Haaaai, maaf menunggu beberapa hari untuk update postingan toilet training. Kali ini, yang mau saya bahas adalah hal terakhir dari proses toilet training yang saya jalani, tapi bukan berarti menjadi akhir perjalanan. Karena sejujurnya, sampai hari ini, saya masih terus struggling dalam proses ini. Belajar bersama Biandul, bersabar, berusaha menjalani tanpa berpikir tentang target melulu, atau kejar-kejaran dengan parents lain. So, hadapilah anakmu sendiri tanpa harus melibatkan cara parenting orang lain untuk menjadi target. Kita semua punya masanya sendiri kok 😊 kalau ternyata ada orang yang masih memakaikan popoknya ke anak yang sudah berumur tiga tahun lebih, it's okay. Siapa tahu banyak pertimbangan yang membuat mereka gak bisa memulai toilet training segera. Atau bahkan ada yang sudah lulus tanpa mengompol di umur dua tahun, kan gak ada yang tahu. Kenapa dia bisa tapi anak saya gak bisa? Ya gapapa karena anakmu bukan anaknya hehe.
Tahap terakhir kali ini adalah yang paling menguras tenaga, pikiran, emosi, dan kesabaran ya Moms buat saya hihihi. Ayok tos dulu buat yang sekarang hobinya nyuci sprei dan jemur kasuuurrr! 🤣🤣👏🏻 Proses ini akan melibatkan peristiwa kurang tidur malam, perasaan cemas dan sering kebangun tengah malam hanya untuk mengecek celana dan kasur aman, berakhir dengan kepala pusing keesokan harinya karena tidurnya gelisah, tapi masih harus tetap nyuci baju anak yang basah bau ompol semalam, tiap hari nyuciiii mulu karena takut kehabisan celana dalam yang bisa selalu ganti 3-4 kali setiap malamnya wkwk. Ayo sini saya peluk mommmmms...
Sebelum lanjut ke pembahasan berikutnya, ada baiknya kalau kamu baca dulu proses toilet training dari part 1 dan part 2 supaya bisa tahu urutan tahapan yang udah saya terapkan selama ini. Setelah sudah selesai membaca, mari kita lanjut di tahap terakhir ini yuuuuuuk!
BELAJAR TIDAK MENGOMPOL
Saya ingat betul bahwa ketika saya berumur 5-6 tahun, saya masih sering menahan pipis dan berakhir mengompol. Bangun tidur masih sering basah-basahan karena mimpi kebelet pipis, lalu pipis di kamar mandi dengan perasaan lega, padahal kenyataannya pipis di kasur sambil merem huhu. Pernah juga ketika merasa takut/tegang di TPA, kebelet pipis, tapi gak berani minta izin ke toilet, lalu berakhir mengompol dan malu sejadi-jadinya di depan teman-teman. Astaga perjalanan masa kecilkuuu, huhu. Saya paham banget perjuangan saya untuk berhenti mengompol dulu sangat berat. Saya sering merasa takut hanya untuk izin ke toilet, saya sering tiba-tiba kebelet pipis saat sedang tertekan, cemas, deg-degan, dan semua itu di luar kontrol saya hingga akhirnya saya masih sering mengompol di depan umum. Maka dari itu, saya juga paham kini Biandul sedang dalam perjalanan memahami situasinya, bahwa ada aturan keras jika pipis/pup HANYA di toilet, bukan di tempat lain. Bahkan meskipun ia laki-laki, saya tidak pernah mengajaknya pipis sembarangan di pinggir jalan. Saya akan tetap mencari toilet di sekitar untuk menumpang pipis, seperti misalnya saat saya ajak Biandul belanja ke minimarket, setiap ia bilang mau pipis, saya akan segera minta izin untuk memakai toiletnya. Ketika sedang bermain di taman, saya akan gunakan toilet umumnya, bukan di pinggiran taman yang bisa dilihat semua orang. Tapi sebelum sampai pada tahap itu, tidak mudah untuk Biandul bisa menahan pipis dan tidak mengompol. Saya mengajarinya untuk mengenal toilet/kamar mandi sebagai tempat untuk pipis/pup, karena setelah itu ia harus belajar mengendalikan rasa kebeletnya sebelum ia sampai ke dalam toilet.
Setelah beberapa bulan menjalani toilet training dari tahap lepas popok, mengenalkan pipis/pup di toilet, hingga sekarang belajar tidak mengompol, Biandul membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk adaptasi. Di tahap kedua, saya masih hanya lepas popok di siang hari saja, tapi malam masih menggunakan popok. Di tahap ketiga kali ini, saya mulai memberanikan diri untuk FULL melepas popok Biandul siang dan malam. Hasilnya? Yes, kurang tidur karena harus patroliii 🤣 sejam sekali saya ngecek celananya Biandul, udah basah atau belum. Lalu mengajaknya ke toilet untuk pipis dulu, kemudian lanjut tidur lagi. Kalau kebablasan sampai berjam-jam dan sudah terlambat, ya sudah pasrah aja gantiin baju baru karena udah banjir hahaha. Oiya, perlak dan bedong bayi itu tuh ternyata kepake lagi kali iniii. Jadi, jangan dihibahkan ke orang lain dulu, atau jadi kain lap karena merasa udah gak kepake ya, Buibuk. Kepake bangettt bahkan ternyata kepake segitu sering dan banyaknya saat awal-awal anak masih sering mengompol. Biandul dalam satu malam kalau lagi kecolongan bisa tiga sampai empat kali mengompol dan ganti baju. Belum lagi kalau ditambah ngompol saat tidur siang. Jadi ya setiap hari memang WAJIB hukumnya mencuci baju, karena kan baunya pesing banget yah hahaha dan takut kehabisan celana dalam kalau ditunda-tunda. Apalagi training pants itu kan bahannya agak tebal, dan susah kering. Btw, saya gak pakai mesin cuci dan pengering jadi memang waktu menjemurnya lebih butuh waktu panjang untuk benar-benar kering. Itulah kenapa saya gak bisa nunda mencuci baju Biandul saat sedang menjalanin tahap ketiga toilet training ini.
APA SAJA PERSIAPAN YANG DIBUTUHKAN?
Training pants dan celana dalam sudah pasti butuh banyaaak. Perlak dan bedong juga berguna untuk melapisi sprei supaya ompolnya gak nembus ke kasur, bakal lebih repot lagi kalau kasurnya basah kena ompol mulu dan harus ngejemur setiap hari. Belum lagi kalau sedang musim hujan, kan gak ada matahari ya bookk 🤣 kalau memang dirasa butuh beli sprei waterproof, silakan beli. Saya pun beli dua buah. Tapi, sepengalaman saya, kalau ompolnya banyak tetap bisa nembus ke kasur loh, atau mungkin sprei yang saya beli memang kurang bagus ya kualitasnya hahaha. Jadi, yang saya lakukan adalah menjaga supaya kasur tidak ditembus ompol dan jadi bau pesing. Saya pakai sprei waterproof, lalu di atasnya lagi dilapisi pakai bedcover karena memang tebal banget kan daripada sprei biasa (and yes jadinya nge-laundry bedcover mulu deh huhu), lalu masih dilapisi lagi dengan perlak di atasnya. Jadi Biandul tidur di atas lapisan perlak, bedcover, dan sprei waterproof. Triple protections, yakk 🤣
Selebihnya, kita hanya butuh kesabaran untuk terus kasih sounding ke anak seperti ini setiap sebelum tidur: "Bian kalau ada rasa kebelet mau pipis, bangun dulu yah. Kita pipis dulu di toilet terus bisa tidur lagi. Kalau pipis di kasur nanti basah semua dan bau. Bian tidur di mana nanti?"
Walaupun dapat jawaban iya, oke, siap, ya tetep aja masih ngompol gak sadar hahaha. Jadi memang kita sebagai orangtuanya yang mengajak pipis duluan, bangunin pelan-pelan, lalu lanjut tidur lagi. Ada satu atau dua kali Biandul paham dan mau diajak pipis di tengah-tengah waktu tidur, tapi lebih banyak nangisnya dan gak mau, padahal pas udah sampai toilet ya keluar banyak juga itu pipisnya hahaha. Ya, mungkin memang karena lagi ngantuk banget jadi gak mau diganggu tidurnya, dan masih terbiasa kemarin pipis saat tidur tapi gak ada yang basah karena ditahan dengan popok. Saya pun ada sesekali rasa sebal dan kesal tiap malam harus kebangun ngajak pipis atau gantiin baju. Setiap hari harus cuci baju dan kejar-kejaran sama jemuran basah, tapi ya balik lagi karena ini proses transisi, dan harus adaptasi dengan kebiasaan baru, jadi hal ini cukup melelahkan dan berat bagi kedua pihak. Makanya dari awal saya tekankan bahwa toilet training perlu sekali dimulai saat anak dan ibu telah siap secara mental. Anak pun sudah paham dan bisa bilang mau pipis, paham rasanya kebelet pipis dan harus ditahan dulu sampai toilet dan lepas celana, baru bisa dikeluarkan. Ibu harus siap terjaga setiap malam dan tenaga habis untuk ngurus cucian setiap hari. Semua ini bisa saja sangat sulit dijalani, tapi sebagian lainnya merasa sangat mudah, jadi memang perjalanan ini akan berbeda dirasakan semua orang. Yang jelas, kita pasti akan merasakannya, cepat atau lambat, mudah atau susah.
Sampai hari ini, Biandul udah setahunan sejak awal dimulainya toilet training. Mengompol malam masih sering terjadi, tapi dua minggu terakhir ini dia pinter banget karena gak ngompol sama sekali :") Saat-saat seperti ini jadi hal yang membahagiakan dan melegakan, mulai pelan-pelan bisa lepas perlak, karena anak juga mulai gak nyaman tidur di atas perlak terus. Tapi, ibunya juga gak boleh lengah. Sesekali masih harus tetap pantau dan cek celananya, karena butuh segera ganti celana kalau sudah keburu basah mengompol.
Hmm, jadi penasaran tantangan setelah ini tuh fase apa lagi yaaa? Cerita juga dong yuk di komentar, anak kalian punya fase apa aja di tahun ke 3-4 setelah lulus toilet training? Siapa tahu saya bisa belajar juga dari pengalaman orang lain 😊
Baca juga pengalaman saya menjalani fase ini: