Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Sebagian teman-teman mungkin sudah banyak yang tahu kabar ini, tapi saya belum sempat cerita di Blog nih. Yap, saya akhirnya dikasih kesempatan untuk hamil anak kedua di tahun ini, alhamdulillah 🥹 Bisa dibilang, ini sebuah keputusan besar yang akhirnya berani saya ambil setelah bertahun-tahun selalu meragukannya.

Buat teman-teman yang pernah ingat, mungkin pernah baca juga cerita di Blog ini bahwa saya tuh paling takut untuk nambah anak kedua. Bahkan dulu sempat pernah mikir cuma mau punya satu anak aja, tapi kok kayaknya terlalu dini untuk sesumbar yah. Takutnya suatu hari saya berubah pikiran, malah jadi susah dikasih anak lagi pas mau nambah kan. Jadi, saya anggap aja saya menunda punya anak kedua, entah sampai kapan nantinya.

Setelah tujuh tahun yang lalu sejak saya operasi caesar, akhirnya saya meyakini untuk berani menambah anak kedua. Tentu ternyata perjalanannya gak mudah ya, apalagi perang batin dengan diri sendiri yang kayaknya gak pernah ada habisnya. Sampai akhirnya, saat Biandul memasuki usia lima tahun, saya baru berani hamil lagi.

https://widyasty.com

PERJALANAN MENEMUKAN JAWABAN

Pergolakan batin yang saya lalui selama bertahun-tahun memang serasa gak punya ujung jawabannya. Tiap saya ngerasa burn out dan berat menjalani tugas menjadi orangtua, saya langsung mundur gak mau hamil lagi. Tapi di titik lain, saya kangen banget ngerasain hamil dan gendong bayi. Hmm, ya namanya kangen doang kan bukan jadi alasan ya untuk nambah anak. Jadinya saya tetap meyakinkan diri berulang kali, benarkah sudah waktunya saya menambah anak kedua?

Suami saya adalah orang yang lebih dulu merasa bahwa ada baiknya kita bisa punya anak lebih dari satu, tapi kalau saya gak setuju atau belum siap, dia pun gak bisa berbuat apa-apa. Karena untuk bisa mencapai tujuan itu, saya adalah satu-satunya yang berhak menentukan; saya yang hamil, melahirkan, menyusui, dan sebagian besar mengurus anak. Bersyukur banget suami saya adalah orang yang sangat menghargai saya sebagai istri, perempuan, dan tentunya manusia. Bukan cuma memaksakan kehendak dirinya sendiri dan gak peduli sama saya. Makanya kami berhasil banget menunda anak sampai tujuh tahun tanpa sekalipun pakai KB. Dari sekian banyak alasan yang kami diskusikan, saya cukup setuju dengan beberapa pertimbangannya, tapi tentunya yang saya butuhkan adalah kesiapan mental dan keyakinan terlebih dahulu.

Alasan lainnya adalah karena kami juga menunggu kesiapan mental Biandul sebagai anak satu-satunya, yang menurut saya juga harus bersiap menjadi seorang kakak dan anak pertama. Waktu ia berumur 3-4 tahun, ia masih sangat gak tertarik dengan anak kecil/bayi, ia gak mau punya adik bayi, bahkan ia gak mau bermain sama anak kecil. Setiap ditanya, ia malah menangis dan bilang cuma mau jadi anak satu-satunya saja. Tentu dulu kami gak memaksa karena kami pun belum berencana, tapi ternyata setelah semakin besar, ia sendiri yang merasa sudah siap punya adik bayi. Gak tiba-tiba juga sih, tapi gak dengan cara kami bujuk juga. Ya, dia sendiri aja yang menyatakan sendiri kalau dia udah mau punya adik bayi.

PROSES MENUJU KEHAMILAN KEDUA

Pernah ada masanya, saya telat menstruasi berminggu-minggu, bahkan sampai yang seharusnya udah melewati 3x siklus tapi tetap gak mens juga. Udah lebih dari enam kali testpack pun hasilnya tetap sama; negative. Ternyata, setelah pusing menimbang keputusan untuk hamil lagi, setelah diyakinkan sama diri sendiri, prosesnya itu juga gak kalah pusing. Yep, proses berharap. Emang gak ada yang instan, tapi sayanya aja yang ngerasa sombong. Ngerasa minta waktu banyak buat memikirkan pertimbangan, sekalinya mau langsung berharap dikasih saat itu juga sama Tuhan tanpa proses. Halaaaah wkwk.

Berharap hamil dan menunggu-nunggu setiap bulan itu ternyata pegel hatiii banget. Waktu saya telat mens itu adalah waktu paling besar saya berharap sama Tuhan untuk segera diberikan kehamilan. Jadi, saya sempat kecewa ketika menemukan hasil testpack negatif berkali-kali, sedangkan saya gak kunjung menstruasi juga. Akhirnya, saya memutuskan untuk berkunjung ke Obsgyn untuk memeriksakan kondisi saya. Waktu itu saya berpikir, kalau memang belum waktunya hamil, gapapa. Asal jangan nemuin penyakit aja yang menyebabkan saya gak mens hampir sebulan ini. Saya coba nemuin Obsgyn yang sama kayak waktu saya hamil Biandul, karena emang udah cocok banget sama Beliau. Setelah USG, terlihat ada sebuah kantung kecil di dalam rahim, yang belum bisa ditentukan. Ini sel telur yang akan luruh jadi menstruasi, atau memang kantung janin yang sudah jadi tapi belum terdeteksi. Saya diminta menunggu dua minggu ke depan untuk diperiksakan lagi lebih lanjut. DUA MINGGU SERASA DUA TAHUN 😭😭

Dua minggu kemudian, pas banget saya menstruasi. Saya kecewa karena gak jadi hamil, tapi di saat yang sama juga bersyukur, ternyata kondisi saya masih baik-baik aja (gak ada indikasi penyakit tertentu). Mungkin cuma hormonnya aja yang lagi berantakan dan menyebabkan menstruasi saya gak lancar. Sebelumnya, saya gak pernah sekalipun telat mens, jadi sekalinya sebulan gak mens gini ya lumayan worry jugaa. Bisa jadi karena pikiran saya terpusat sama kehamilan, jadi secara gak langsung saya agak stres dan ngaruh ke hormon. Saya pikir, baru juga dimulai, udah stres aja. Gimana sama orang-orang yang udah promil bertahun-tahun dan masih belum berhasil? Salut banget sama kesabaran mereka, pantes aja mereka capek hati dan selalu baper sama sikap dan omongan orang lain tentang kondisi mereka. Jangan sampe deh judgy sama pasangan yang belum berhasil hamil selama bertahun-tahun dalam masa percobaan, kasiaaaan huhu.

Gak sampai di situ aja, ternyata saya dan suami awalnya cukup ambisius untuk bisa segera hamil, karena kami merasa udah sepakat dan satu tujuan, jadi gak ada alasan lain untuk menunda lagi. Tapi, kayaknya kalau memang belum waktunya, ya belum dikasih juga ya sama Tuhan, huhu. Saya sempat beli suplemen asam folat dan madu kesuburan untuk suami, nandain tanggal-tanggal subur dari kalender fertility, bahkan sempat beberapa kali pijat perut sama mbak urut langganan di dekat rumah (meskipun hal ini masih kontroversial ya, karena dianggap bukan cara yang aman untuk hamil). Satu tahun kemudian, kami tetap belum mendapatkan hasil.

Baca juga: Rekomendasi Aplikasi Fertility Tracker Terbaik!

Karena dengan cara yang ambisius malah bikin kita jadi gak nikmatin prosesnya, akhirnya kami pasrah aja. Gak ngarep, gak usaha lebih keras lagi, gak berjuang sengotot kemarin, tapi tetap coba terus aja tiap bulannya tanpa berharap atau nunggu. Mungkin dengan cara pasrah, kami jadi malah lebih dipercaya sama Tuhan. Kami gak mau ambil pusing lagi, jadi let it flow aja terserah Tuhan kapan dibolehinnya. Saya bahkan sampai mikir, kalau ternyata memang cuma dikasih satu anak aja dan anak kedua gak terwujud, gapapa banget. Saya akan berusaha terima dengan lapang dada. Cara ini juga membuat kami jadi gak terlalu stres dan was-was setiap bulannya. Malahan, kami mulai disibukkan dengan tujuan baru; pembangunan rumah di pedesaan.

Siapa sangka, ternyata kami memang disuruh sabar dulu karena rejeki kami berikutnya bukan di anak kedua, melainkan di rumah pribadi. Supaya kami gak lagi tinggal di kota besar dan di rumah mertua, kami dimudahkan lebih dulu untuk membangun rumah dan pindah ke lingkungan pedesaan di Gunungkidul, seperti mimpi kami bertahun-tahun yang lalu. Doanya antre ya, teman-teman. Doa yang lebih dulu masuk, dikabulkan lebih dulu juga, gak diselak sama doa yang baru aja masuk, hehe. Setelah mulai pindahan ke rumah baru, akhirnya saya malah positif hamil di bulan berikutnya, tepat setelah urusan huru-hara tentang rumah dan pindahan ini selesai dan bisa bernapas lega. Kami malah lagi gak nungguin kapan bisa hamil. Bener-bener rahasia Tuhan gak bisa manusia yang kontrol 🥹

PENGALAMAN HAMIL ANAK KEDUA

Saking udah lamanya gak hamil, perasaan saya nano-nano banget. Serba panik, excited, worry, tapi seneng banget jugaa. Saya bahkan ngerasa bingung harus mulai dari mana dan berkali-kali bertanya, ini beneran nyata gak sih? Atau saya lagi halu karena udah lama ngarep? Padahal baru nyoba promil selama 1,5 tahun sampai akhirnya dikabulkan. Saya bahkan berkali-kali testpack ulang untuk memastikan kalau garisnya itu benar-benar ada dua. Saya gak berani bilang ke siapapun kecuali ke suami karena takut salah sama hasilnya.

https://widyasty.com

Di minggu kelima (menurut tanggal HPHT), saya cek ke bidan terdekat dan diberikan beberapa suplemen hamil dan obat anti mual. Yakkk saya langsung mual-mual seminggu setelah testpack positif, kepala pusing muter-muter, badan lesu dan gak sanggup bergerak. Di minggu ketujuh, kami ke Puskesmas untuk USG dan memastikan bahwa benar ada kantung janin yang terdeteksi. Meskipun susah ditemukan posisinya karena masih kecil banget bentuknya, akhirnya bisa dipastikan juga bahwa saya benar-benar hamil HUHU seneng dan lega banget. Kami mulai ngabarin keluarga inti dulu dan sahabat terdekat saya, tapi gak berani kasih tahu ke lebih banyak orang lagi karena takut sesumbar dan kenapa-kenapa.

Next, bakal saya ceritain lagi deh lebih lengkapnya tentang kehamilan kedua yang super duper berbeda dengan pengalaman kehamilan pertama, serta banyak juga jungkir baliknya yang mempengaruhi kondisi keluarga kami juga di rumah. Tapi, kami tetap bersyukur, ternyata kami masih diberikan kepercayaan untuk hamil sekali lagi, meskipun harus melewati keraguan selama bertahun-tahun.

Terima kasih yaaa untuk teman-teman yang sudah membaca dan pernah mendoakan kami, semoga doa baiknya juga berbalik ke kehidupan kalian 🤗

https://widyasty.com
Bonus foto USG dan babybump di week 21 hihi

Sekarang usia kehamilan saya udah 22 minggu, udah separuh perjalanan menuju persalinan. Makanya masih buanyakkk banget yang mau saya ceritain sebenarnya hihi. Kalau kalian juga punya pengalaman seru yang beda banget tentang kehamilan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, boleh dong share di komen, jadi saya bisa baca-baca sebagai persiapan juga hehe 😊 Sampai jumpa di cerita berikutnyaaa! 👋🏻
Ibu,
Mengaku lelah itu, tak apa. Mengeluh itu, tak dosa. Menjadi ibu memang bukan tugas mudah, tapi sudah pasti mulia. Maka dari itu, Tuhan meletakkan janji surga di bawah telapak kaki kita. Tapi, bukankah kita juga manusia?

Ibu,
Bersandarlah sejenak, di atas tumpukan bantal lunak. Lupakan sejenak jumlah helai baju yang belum dicuci. Lupakan sejenak bau lemak minyak yang menempel di piring sisa makan tadi pagi. Ibu juga butuh ketenangan hati. Tataplah mata anakmu yang merindukan waktu main bersama.

Ibu,
Menjadi manusia serba bisa memang terasa hebat, tapi mengalah sebentar itu tidak salah. Mari beri ruang sejenak untuk kepala melunak dari kerasnya pikiran-pikiran tentang hari esok, serta masa depan anak. Mari beri tubuh angin sejuk agar keringat yang menetes bukanlah sebuah hal yang sia-sia. Ibu tetap terbaik, di mata anak-anak. Ibu tetap terbaik, meski dalam keadaan yang paling lemah sekalipun.

Karena penghargaan terbesar untuk seorang Ibu adalah...

pelukan.


Mari minta pelukan ke orang-orang terkasih. Keluhkan semua meski hanya dengan sebuah tangis. Mereka yang peduli, akan membuka dada dan menyambut dengan cinta.
Sebelum saya bercerita, mohon maaf dulu karena postingan ini sesungguhnya udah TELAT EMPAT BULAN HAHAHA. Soalnya lama nyari fotonya yang lupa disimpen di mana, eh malah keterusan lupa nge-post huhu.

Baiklah, mari kita mulai...

Jogjakarta adalah kota yang panas, setidaknya di bulan Juli (2018). Berada di tengah kota, The Edelweiss Hotel menjadi tempat singgah pilihan kami selama dua hari. Ya, ini adalah perjalanan liburan pertama kami; saya, suami, dan si anak bayi. Karena di tahun ini banyak sekali kebetulan; kebetulan kami sedang ada rejeki lebih, kebetulan Lebaran bulan lalu kami gak mudik, kebetulan kami — dan keluarga dari suami berniat mudik sekaligus mengundang keluarga besar untuk acara pernikahan adik ipar saya di bulan September nanti, kebetulan Biandul sudah bisa berinteraksi dengan orang-orang sehingga bagi kami inilah saatnya mengajaknya pergi ke luar rumah untuk melihat banyak hal yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Saya percaya, meskipun belum sepenuhnya mengerti, bayi itu pintar karena dapat menyerap banyak hal yang ia dengar, lihat, dan rasakan. Jadi, apapun nanti risikonya — keribetan dan kerepotan membawa bayi akan mengurangi keleluasaan kami dalam melakukan banyak hal, mari kita ajak Biandul melihat dunia!

Mertua dan adik ipar saya hanya berencana pergi selama tiga hari; mengunjungi kampung halaman Ibu mertua di Bantul, dan kampung halaman Bapak mertua di Gunung Kidul. Saya paham, kunjungan kali ini adalah untuk kumpul keluarga dan mengenalkan Biandul pada Buyut-Buyut dan Mbah-Mbahnya yang belum pernah ditemui. Jadi, rencana untuk jalan-jalan cuma jadi selipan aja kalau sempat. Dan ya, selama di Bantul, kami cuma bisa curi-curi waktu sejam ke Pantai Goa Cemara, sisanya ya kumpul keluarga saja. Makanya, Ayahnya Biandul berencana extend dua hari untuk kami bisa menikmati kota Jogja. Jadilah kami memilih bermalam di hotel, gak jauh dari Malioboro. Letaknya dekat kampus UNY.

Where is Biandra?
Saya memilih The Edelweis Hotel karena harganya yang lumayan murah dibanding hotel lain di dekat Malioboro hahaha. Soalnya Ayah pasti mau belanja di sana. Kamarnya pun cukup homey, ada kolam renang, dan sepertinya nyaman buat Biandul. Ternyata benar! Bayi ini betah banget gegoleran di kasurnya. Sayangnya agak kesulitan saat mandi karena kamar kami gak ada bak mandi dan hanya pake shower sedangkan Biandul waktu itu belum bisa berdiri sendiri hahaha, jadilah kalo mandiin Biandul ya saya juga ikutan mandi karena basah semua hehe.

Baru sampai, langsung foto-foto. Padahal belum tidur siang tapi anak ini masih girang.

Mukanya sumringaaah kannn

Kantin dilihat dari arah Lobby
Saya order via Traveloka dengan harga mulai dari Rp300,000 dan memilih including breakfast, karena busui laperan mulu euy wkwk, daripada tiap bangun pagi udah pusing nyari dan mikir mau sarapan apa, nanti ujung-ujungnya gak sarapan dan baru jajan pas siangnya. Di breakfast kan juga biasanya pasti ada buah tuh, nah buah ini bisa dimakan buat Biandul, soalnya kalau lagi pergi-pergi gini kan susah untuk sediain buah, gak kayak kalau di rumah sendiri. Biandul makan bubur ayam pas breakfast, cuma pakai bubur dan kuahnya dikit doang. Karena belum tumbuh gigi hihi. Sembari breakfast, saya minta tolong pihak resto untuk masakin bubur semi instan buat Biandul yang saya bawa sendiri, untuk makan siang dan sore. Untung pihak restonya bersedia, alhamdulillaaaah baiknyaaa. Kekurangannya di resto hotel ini, gak menyediakan baby chair huhu, jadilah saya makan sambil mangku Biandul, terus piring makannya pun jadi ditaro jauh-jauh gitu biar gak disenggol si bayi. Terus musti nunggu Ayahnya kelar makan dulu biar gantian gendong Biandul terus Ibuk baru lanjut abisin makannya deh. Tapi suasana restonya enak kok, di dindingnya ada beberapa grafitti, sisi sampingnya ada tanaman hijau dan air mancur. Nah, resto ini ada di bagian depan hotel, sebelum masuk Lobby.

Banyak elemen kayu dan beberapa dinding dikasih gambar, lucuu.

Ada tempat duduk sofa juga di kantin bagian paling luar, dekat Lobby

Ada ayunaaaan, warnanya matching sama piyama Biandul haha

Lobby hotel


Ruang tunggu di Lobby sangaaaat luas dan sofanya juga panjang

Di Lobby, kami check in sambil minta bantuan carikan sewa motor untuk kami pergi-pergi. Nah, pihak hotel ada kerjasama gitu sama beberapa penyewa motor. Pegawainya langsung telpon penyewa motor dan nanti motornya akan diantar ke hotel, lalu kami bayar. Sehari kena biaya Rp100,000 (kalau ke penyewanya langsung sebenarnya harganya cuma Rp80,000 aja). Kamar kami ada di lantai tiga, cus langsung masuk kamar dan bersih-bersih karena udah sore. Niat hati mau nidurin Biandul karena dari siang dia belum tidur, terus Ayah pergi ketemu temennya dekat kampus UNY. Malamnya, kami belanja-belinji ke Malioboro, sambil cari makan lalu pulang ke hotel ternyata sampai jam 10 malan. Kesiaaann nak bayi sampe udah tidur-tidur di jalan uwuwuwu, but thanks for not cranky while we do shopping, baby ;)

Cipak-cipuukk sama bayiii
Besokannya, kita masih bingung mau ke mana. Leyeh-leyeh aja lah. Eh inget kalau di sini ada kolam renang, letaknya di lantai 8. Akhirnya abis breakfast, kita bawa Biandul renang. Kirain kolamnya gede, eh taunya kecil hahaha. Tapi sepi banget. Pas kita ke sini, cuma ada seorang doang lagi ngerokok sambil dengerin musik di ponselnya, gak lama dia pergi. Wah udah kayak kolam renang pribadi aja nih hehehe. Si Ayah mau beli minum di barnya tapi gak ada yang jaga :( dan gak ada tempat untuk taro barang-barang macem tas baju dll gitu, jadi agak kurang leluasa juga. Pas kami lagi renang (dan pastinya foto-foto), ada sekumpulan geng muda yang mau berenang juga. Kayaknya mereka juga lagi bikin konten Instagram wkwk, KONTENNNN BANGET CUYYY. Karena lumayan panas, akhirnya kita udahan aja. Balik kamar. Mandiin Biandul. Masih bingung mau ke mana haha. Tadinya sebenernya mau ngajakin ke Gembiraloka Zoo, tapi Ayah kayaknya gak minat dan dia bilang ke Malioboro lagi aja, terus sorenya ke Keraton Jogjakarta. Ayah mau nyobain jalan tutup mata ke pohon beringin di tengah Alun-Alun hahaha. Pas kita siap, itu udah siang banget dan ternyata panasnya subhanallahhhhh. Di jalan ke Malioboro, kita semacem gak tahan gitu sama panasnya. Biandul pun tertidur di motor karena emang ini jam tidurnya dia sih. Karena kepanasan banget dan kesian ama bayi, kita memutuskan untuk cari makan dan balik ke hotel. Emang deh, jangan banyak ekspektasi kalo pergi ama Ayahnya Biandul, kadang ada aja gak jadinya, atau tau-tau malah ke mana gitu yang gak terencana. Daripada bete yakannn.

Cakep yaa... tanemannya wkwk


Kolam renangnya sepi tapi ya agak kecil gitu


Itu di belakang Ayah ada mini bar tapi kosong, dan cuma bisa taro tas dan baju dll di bangku kecil-kecilnya itu karena gak ada space lagi. Jadi ya kalau rame dan lagi ada yang duduk di bar itu, gak tau deh taro tasnya di mana harusnya.

Deket hotel ada bakmi, enak gitu. Terus kita mampir makan dulu. Biandul bangun ikut makan siang juga (mamam bubur cuy).

Balik hotel, kita masih laper. Pesen lah makanan dari resto hotel aja karena kita udah gak mau ngapa-ngapain karena kepanasan tadi (siapa sih yang bodoh sebenernya yak ini wkwk). Saya pesan tongseng, Ayah nasi goreng kemangi karena pas sarapan dia makan itu dan katanya enak. Pas makanannya sampe, agak kaget juga karena ternyata tongsengnya cuma sekecil mangkok bayi doang wahahaha (rakus sih). Kirain mah porsi gede ya. Tapi ya, namanya pesen di resto hotel masa mau disamain kayak beli tongseng di tukang sate pinggir jalan? Eh eh eh ternyata... RASANYA ENAKKK. Pedesnya pas. Dan gak dikit-dikit amat karena ternyata saya kenyang. Btw, saya baru bisa makan setelah nidurin Biandul huhuff. Abis kelar makan, saya ikutan tidur siang menyusul Biandul — dan ofkors Ayahnya juga ikutan tidur duluan.

BANGUN-BANGUN UDAH JAM LIMA SOREEEE WKWK. Emang staycation ini mah namanya, gak ke mana-mana karena kami adaalaaahhh... Keluarga mageeerrr!


Nonton tipi aja shayyy karena kita adalah... keluarga mageeerrr!

Yak karena udah sore banget, kami mandi ganti-gantian. Selepas mahgrib, kami ke Malioboro. Sebelum ada salah paham, ini yang doyan belanja di sana tuh Ayah yaaa bukan sayaaaaa yang mintak belanjaaa ini ituuuuu. Kebanyakan sih kami beli batik; baju dan bahan buat dijait sendiri. Sisanya beli daster, kolor, baju males yang ada tulisan Malioboro, Jogjakarta, dll dll tuh pasti tau lah ya hehehe. Malam ini kami selesai belanja jam setengah 10, ini juga karena nguber parkiran yang katanya cuma sampe jam 9 doang. Again, Biandul was sooo cooperative karena gak riwil selama jalan. Emaknya agak encok sih tapi ya jalan-jalan sambil gendongin mulu. Karena kita gak pake stroller heuheu. Pulangnya kita cari makan, bungkus bawa ke hotel karena malemnya Jogja dinginnnn bgtttt kasian ama bayi.

Besoknya kami check out dan pulang ke Jakarta.

Well, saya sih seneng ya menginap di sini karena service-nya masih meet the expectation dan gak banyak kurang-kurangnya gitu. Kamarnya juga homey, jauh dari kesan horor lah, atau serem lah, karena emang nyaman banget. Room service-nya cepat tanggap, saya minta cleaning the room pas kita lagi sarapan, dan setelah sarapan eh kamarnya udah rapi lagiii. Terus pas saya butuh hair dryer tuh langsung dianter ke kamar saat itu juga, gak pakai nunggu lama. Dan ternyata kurang lama inepnya huhuhu.

Muka-muka minta diajak jalan-jalan lagi nih
Gapapa gapapa, next kita minta ajak Ayah inep-inep di kota lain lagi yah *bisikin Biandul* wehehehehe.

Nah, buat yang mau inep-inep di sini, bagi saya The Eselweiss Hotel ini cukup recommended. Saya kasih rate ⭐️⭐️⭐️. Bisa pesen via Traveloka karena biasanya harganya lebih mursida alias murah hehehe. Atau yang mau kontak langsung, saya kasih detailnya di bawah yaa. Bye!


The Edelweiss Hotel Yogyakarta
Jalan Affandi No.17C, Klitren, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55222 (Dekat kampus UNY)
(0274) 587111
Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes