Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Personal Stories
  • • Parenting Diary
  • • Advertorial
  • • Contact Me

Semenjak nikah, saya jadi lebih insecure terhadap kebersihan diri. Ya, karena males aja kalau setiap hari kasih muka lusuh dan kumal ke suami, walaupun dia gak pernah komentar atau nuntut apa-apa. Saya pun gak pernah paksa dia untuk harus gimana-gimana, paling cuma saling kasih saran dan masukan aja. Soalnya kesadaran untuk menjaga diri ini kan harus berasal dari kemauan masing-masing, bukan cuma tuntutan salah satu pihak aja. Kebayang dong kalau serumah sama orang yang gak mau banget jaga kebersihan? Pasti satu pihak lainnya akan kena ruginya juga.

Untuk kebersihan area vital, saya biasanya pakai Lactacyd soalnya wanginya enak banget plus ada kandungan lactoserum susu alami yang katanya bisa menjaga keseimbangan pH vagina. Saya biasanya pakai dua kali sehari, tiap mandi pagi sebelum berangkat kerja dan malam hari sepulang kerja sebelum istirahat. Jadi kebersihan area vital saya tetap terjaga plus gak insecure takut lembab, bau, atau gatal-gatal karena bakteri. Padahal waktu masih gadis saya jarang banget loh beli-beli pembersih untuk area kewanitaan. Rasanya maleeees banget deh, terus saya pikir pakai sabun aja cukup kok. Padahal kan pH sabun biasa gak cocok untuk melindungi vagina. Ini juga rekomendasi dari teman saya, makanya saya mulai beli dan coba. Eh, jadi kebiasaan deh sampai sekarang untuk selalu membersihkan vagina pakai Lactacyd.

Nah, ternyata Lactacyd baru banget ngeluarin varian baru nih kemarin. Namanya Lactacyd Herbal. Tadinya saya gak begitu tahu apa bedanya dengan Lactacyd yang lain. Pas dengar-dengar dari teman dan baca review dari beberapa Blogger, ternyata Lactacyd Herbal ada tambahan ekstrak sirih dan mawar, jadi bisa bikin vagina lebih harum. Hm, saya awalnya pikir wanginya akan jadi sirih banget. Saya gak terlalu suka wangi sirih yang terlalu tajam. Eh, ternyata wanginya malah lebih enak dan lembut dari Lactacyd yang biasa saya pakai. Jadilah saya beli dan coba produk ini.

Penampakan produk Lactacyd Herbal

Teruji secara dermatologi, komposisinya aman untuk dipakai setiap hari


Yang bikin saya seneng, ekstrak susunya itu tetap ada. Jadi saya suka pakainya karena tekstur cairannya lembut banget di tangan. Wanginya juga gak terlalu tajam banget. Apalagi sekarang saya lagi hamil, jadi saya perlu hati-hati banget pilih produk kebersihan tubuh, terutama untuk area vital yang mudah banget terserang bakteri. Menurut teman saya, Lactacyd itu produk yang aman banget dipakai sama ibu hamil kayak saya gini karena sudah teruji secara dermatologi. Wah, jadi makin banyak nilai plus-nya dong, hahaha.

Pokoknya so far sih saya suka banget sama produk-produk Lactacyd, walaupun baru cobain dua varian doang, hehe. Kalau kamu udah pernah pakai Lactacyd varian yang mana? Kalau udah pernah tulis review-nya, boleh ya bagi link-nya untuk saya baca. Siapa tahu nanti kapan saya mau cobain.


Nama produk: Lactacyd Herbal
Harga: sekitar Rp21,000 (untuk ukuran 60ml)
Dapat dibeli di: Alfamidi, Watsons, Indomaret, dll

➕
• Wanginya enak banget, gak tajam
• Packaging-nya pas banget untuk ukuran travelling (yang 60ml)
• Tekstur cairannya gak terlalu cair atau kental
• Aman untuk dipakai setiap hari
• Aman untuk dipakai ibu hamil

➖
• Harganya termasuk mahal dibandingkan produk pembersih sirih lainnya
• Persediaan produk masih belum merata di beberapa mini market


Untuk info lebih lanjut, silakan kunjungi:
• www.lactacyd.co.id
• FB: Lactacyd ID
• TW: Lactacyd_ID

Dengan Lactacyd Herbal, saya bisa jadi apa saja yang saya mau. Jadi diri sendiri, jadi istri terbaik, jadi perempuan Indonesia yang percaya diri.
Hola!

Mengingat saya pernah bilang ingin share rincian dan persiapan saya saat nikah tanpa resepsi, sepertinya mood saya kali ini sedang sangat baik-baiknya untuk berbagi cerita. Semoga menginspirasi yaa...


Berawal dari celetukan pasangan saya yang dengan sengaja sesumbar, bahwa kalau sampai dia dapat project besar dalam waktu dekat, maka uangnya akan dia pakai untuk membeli cincin dan melamar saya. Eh, loh, kok kesampaian...

Jadi deh dia punya budget awal untuk membeli cincin. Kami memutuskan untuk membeli perak, dengan alasan karena cincin kawin kami bukan untuk investasi keuangan kalau-kalau suatu saat nanti kita butuh uang dan bisa menjualnya. Bagi kami, cincin adalah simbol pernikahan kami yang jangan sampai kami jual nantinya. (Update per 2021, ternyata cincin kami malah hilang hahaha. Tapi, untunglah kami gak jadi membeli emas karena ya bakal nyesek banget kalau sampai hilang, harganya kan jauh banget sama perak. Ini juga salah satu pertimbangan kami dulu, karena kami termasuk orang yang kurang betah pakai aksesoris dalam jangka waktu yang panjang, jadi takut hilang/rusak.)

Kami pergi ke Blok M untuk mencari toko emas dengan harga terbaik, tapi lupa nama tokonya apa, huhu. Kami dapat harga perak kurang lebih Rp40,000 per gram. Cincin kami jika digabung adalah seberat 10 gram, sehingga total biaya yang kami keluarkan adalah sekitar Rp 400,000.

Penampakan cincin kawin.

Setelah itu, kami mengurus surat-surat ke RT, RW, dan Kelurahan untuk mendaftar nikah ke KUA. Karena menurut info selambat-lambatnya pendaftaran nikah adalah dua minggu sebelum hari H, kami prioritaskan untuk mengurus hal ini pertama kali setelah kami lamaran.

Kurang lebih yang saya ingat, dokumen yang dibutuhkan adalah:

  1. Surat pernyataan persetujuan pernikahan dan pengantar nikah ke KUA, ditandatangani oleh calon pengantin dan wali;
  2. Formulir data diri calon pengantin pria dan wanita;
  3. Fotokopi KTP calon pengantin dan wali;
  4. Fotokopi KK;
  5. Dokumen nomor 1 dan 2 yang telah ditandatangani RT dan RW, dibawa ke Kelurahan beserta dokumen nomor 3 dan 4;
  6. Dari Kelurahan, akan dapat beberapa dokumen seperti: surat keterangan nikah (N1), surat keterangan asal-usul (N2), dan surat keterangan tentang orangtua (N4);
  7. Pas foto ukuran 3x4 (2 lembar) dan 4x6 (2 lembar), background warna biru;
  8. Surat keterangan numpang nikah bagi salah satu calon pengantin atau keduanya jika ingin menikah di luar domisili;
  9. Semua dokumen (nomor 1-8) dibawa ke KUA, dan setelah mendaftar akan mendapat surat keterangan hendak menikah (N7) dari KUA. Perlu diketahui jika ingin menikah di kantor KUA pada jam kerja hari Senin-Jumat, maka pendaftaran nikah gak dikenakan biaya alias gratis. Jika akad nikah dilaksanakan di luar kantor KUA atau pada hari Sabtu-Minggu di luar jam kerja, maka akan dikenakan biaya Rp600,000, dan pembayaran dilakukan saat sedang mendaftar nikah.
Setelah mendaftar di KUA dan mendapatkan kesediaan penghulu yang dapat menikahkan, kami diberi kesempatan berbincang dengan penghulunya. Yang perlu penghulu tahu tentang informasi pernikahan adalah:
  1. Hari, tanggal, dan jam akad nikah;
  2. Lokasi akad nikah;
  3. Bentuk dan jumlah mas kawin yang akan diberikan;
  4. Nama wali dan saksi.
Kami juga mendapat sekilas nasehat dan pembekalan tentang pernikahan yang baik dari penghulu. Kami bisa menanyakan beberapa hal yang dirasa masih belum jelas. Oh iya, karena kami menikah di KUA pada hari Kamis, maka kami sama sekali gak keluar biaya apapun selama mengurus semua dokumen persyaratan dan pendaftaran pernikahan ini. Yah, lumayan menekan biaya, sih. Hehe. Lagipula, menikah di KUA atau di luar KUA itu sama saja kok, gak kalah sakralnya. Paling, tamunya sih yang musti dibatasi. Lagipula, biasanya tamu yang kita undang untuk melihat prosesi akad nikah itu adalah tamu terdekat kan? Jadi, ya seadanya saja. Sisa tamu lainnya kami ajak untuk langsung datang ke rumah saya setelah akad nikah selesai di KUA.

Kalau gak salah ingat, teman-teman saya dan suami yang waktu itu datang ke KUA untuk melihat prosesi akad nikah ada sekitar 11 orang, dan keluarga inti kedua belah pihak totalnya gak lebih dari 20 orang.

Balik lagi ke persiapan nikah...
Setelah menyiapkan dokumen pendaftaran ke KUA, saya langsung menyiapkan baju yang akan saya dan pasangan saya pakai di hari H, selagi orangtua saya menyiapkan apa saja yang perlu disiapkan untuk pengajian yang diadakan setelah akad nikah.

Kemeja, jas, dasi, dan celana bahan yang akan dipakai pasangan saya, saya yang urus. Saya beli di toko online dan kebetulan dapat barang bagus dan pas, alhamdulillah. Nah untuk kebaya yang saya gunakan, saya diberi pinjaman oleh teman dekat saya. Lagi-lagi salah satu bentuk datangnya rejeki yang gak saya duga-duga selama menyiapkan pernikahan yang serba padat ini. Sedangkan jilbab dan make up saya, serta kebaya, jilbab dan make up Ibu saya, adalah hasil karya dari Ibu Mulyani (di Jagakarsa, Jakarta Selatan). Beliau punya jasa wedding & event organizer serta make up untuk pengantin, rekomendasi dari salah satu teman saya. Jika butuh kontaknya, nanti akan saya tulis di bawah setelah tulisan ini selesai, ya.

Baju dan make up saya untuk akad nikah.

Hasil make up Ibu Mulyani.

Untuk make up dan baju saya dan Ibu saya, kurang lebih saya menghabiskan biaya kurang dari 1 juta, hanya sekitar Rp700,000 - Rp 800,000 (agak lupa tepatnya berapa). Itu sudah termasuk dijemput dan diantar pulang dari rumahnya ke rumah saya, karena rumahnya termasuk dekat.

Baju dan makeup Ibu, oleh Ibu Mulyani.

Setelah itu, untuk jasa fotografer, alhamdulillah ada beberapa volunteer yang bersedia membantu sehingga saya punya beberapa fotografer yang mengabadikan momen bahagia ini. Total fotografer yang waktu itu membantu ada 3 orang, dan tambahan 1 orang teman pasangan saya yang bersedia kami bayar sesuai dengan anggaran biaya yang bisa kami berikan. Ini merupakan rejeki lain yang datang dalam bentuk bantuan dari beberapa teman :")

Oh iya, salah satu teman saya juga turut membantu mengabadikan momen penting saya saat itu. Kalian bisa lihat portofolionya di Instagram @arislansitohang. Dia sudah punya banyak pengalaman memotret wedding dan pre-wedding. Dia pernah berpesan pada saya, 'Kalau ada teman yang butuh jasa fotografer tapi biaya terbatas, bisa hubungi gue aja,' katanya. Nah, kalau kalian kebetulan butuh atau sedang mencari jasa fotografer, silakan hubungi dia ya :)

Hm, selain ini semua, Ibu saya juga menyiapkan banyak hal untuk pengajian yang diadakan setelah akad nikah. Ibu, yang juga dibantu oleh saudara dan tetangga juga belanja bahan-bahan masakan yang akan disajikan di rumah. Tapi total biayanya gak bisa saya prediksikan karena saya gak tahu detail apa saja yang telah disiapkan oleh Ibu saya. Secara keseluruhan, pernikahan saya hanya membutuhkan biaya sekitar 7-8 juta (maksimal) untuk akad nikah dan pengajian di rumah saya. Ini belum termasuk pengajian dann bebawaan yang diadakan di rumah pasangan saya, ya.

Nah, terus bagaimana rundown acaranya? Nah, ini yang paling banyak ditanyakann orang-orang, karena clueless banget saat merencanakann pernikahan tanpa resepsi.
  • Akad nikah dilakukan pukul 10.00 WIB, dan selesai sekitar pukul 11.00 WIB. Setelah akad sempat ada sesi foto bersama di ruangan KUA tempat kami melaksanakan akad nikah;
  • Setelah dari KUA, semua tamu yang hadir kembali ke rumah saya. Ada sambutan dan ceramah sedikit dari Pak Ustad sebelum acara pengajian dimulai;
  • Sehabis waktu Dzuhur, pengajian dimulai sekitar kurang lebih 1 jam;
  • Acara dilanjutkan dengan makan-makan dan ngobrol bebas. Di sini, tamu-tamu saya dan pasangan saya mulai bergantian berdatangan hingga malam, dan saya udah berganti kostum kebaya tadi menjadi dress santai. Saya udah hapus make up dan hanya pakai jilbab biasa aja. Legaaa banget rasanya karena gak betah lama-lama kena make up tebal.
Beberapa teman yang datang ke akad nikah.

Ibu dan Bapak mertua, dan adik ipar.


Teman kampus dan dosen saya yang datang ke akad nikah.

Ini mah anak rusuh doang.

Sebelum akad nikah. Sumringah banget yha muka saya :D

Ini pelaminan tempat akad nikah di KUA Jagakarsa. Bagus kan?

Perlu kalian tahu, saya lepas make up dan kebaya itu sekitar jam 2 siang, setelah acara pengajian selesai, hahaha. Terus saya ngobrol sama tamu yang datang dan teman-teman dari pasangan saya dengan santai dan gak perlu duduk di bangku pelaminan selama seharian penuh. Ini adalah salah satu alasan yang lumayan penting dan bagi saya nilai plus, yang jadi alasan kenapa nikah tanpa resepsi itu asik. Karena saya juga bukan tipikal orang yang suka pesta dan gampang pusing kalau kelamaan lihat orang dalam jumlah banyak dalam satu area. Teman-teman saya bergantian datang dan pergi hingga sore menjelang malam. Saya bisa sambil tiduran dan main hp kalau lagi gak ada tamu. Sedangkan tamu pasangan saya ternyata masih betah berkumpul sambil melepas kangen sampai jam 4 pagi!

Nah, dari sini juga bisa diambil kesimpulan: akan lebih mudah menabung dalam jumlah yang gak terlalu besar dan dalam waktu yang gak terlalu lama bagi kamu dan pasangan kamu yang ingin nikah tanpa resepsi. Lha, niat baik yang bisa terlaksana dengan sederhana dan tetap bahagia kok terhalang biaya dan diundur-undur.

Buat kamu yang mau dan akan merencanakan pernikahan, coba didiskusikan dengan pasangan dan keluarga ya. Saya gak bermaksud mendiskreditkan keluarga yang masih ingin mempertahankan adat pernikahan sehingga mereka masih berpikir bahwa pesta pernikahan itu penting, bukan cuma sekadar menghabiskan uang puluhan juta saja. Saya gak bermaksud begitu. Malah bagus kalau masih mempertahankan adat dan budaya masing-masing, asal disesuaikan juga dengan keadaan dan kemampuan. Jadi gak ada yang pusing sebelah karena ingin nikah tapi belum bisa karena banyak faktor. Semoga niat baik kamu dan pasanganmu diberikan kemudahan yaaa :)

AKHIRNYA SAHH! LEGAAA...

Note:
Kontak Ibu Mulyani: 021-787-4452
Kontak fotografer: @arislansitohang (Instagram)
Hai!

Ternyata sudah lama banget ya saya gak nge-blog. Sampai bingung mau mulai lagi dari mana.
Hm, mungkin saya akan mulai berbagi banyak hal yang saya hadapi di dunia ini. Terlebih lagi, banyak momen penting yang sudah saya lewati akhir-akhir ini. Dunia memang misterius, ya. Sekarang kamu bisa merasa sangat putus asa, beberapa hari ke depan mungkin ada ribuan kesempatan untuk kamu berbahagia kembali dan melupakan semua hal yang sudah membuat kamu putus asa kemarin. Atau mungkin sebaliknya. Tapi, percaya saja dengan satu hal. Dirimu sendiri.
Apa yang kamu tanam dalam pikiranmu adalah doa yang akan menemukan keyakinannya.

Akhir tahun 2016, saya melepas lajang. Bukan sebuah kebetulan. Ini adalah doa yang selalu saya usahakan. Bukan, bukan menikah karena mengejar usia, melainkan doa untuk melanjutkan kehidupan pada hal yang baik untuk saya. Dan ternyata, dia yang baik adalah dia yang pada akhirnya kembali didekatkan pada niat baik. Atas doa saya pada semesta yang sangat baik.


Saya mengatur pernikahan saya sesederhana mungkin, dengan niat yang juga sederhana, hanya ingin bersyukur bukan sekadar berpesta. Kurang dari dua bulan menyiapkan pernikahan membuat saya, pasangan, dan dua keluarga pusing. Gak sedikit juga yang mempertanyakan, 'kenapa harus buru-buru, sih?' Haha, jawabannya mudah. Karena gak banyak yang dipersiapkan, buat apa juga mengulur waktu? Pasangan saya juga waktu itu lumayan bersikeras bahwa pernikahan ini harus dilaksanakan sebelum 2016 berakhir, sehingga kita berdua bisa sama-sama menyusun kehidupan baru dari nol sejak awal tahun, yang mana ternyata semuanya memang gak pernah ada yang mudah. Maka, sejak 21 Desember 2016, kehidupan dan pola pikir saya lumayan banyak berubah.

Saya akan selalu ingat, bahwa hubungan saya dan pasangan saya punya musim pasang dan surut yang gak sedikit. Kami sama-sama melalui banyak hal berat dan berhasil melewatinya dengan memetik beberapa pelajaran di setiap masalah yang singgah. Tahun kedua, saat semuanya seakan semakin memburuk, justru menjadi awal harapan baru yang gak pernah saya sangka seumur hidup saya. Setelah berkali-kali putus-balikan, awal tahun 2016 pasangan saya benar-benar menunjukkan keseriusannya untuk kembali memperbaiki semua keadaan buruk yang pernah kami ciptakan. Dengan berat hati dan penuh keraguan, ternyata dalam hati saya masih ingin melihat semua bukti. Sebuah harapan yang gak pernah saya persiapkan risikonya, baik dan buruknya nanti. Awal November 2016, dia berniat baik ingin membeli cincin untuk melamar saya, dari hasil kerja kerasnya sendiri. Seakan semua direstui semesta, kami bisa membeli cincin tersebut. Bukan emas, hanya perak yang harganya gak seberapa. Tapi saya senang bukan main. Gak percaya tapi rasa harunya sampai ke ulu hati. Nyeri dan gemetar. Apa semua orang punya rasa yang kayak gini juga saat dilamar pasangannya? :")

Setelah membeli cincin, kami berdua sama-sama bicara dengan orangtua masing-masing untuk meminta restu. Mendengar kabar baik yang terlalu diburu-buru, orangtua saya lumayan terkejut. Antara senang dan kesal, karena saya minta nikah tapi kayak minta jalan-jalan. Tiba-tiba dan buru-buru. Walaupun orangtua saya sudah tahu lama bahwa kami berpacaran lama. Lalu, pasangan saya datang ke rumah dan mengundang Bapak untuk meminta restu langsung. Iya, Bapak sudah pisah rumah dengan Ibu dan saya sejak tiga tahun yang lalu. Di sini, keharuan yang lainnya datang. Setelah tiga tahun gak saling berkabar dan bertemu, akhirnya saya bisa lihat Bapak lagi, untuk meminta restu menikah. Adakah yang bisa saya katakan pada semesta atas semua tantangan ini?

Setelah kami akhirnya saling mendapat restu, dua minggu kemudian (tepatnya awal Desember) keluarga pasangan saya datang ke rumah untuk melamar saya secara resmi. Meminta izin pada orangtua saya untuk 'meminta' saya 'diambil' oleh calon suaminya, menjadi satu keluarga yang bisa saling menghormati dan membantu, menjadi satu keluarga yang disatukan oleh cinta. Hanya dengan mengingat ini, saya gak pernah mau berhenti bersyukur. Dua minggu kemudian, kami resmi menikah.

Baca tentang semua persiapan pernikahan saya: Nikah Tanpa Resepsi, Bisa?

Singkat? Sangaat.
Bagaimana cara mengurus semua itu hanya dengan hitungan minggu? Gak susah. Karena memang gak banyak yang harus dipersiapkan.
Kenapa? Karena kami gak menyelenggarakan resepsi atau pesta pernikahan. Hanya akad nikah yang sakral dan pengajian, dilanjut kumpul-kumpul santai dengan tamu undangan yang jumlahnya sangat sangat terbatas untuk kerabat terdekat saja.
Bagi saya, inilah pesta pernikahan impian. Dengan kunjungan dari orang-orang terdekat yang benar-benar saya yakini dan saya pilih sendiri. Dengan doa, dukungan, dan restu dari keluarga dan kerabat terdekat. Dengan turut serta tamu undangan yang ikut berbahagia dan menikmati kebahagian yang kami suguhkan dengan sederhana, namun terasa intim dan berkesan.
Terima kasih, Tuhan. Hingga tua nanti, saya gak akan bosan mengingat momen indah ini.

Persiapan pernikahan mungkin akan saya bahas di tulisan selanjutnya, sebagai tips juga jika kalian yang membaca tulisan ini ingin sekali menggelar pernikahan tanpa resepsi atau terbatas biaya.
Jangan takut, semua hal baik akan selalu ada jalannya. Bukan dengan cara yang dipaksakan, tapi dengan usaha dan perasaan puas yang maksimal.
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ►  2023 (5)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ▼  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ▼  May 2017 (3)
      • Review: #JadiYangKumau - Lactacyd Herbal
      • The Wedding: Nikah Tanpa Resepsi, Bisa?
      • The Wedding: Satu Momen, Ribuan Rasa. Namanya Pern...
  • ►  2016 (1)
    • ►  June 2016 (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  June 2015 (1)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINION

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes