jadi orangtua memang sesulit itu, makanya beberapa orang ada yang menunda punya anak sebelum mereka merasa mentalnya stabil dan sanggup menghadapi semua tekanan. Tapi, bahkan, keputusan ini pun gak lepas juga dari omongan orang. Serba salah yaaaa, Buuun. Lalu, bagaimana dengan kehidupan orang yang  sebaliknya dari keadaan di cerita atas tadi?

Baca juga tentang alasan saya menunda punya anak kedua.

https://widyasty.com

Ada selebriti yang hidupnya serba ideal. Punya babysitter dan pelayan rumah tangga. Punya dokter anak pribadi, bahkan bisa membayar trainer untuk melakukan pola hidup sehat. Seakan-akan, semua masalah yang tadi kita alami, gak pernah terjadi di kehidupan mereka. Tapi, yang sebenarnya terjadi adalah; bahwa mereka hanya memperlihatkan semua hal ideal, agar kita bisa memujinya dan mengandalkannya sebagai influencer, berharap banyak orang yang terinspirasi dan mengikuti jejaknya.

Bahkan, tetap saja ada orang yang merasa kontra, dan selalu mengoreksi segala hal tentang gaya parenting-nya yang dianggap kurang tepat; misalnya cara gendong, makanan MPASI, bahkan pertumbuhannya pun gak luput dari perbandingan dengan anak lainnya. Mereka juga punya sisi sulit, yang kita gak alami. Tetapi, mengekspos kehidupan pribadi dan gaya parenting merupakan keputusan dari masing-masing orang, yang mungkin sudah seharusnya juga paham tentang konsekuensinya, serta perasaan siap kecewa atas komentar kurang enak yang dikatakan oleh orang lain.

GAYA PARENTING VS KOMENTAR NETIZEN

Belakangan ini, sering banget seliweran di media sosial saya tentang seorang selebriti yang baru punya anak, Nikita Willy. Nikita dianggap "istimewa" karena ia berani melahirkan secara normal instead of memilih operasi caesar. Ia juga lebih memilih mengurus anaknya sendiri daripada menggunakan babysitter atau daycare. Hal-hal seperti itu, sesungguhnya masih wajar dan normal untuk kita yang orang biasa, tapi ternyata jadi sesuatu yang luar biasa jika terjadi di kalangan selebriti dan orang kaya. Mengapa? Apakah menjadi orangtua yang istimewa hanya bisa dilakukan oleh orang kaya? Tentu tidak.

Kita semua sudah jadi orangtua yang istimewa, bedanya apapun yang kita lakukan paling cuma dikomentari oleh keluarga dan tetangga sekitar, sedangkan para selebriti itu dikomentari oleh netizen se-Indonesia. Pressure mereka lebih berat, tapi bukan berarti kita kalah istimewa. Menjadi orangtua, merupakan hal terberat sekaligus anugerah terindah bagi kita semua yang sudah siap. Maka, penting bagi kita untuk menyiapkan fisik dan mental sebelum memutuskan untuk memiliki anak.

Lagipula, melahirkan secara normal dan mengurus anak sendiri tanpa bantuan babysitter pun wajib kita lakukan sebagai ibu, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan anak. Kalau gak memungkinkan lahir normal karena kendala medis, itu pun gak membuat keistimewaan kita sebagai ibu menjadi berkurang.

https://widyasty.com

Selain Nikita Willy, masih banyak lagi sederet selebriti yang gaya parenting-nya gak pernah luput dari komentar netizen, yang kadang pedas banget, misalnya Andien dan Shandy Aulia dengan metode BLW (baby lead weaning/memberi makanan padat sejak awal MPASI) sebelum anak berusia 6 bulan, Nia Ramadhani yang membiarkan anaknya menggunakan pakaian terbuka, hingga Raffi Nagita yang selalu overshare dalam menyorot kegiatan anaknya. Meskipun mereka punya pengaruh besar, tapi kita sebagai penyimak tetap harus memilih dan menyaring hal baik dan menghindari hal buruknya. Siapapun itu, kita akan selalu punya kesempatan untuk melakukan kesalahan, apalagi gak ada sekolah parenting. Ilmunya memang bertebaran di internet, tapi tanpa filter, kita akan tersesat dan mengorbankan perkembangan anak.

MENJADI ORANGTUA MENURUT SAYA...

Menjadi orangtua itu gak cuma sekadar berhasil hamil, melahirkan, dan menjaga anak agar tetap tumbuh dengan baik. Proses melahirkan, baik caesar ataupun normal, memiliki tujuan yang sama; melahirkan anak yang sehat. Jadi, gak ada definisi luar biasa atau istimewa hanya untuk perempuan yang bisa melahirkan dengan cara normal.

Menjadi orangtua juga bukan ajang membandingkan dengan anak lain. Overproud adalah akar dari kesombongan, seakan-akan anak kita yang selalu lebih baik dari yang lain. Pada akhirnya, inilah yang menyebabkan kita jadi terlalu mudah melempar opini yang gak diharapkan, karena merasa orang lain gak paham dan kita paling paham. Mulut/jari bisa kita kontrol, tapi kita gak bisa memilih opini mana yang mau dan gak mau kita dengar dengan telinga. Sekali aja opini itu masuk ke telinga, selamanya akan mempengaruhi hidup orang yang mendengarnya. Be careful.

Menjadi orangtua gak cukup hanya mendidik anak untuk berlaku baik, tapi juga bercermin ke diri sendiri dan berusaha menjadi panutan untuk anak. Sebanyak apapun artikel yang dibaca, video yang ditonton, ilmu yang digali, pada kenyataannya semua akan sangat berbeda saat menghadapinya secara langsung. Butuh improve dan insting ibu untuk bisa melakukan semuanya sesuai dengan karakter dan temperamen anak, yang pastinya akan berbeda satu sama lain.

Baca juga: Tipe Temperamen Anak

PARA PEMBERI PENGARUH PARENTING DI MEDIA SOSIAL

Meskipun struggling kita semua berbeda dalam membentuk karakter anak, tapi ada satu hal sama yang dirasakan oleh semua orangtua: pendidikan dan pengembangan karakter anak yang paling besar terjadi di lingkungan keluarga inti, dengan orangtua yang berperan sebagai gurunya. Gak ada anak yang nakal, gagal, atau sia-sia, yang ada hanyalah orangtua yang punya tanggung jawab besar untuk membuat anak merasa aman, nyaman, dan bahagia dengan keluarganya.

Di media sosial, saya juga sangat selektif dalam menyimak konten-konten parenting dari selebriti. Saking banyaknya, gak mungkin juga kita ikuti semuanya, karena belum tentu mereka benar tentang teorinya, apalagi banyak yang kontroversial karena ilmu yang diterapkan bisa saja bersumber dari negara lain, yang tentunya gak semua hal bisa diterapkan di sini. Belum lagi kondisi dan tipe anak mereka dan anak kita yang sangat berbeda. Mau tahu, konten siapa aja yang biasanya saya simak?

Jennifer Bachdim

Ibu muda yang sudah memiliki 3 anak (soon to be 4) ini mengurus sendiri semua keperluan anak-anaknya, ditambah masih rajin banget workout. Komunikasi dengan anak-anaknya pun menggunakan bahasa yang sangat lembut dan halus. Keluarga mereka selalu menerapkan gaya hidup sehat, no wonder ya badannya masih bagus banget padahal udah hamil 4 kali, kulitnya pun kelihatan sehat banget. Saya sendiri suliiit banget untuk jadi produktif begitu, rasanya kalau selesai mengerjakan pekerjaan domestik, bawaannya cuma mau rebahan aja hahaha. Tapi, saya suka banget semua kontennya, karena saya bisa menikmati sekaligus belajar memperbaiki pola hidup, tanpa merasa digurui atau didikte, gak membuat saya merasa tsunami informasi karena terlalu banyak teori.
 
View this post on Instagram

A post shared by Jennifer Bachdim (@jenniferbachdim)


Dari Jennifer, saya terinspirasi untuk memiliki hidup yang sehat dan produktif.

Retno Hening

Ini Ibookk kesayangan kita semuaaa, banyak yang pastinya kenal sama Ibuk ini karena udah terbukti, didikan parenting-nya ke Kirana dan Rumaysha patut diacungi jempol. Gak pakai banyak anjuran, Ibuk cuma kasih lihat ke kita komunikasinya sehari-hari ke anak-anaknya, bagaimana cara menangani anak dalam sebuah situasi, bahkan kesulitannya pun gak pernah malu untuk di-share di IG-nya. Ibuk ini tinggalnya di Oman, dan memanfaatkan media sosial untuk merekam keseharian anaknya supaya tetap bisa disimak oleh keluarga dan saudaranya, tapi malah viral dan terkenal, sampai akhirnya bikin buku Happy Little Soul, yang dulu pernah saya beli juga. Isinya bagus banget, worth to buy!
 
View this post on Instagram

A post shared by retno hening palupi (@retnohening)


Dari Ibuk, saya terinspirasi untuk memperbaiki komunikasi dengan anak dan mengedepankan pendidikan manners serta empati.

Dee Lestari

Aduh, gak tahu lagi udah seberapa besar saya mengagumi Beliau, mulai dari karyanya, kehidupan sehari-harinya yang sangat adem untuk disimak, sampai melihat bahwa anak-anaknya tumbuh dengan talenta yang sangat keren, bikin saya iri banget (in a positive way, yaaa). Sebagai penyanyi dan penulis buku, saya mengagumi hampir semua karyanya. Sebelum suaminya meninggal dunia beberapa bulan yang lalu, mereka sekeluarga bahkan menggarap sebuah lagu, yang dinyanyikan juga bersama dengan anak keduanya, Atisha. Lirik dan nadanya benar-benar bikin eargasm banget.
 
View this post on Instagram

A post shared by Dee Lestari (@deelestari)


Dari Dee, saya terinspirasi untuk bisa mengembangkan bakat dan kemampuan anak semaksimal mungkin, dan juga memfasilitasinya agar bisa berkembang dengan baik.

Kalau kamu, siapa pemberi pengaruh yang paling menginspirasimu selama ini? Share di komentar yuk!
Beberapa hari yang lalu, yang kebetulan bertepatan dengan hari Anak Nasional, Biandul akhirnya dapat vaksin influenza, yang udah lama banget kita tunda-tunda hehehe, maaf ya, Ndul. Setelah abis-abisan dikeroyok pandemi, Biandul juga sering banget gampang ketularan flu entah dari teman mainnya atau dari orang rumah yang kebetulan lagi flu. Jadi, bagi saya vaksin influenza memang penting dan urgent banget, dan harus kita segerakan supaya gak ditunda-tunda lebih lama lagi. Ini vaksin dosis pertamanya. Setelah ini, berharap banget Biandul bisa lebih kuat dan gak mudah tertular flu dari orang sekitar. Kalaupun kena, semoga sembuhnya lebih cepat dari biasanya.

https://widyasty.com

Vaksinasi influenza adalah vaksin tambahan dan berbayar, bukan vaksin dasar dan gratis yang tersedia di faskes atau bidan terdekat. Jadi, memang kita perlu banget sediain anggaran vaksin demi meningkatkan imunitas anak. Gak cuma anak-anak, orang dewasa juga gak luput dari kebutuhan vaksinasi, lho. Cuma kan, 2-3 tahun belakangan ini, kita memang sedang difokuskan pada vaksinasi Covid-19, yang angkanya masih naik turun di Indonesia. Oiya, selain vaksin influenza, saya berharap suatu hari juga bisa ambil vaksin typhoid untuk Biandul, karena penyakit ini juga rentan dan banyak menyerang orang sekitar, jadi bagi saya penting juga. Nyicil dan nabung satu per satu dulu ya, Bun. Soalnya harga vaksin ini gak murah hehehe.

Baca juga: Cerita tentang Kasus Covid-19 yang Terjadi di Keluarga

PENTINGNYA VAKSINASI UNTUK ANAK

Sejak anak pertama kali lahir, mereka memiliki hak untuk mendapatkan vaksinasi dasar lengkap, apalagi fasilitas ini disediakan gratis dari pemerintah. Tujuan utamanya untuk membentuk imunitas dan antibodi seseorang, untuk mencegah tertularnya penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri penyebab infeksi. Nah, tapi, vaksin ini gak sekadar diberikan yang dasar saja, tetapi juga ada banyak vaksin tambahan yang penting untuk diberikan, tentunya jika kita punya anggarannya. Makanya penting banget nih buat ngumpulin anggaran khusus vaksinasi anak.

Vaksin dasar untuk anak yang dapat kita akses secara gratis berupa: HCG, DPT, Polio, Campak, dan lain-lain. Jadwal pemberiannya bisa dilihat dari tabel berikut di bawah ini:

https://www.idai.or.id/
Nah, sedangkan vaksin tambahan yang berbayar, masih ada banyak sekali, misalnya: MMR, influenza, typhoid, hepatitis, meningitis, pneumonia, dan masih banyak lainnya. Karena banyak dan mahal, jadi kita gak wajib memberikan semua vaksin, apalagi butuh booster juga yang biasanya diulang setiap beberapa bulan sekali atau setahun sekali. Kalau anggaran kita kebetulan aman banget sih enak ya, Bun, hihi. Tapi, kalau terbatas, yasudah, ambil yang sekiranya paling penting dan sangat dibutuhkan aja. Misalnya, kayak saya, yang tinggal di lingkungan rawan penyakit flu, Biandul butuh banget vaksinasi influenza.

TENTANG VAKSIN INFLUENZA

Sebelum akhirnya saya memutuskan untuk memberikan vaksin influenza untuk Biandul, sudah pasti banget hal pertama yang harus saya lakukan adalah cari tahu informasi tentang vaksin sebanyak-banyaknya. Akhirnya, saya tahu kalau vaksin influenza ternyata terdiri dari dua jenis. Dari bahasanya aja, saya gak paham artinya hahaha. Tapi, akhirnya saya baca-baca informasinya dan konsul ke dokter tentang pemberian vaksin influenza ini.

Vaksin influenza terdiri dari: vaksin influenza trivalen dan kuadrivalen.
Vaksin influenza trivalen terdiri dari 3 jenis virus influenza yang tidak aktif, yaitu 2 virus influenza tipe A dan 1 virus influenza tipe B. Sedangkan vaksin influenza kuadrivalen terdiri dari 2  virus influenza tipe A dan 2 virus influenza tipe B, lebih lengkap daripada trivalen, sehingga harganya pun lebih mahal. Nah, saya ambil yang trivalen karena memang anggarannya baru cukup untuk ambil ini hehe.

Berhubung Biandul masih berusia 4,5 tahun, jadi dia belum dapat diberikan vaksin Covid-19, sehingga vaksin influenza inilah yang jadi ikhtiar kita untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Pemberian vaksin influenza ini juga dibarengi dengan jadwal saya dan suami mendapatkan booster Covid-19 dosis ke-3, dijeda beberapa hari aja supaya gak barengan sakit karena efeknya.

EFEK SAMPING VAKSIN INFLUENZA

Menurut informasi dan hasil konsultasi dengan dokter sebelum memberikan vaksin ini, terdapat beberapa efek samping ringan yang mungkin akan dirasakan oleh pasien vaksinasi, misalnya:
  • Sakit, bengkak dan kemerahan di area yang disuntik
  • Demam, sakit kepala
  • Mual
  • Nyeri otot dan kelelahan
Efek samping lainnya yang mungkin bisa dirasakan adalah risiko alergi, karena vaksin influenza mengandung telur, sehingga pasien vaksinasi harus konsultasi lebih dulu dengan dokter agar risiko tersebut dapat diantisipasi. Efeknya bisa meliputi mata dan bibir bengkak, kemerahan di tubuh, sesak napas, dan juga pingsan. Untungnya, dari semua efek samping ini, gak ada yang dirasakan sama Biandul setelah vaksinasi. Bahkan, sorenya dia masih bisa main sepeda bareng teman-temannya. Malamnya, saat mau tidur, dia hanya bilang di tangannya agak pegal, jadi saya pijat pelan-pelan sampai dia pulas, lalu gak ada keluhan lain, saya yang bawel tiap sejam sekali selalu nanya apa yang dirasa? Ternyata dia baik-baik aja, alhamdulillah.

DI MANA BISA MENDAPATKAN VAKSIN INFLUENZA?

Beruntungnya di jaman serba mudah ini, kita semua bisa mendapatkan vaksin influenza di fakses dan rumah sakit terdekat, atau bisa juga melalui layanan klinik imunisasi Imuni. Nah, di klinik Imuni, kita bisa melakukan vaksinasi di rumah karena dokternya sendiri yang akan datang ke rumah kita. Praktis, nyaman, dan aman, apalagi masih musim pandemi gini, agak riskan kalau harus ke rumah sakit. Pendaftaran dan konsultasi semua dilakukan secara online, jadi kita tinggal daftar dan menunggu aja di rumah.

Saya tahu tentang layanan vaksinasi on-site Imuni ini dari Instagram, dan udah lama banget follow akunnya untuk dapat informasi jika sewaktu-waktu mau vaksin. Makanya saya langsung daftar dan mengisi form yang telah disediakan. Daftar jenis vaksinasi dan price list juga dicantumkan di website Imuni dan Instagram @imuni.id, terlampir juga di bawah ini yaa. Vaksinasi yang saya ambil kemarin adalah vaksin influenza trivalen untuk usia 3 tahun ke atas.

https://imuni.id


SYARAT SEBELUM MELAKUKAN VAKSINASI DI KLINIK IMUNI

Syarat paling pertama untuk dapat melakukan vaksinasi adalah pasien tidak sedang dalam kondisi sakit, tidak ada alergi terhadap kandungan dalam vaksin, seperti misalnya telur dalam vaksin influenza. Kebetulan Biandul baru banget sembuh dari flu, makanya setelah sehat langsung kita jadwalkan untuk imunisasi.

Setelah memastikan bahwa kondisi pasien vaksinasi baik, kita harus mengisi form pendaftaran terlebih dahulu dan memilih tanggal vaksinasi yang diinginkan. Gak lama setelah itu, kita akan mendapat chat via WhatsApp dari dokter kunsultan khusus vaksinasi, untuk melakukan screening tentang kondisi pasien dan keluarga pasien yang ada di rumah. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan, dan sebaiknya kita jujur dalam mengisinya, demi keamanan kesehatan pasien vaksinasi. Setelah itu, kita tinggal menunggu kedatangan dokter vaksinasi di jadwal yang sudah ditentukan. Gampang banget kan?

PENGALAMAN VAKSINASI DI KLINIK IMUNI

Super memuaskan! Dokter vaksinasi yang datang ke rumah saya ramaaahhh banget. Tutur katanya lembut dan halus, sangat hati-hati saat menangani Biandul, apalagi dia bukan bayi lagi jadi komunikasinya lebih rumit karena harus meminimalisir trauma terhadap dokter dan jarum suntik. Next akan saya share juga cara membujuk anak 4,5 tahun supaya mau vaksinasi dan gak takut jarum suntik. Surprisingly, setelah selesai vaksin, Biandul bilang, "Mama, Bian happy banget abis disuntik!" lhaaa dia demen hahaha.



Kenapa Biandul happy?
Poin pertama adalah karena dr. Regina, dokter vaksinasi yang datang, ramah banget. Kedua, Biandul selalu diajak ngobrol dan ditanya-tanya, supaya gak tegang. Bahkan dikasih liat juga cairan vaksinnya, proses memasukkan ke suntikan, dan saat disuntik gak disuruh tutup mata atau disembunyikan. Semua secara terang-terangan kita kasih lihat prosesnya supaya dia paham gak cuma sekadar disuruh suntik aja. Oiya, sebelum disuntik, Biandul juga ditimbang BB-nya, diukur TB dan lingkar kepalanya, dan dicatat di buku vaksinasi khusus dari Imuni. Data vaksin ini juga ditulis di buku pink yang udah kita punya dari bidan sejak awal kehamilan.

Setelah semua proses selesai, Biandul dikasih stiker, disuruh pilih mau yang mana. Matanya langsung menuju ke stiker Spiderman kesukaannya haha. Terakhir, Biandul diminta foto oleh dr. Regina, mungkin sebagai arsip di kliniknya karena Biandul telah terdaftar sebagai pasien vaksinasi di klinik Imuni. Tapi, foto ini sepenglihatan saya juga akan di-upload di Instagram, yang tentunya harus mendapat izin dari orangtua pasien dulu. Jadi, kalau memang keberatan karena masalah privasi, boleh banget kok untuk minta gak di-upload. dr. Regina pun sempat minta izin ke saya setelah selesai vaksinasi.

Gak lupa juga dr. Regina memberikan satu buah vitamin A untuk Biandul, yang biasanya memang kita dapatkan setiap bulan Februari dan Agustus. Tapi, karena sekarang udah akhir Juli juga, jadi yaudah sekalian aja dikasih sekarang gapapa, katanya.

https://widyasty.com
Happy face after injection ☺️
Seluruh proses vaksinasi dari awal kedatangan dokter sangat mengutamakan prokes, karena dr. Regina sama sekali gak buka masker selama vaksinasi, memakai sarung tangan, dan selalu bawa cairan disinfektan untuk disemprot ke tas dan alat yang digunakan. Super bersih dan steril walaupun vaksinasi gak dilakukan di ruangan klinik atau rumah sakit. Jadi, saran saya juga lebih baik sebelum waktu vaksinasi, kita setidaknya sudah menyapu dan mengepel ruangan yang digunakan supaya alat suntik dan cairan vaksin minim terkena debu.

dr. Regina juga menunggu di rumah selama 30 menit untuk melihat efek samping yang mungkin timbul pada Biandul. Jika terdapat beberapa efek samping atau risiko alergi yang ditimbulkan dan terlihat urgent, dr. Regina akan menyuntikkan obat untuk meredakan reaksi tersebut. Tetapi, jika hanya demam atau nyeri di lengan saja. semua masih dalam kondisi yang aman dan wajar.

Hari ini, H+2 pasca vaksinasi, dokter konsultan kembali bertanya kepada saya melalui chat WhatsApp tentang kondisi Biandul yang mungkin butuh penanganan tambahan. Karena ternyata Biandul baik-baik aja, maka tidak ada penanganan apapun yang perlu dilakukan. Gak lupa juga kita diingatkan untuk melakukan booster influenza sebulan setelah dosis pertama, lalu dilanjut pengulangan vaksinasi sebanyak sekali tiap tahunnya.

Semua pengalaman yang ternyata menyenangkan ini bikin saya mau melakukan vaksinasi melalui klinik Imuni lagi. Apalagi klinik Imuni telah tersedia di 31 kota/kabupaten dan 267 kecamatan di seluruh Jawa dan Bali. Untuk melihat daftar kotanya, bisa langsung kunjungi website Imuni yaa. Untuk daftar, bisa klik link ini: daftar Imuni.

Buat yang berencana memberikan vaksin tambahan untuk anak, kayaknya pilihan tepat banget deh buat vaksin di Imuni, karena less drama dan gak bikin anak trauma karena takut jarum suntik. Tentunya hal ini juga harus didukung dari kesiapan dan kesanggupan orangtua dalam membujuk anak supaya mau disuntik demi kesehatan tubuhnya. Jangan lupa infokan juga ke orang rumah lainnya supaya bisa bekerjasama selama proses berlangsung.

Nah, siapa yang abis ini langsung tertarik mau vaksinasi di klinik Imuni? Atau malah udah pernah beberapa kali? Share juga yuk di komentar 😊
Sampai jumpa di tulisan selanjutnya yaa!




Source & references:
  • https://imuni.id/tentang-imuni/
  • https://www.instagram.com/imuni.id/
  • https://www.alodokter.com/vaksin-influenza-kenali-manfaat-hingga-efek-sampingnya
  • https://www.alodokter.com/manfaat-vaksin-penting-untuk-mencegah-penularan-penyakit
Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2023 (5)
    • ▼  March 2023 (1)
      • Perbedaan Selebritis dan Feminis dalam Memandang S...
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)
  • ►  2016 (1)
    • ►  June 2016 (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  June 2015 (1)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINION

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes