Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Personal Stories
  • • Parenting Diary
  • • Advertorial
  • • Contact Me
"Mama, aku mau minum susu sambil tiduran, kayak Bang Oji."

Tutur Bian suatu hari, setelah pulang bermain dari rumah teman sebayanya di sebelah rumah. Ternyata, temannya yang umurnya di atas Bian dua tahunan itu, masih minum susu di botol dot sambil tiduran. Bian melihat hal itu dan ingin mengikutinya di rumah. Hm, children see, children do. It's right!

"Yang minum susu sambil tiduran itu cuma dedek bayi, Nak. Karena dedek bayi belum bisa duduk sendiri dan pegang gelas sendiri. Jadi dibantu sama Mama atau Ayahnya pakai botol dot dan sambil tiduran. Bian kan sudah besar, sudah bisa pegang gelas sendiri, nanti tumpah kalau minum susunya tiduran," balasku. "Lagipula, minum sambil tiduran itu bisa bikin keselek, loh. Banyak bahanyanya, Nak." Saya berusaha menjelaskan sesederhana mungkin untuk dicerna oleh anak berumur tiga tahun. Bian langsung paham tentang hal itu. Dia tidak lagi meminta hal itu. Justru, sampai hari ini, dia yang selalu mengingatkan dirinya sendiri setiap minta susu, kalau minum susunya duduk, tidak boleh tiduran. Oh, anakku. Bangga sekali dengan hal sederhana ini, yang mungkin tidak terlihat sebagai sesuatu yang besar oleh orang lain.

Di kesempatan lain, Bian pernah minta izin untuk tengkurep sambil nonton Youtube Kids di ponsel, padahal lagi makan. Mintanya baik-baik, kok. Manisss banget. "Bian mau tengkurep, boleh, Mama?" katanya. Saya jawab, "jangan, dong. Nanti perut Bian ketekan, kan lagi makan. Kalau muntah, gimana? Kalau perut Bian jadi sakit, gimana?"

"Gak boleh, ya?" Tanyanya lagi, memastikan sekali lagi.

"Iya, gak boleh, ya. Nanti kalau udah selesai makan, baru boleh tiduran."

Dia paham. Gak pakai ngambek, gak pakai ngelawan. Uuuuuuu seneng banget rasanya saat itu, mengajarkan Bian beberapa hal bisa semudah ini dimengerti. Beberapa kali dia coba minta izin lagi untuk hal yang sama, mungkin hanya memastikan lagi kalau itu benar-benar tidak boleh, atau memastikan siapa tahu kali ini dibolehkan. Tetap, saya gak bolehkan dengan alasan yang sama. Dia paham, benar-benar paham. Saya sempat berpikir, siapa yang dia lihat makan sambil tiduran, ya? Kok bisa kepikiran minta izin tiduran/tengkurep saat lagi makan. Walaupun bertanya-tanya dalam hati, saya tidak menanyakan hal ini langsung ke Bian. Biarlah dia paham tentang sebuah aturan, bahwa ada banyak hal yang tidak boleh dilakukan dengan alasan yang sederhana, meskipun dia melihat ada orang lain yang bisa melakukan hal itu. Dilakukan oleh orang lain, bukan berarti dibenarkan untuk dilakukan juga oleh kita, kan? Nilai-nilai sederhana ini yang perlahan saya ajarkan ke Bian dengan cara yang paling sederhana juga. Yang penting dia paham, dan bisa mengikuti nilai tersebut sampai saat ini.


MENJADI KRITIS

Beberapa kali, saya atau ayahnya Bian juga pernah melakukan kekeliruan di depan Bian. Yang memalukan, Bian yang menegur kita untuk gak boleh melakukan itu. Wah, malu banget. Udah dewasa, tapi yang mengingatkan justru anak balita! Hahaha. Ya, berarti nilai yang pernah kita tanamkan ke Bian itu benar-benar tumbuh dan mengakar, sehingga dia sudah bisa sanggup menegur orangtuanya ketika melakukan kesalahan, misalnya:

"Ayah kok makannya di kasur? Di bawah, dong. Nanti kasurnya kotor, loh, kena makanan!"

"Mama kok selimutnya dilempar? Jangan dilempar, ditaruh pelan-pelan aja. Kayak gini, nih!" Lalu dia mencontohkannya sendiri.

"Mama makannya kok duduknya gak sila? Sila, dong, kayak Bian sama Ayah. Jangan begitu." Ketika saya makan lesehan dan duduknya mengangkat satu kaki kayak di warteg. Lucu ya, padahal cuma hal kecil gitu dan reflek tidak sengaja aja gitu, tapi kena tegur juga hihi.

"Ayah kok gak pake sendal? Nanti kakinya kotor, loh. Masuk ke rumah, rumahnya kotor, loh."

"Ayah kok gak pake baju? Emang gak dingin?" Ketika melihat ayahnya telanjang dada di rumah.

Baca juga: Menghadapi Bayi yang Suka Gigit Puting

Dan masih banyak lagi hal lain yang sering diucapkan ketika menegur orangtuanya. Yaampun, Nak. Kamu bikin Mama bangga hanya dengan melakukan hal-hal kecil itu. Semoga sampai besar nanti, nilai tersebut tetap tumbuh subur di dalam dirimu, ya. Jangan pernah takut buka suara kalau kamu merasa benar. Kami sadar, meskipun kami sudah dewasa, sudah hidup lebih lama dari kamu, dan sekarang menjadi orangtuamu yang mendidikmu dari nol, tapi kami juga manusia biasa yang tak luput dari salah. Kelak, jika kamu melihat kami keliru dalam berbuat, atau salah dalam mengambil keputusan, atau tidak sengaja melakukan hal tidak baik, kami akan berusaha untuk menerima hal tersebut, meskipun kamu—orang yang lebih muda—yang menegur kami. Karena, pahamilah, bahwa hidup lebih lama, atau umur yang lebih tua, bukanlah jaminan bahwa kami adalah manusia yang paling benar dan tidak pernah salah. Kami, orangtuamu, juga punya kesempatan yang sama dengan orang lain, dalam hal membuat kesalahan. Dan, kami akan berusaha menghargai kamu, yang bisa menyeimbangkan hidup kami. Selamanya kita akan saling belajar, ya.

My boyyy waktu lagi main di playground


Tulisan ini memang bisa dibilang super terlambat, karena hari ini, kita udah menjalani bulan kedua di tahun 2021. Tapi, ingatan tentang perjalanan 2020 gak pernah bisa kita lupakan. Setuju? Berbekal tulisan ini, saya pengin banget suatu hari nanti, bisa mengingat perjalanan sulit itu, mengenang bahwa ternyata setidaknya kita bisa bertahan meski harus berjalan terseok-seok. Kegagalan demi kegagalan, penundaan, dan ketidakpastian menghantui kita semua, bahkan masih berlangsung hingga hari ini. Mari ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada diri kita, untuk segala perjuangan yang tak pernah berhenti meski selalu ada tangis dan penyesalan setiap harinya. Semoga tetap masih ada banyak syukur di antaranya.


DISERANG PANDEMI

Covid-19 merupakan hal baru yang tiba-tiba menghantam seluruh manusia di bumi. Seakan hukum seleksi alam, satu per satu gugur dengan sangat mengejutkan. Setiap hari, ada ratusan kubur yang tergali, jutaan manusia berjuang dalam batas hidup dan mati, dan yang lainnya terkurung tanpa bisa saling membantu. Virus ini seperti merenggut kebahagiaan kita tanpa ampun. Meski tak sedikit juga yang bisa pulih, tapi catatan medis tak pernah bisa hilang. Selamanya, tubuh kita akan mengenal penyakit ini. Dan mungkin saja kita masih harus terus hidup berdampingan selama bertahun-tahun, jika tidak segera ditangani.

Bulan Maret esok, tepat satu tahun virus ini menyerang Indonesia. Masih banyak yang akhirnya kena, meskipun sudah memperketat protokol kesehatan, dan selalu berada di dalam rumah. Ketularan dari siapa, coba? Ya, gak ada yang tahu. Banyak sekali orang tanpa gejala di sekitar kita, banyak sekali orang bergejala yang sengaja tidak isolasi mandiri, atau bahkan tidak swab test untuk memastikan apakah dirinya positif atau tidak, banyak sekali orang positif bergejala ringan yang tidak isolasi mandiri dan tetap pergi ke sana-sini, lalu tidak ada yang tahu bahwa ia membawa virus itu pula tersebar ke orang-orang sekitarnya yang akan ikut tertular. Yah, begitulah. Kita tidak bisa selalu mengontrol orang lain, jadi yang bisa kita lakukan hanya menjaga kesehatan dan kebersihan diri sendiri dan keluarga di rumah, yang bahkan, masih juga bisa terkena giliran "dikunjungi" tamu tak diharapkan itu. Virus ini bukan hanya merenggut nyawa, tetapi juga kemanusiaan. Tak jarang berita sedih disiarkan, tentang bagaimana pasien tidak tertolong karena rumah sakit kuwalahan, tentang jenazah yang tidak diterima warga, tentang penyintas yang sudah sembuh tapi tetap dikucilkan, tentang pasien yang diusir dari rumah oleh warga karena takut tertular, tentang angka kematian yang terus bertambah namun tak juga ada peningkatan pencegahan dari pemerintah. Dan tak lepas juga dari berbagai macam hoax yang menyerang, lebih kuat dari virus itu sendiri. Hidup kita dibuat sangat lelah, tanpa jeda.

Setahun kemarin, tak hanya virus yang merenggut ketenangan hidup, tetapi juga bencana alam, masalah politik, resesi, kebangkrutan ekonomi, perceraian, dan masih banyak lagi kasus lainnya. Kita seperti dihadapkan pada tahun terberat, yang menuntut kita untuk kuat atau lewat. Semua hal hanya bisa kita yakinkan pada diri sendiri. Sejauh apa kita bisa bertahan, apa yang harus kita lakukan, bagaimana jika itu semua terjadi di dalam keluarga inti kita sendiri, sampai kapan kita harus menghadapi kecemasan ini???

Di dalam keluarga saya pribadi, saya telah menghadapi bahwa salah seorang anggota keluarga serumah harus terkena virus covid-19, selama sebulan lebih harus berjuang untuk pulih agar bisa berkumpul lagi seperti biasa. Dan saya gak mau sampai harus ada kasus kedua, karena itu semua sangat melelahkan. Kesedihan, mental yang down, kecemasan, kesakitan, diri kita yang super sensitif juga akhirnya terdorong keluar memberontak. Salah bertindak atau berkata sedikit saja, bisa kacau seisi rumah. Itu adalah waktu di mana semua keadaan diperas kencang, seakan napas saja tidak keluar dengan lega. Meskipun akhirnya bisa pulih dan beraktivitas seperti semula, sejarah itu tetap membekas selamanya. Menghantam kepala kita untuk lebih waspada. Virus ini tak pandang bulu, siapapun bisa saja terpilih dan tak bisa berbuat apa-apa lagi selain berjuang pulih. Jika ada penyakit bawaan atau termasuk golongan lansia, kesempatan pulih menjadi lebih sedikit, karena kondisi dan tubuh yang berbeda dan lemah mungkin akan kalah.


KEGAGALAN BANYAK RENCANA

Selain menghadapi virus itu, banyak pula kegagalan yang harus kami terima. Ditampar oleh kegagalan memang sakit, gak ada duanya. Tapi kita gak bisa terus menunduk sedih, harus ada lagi momen yang membuat kita bangkit dan berusaha dari nol lagi. Rencana kita untuk mulai membangun rumah sendiri gagal, rencana kita untuk pindah ke luar kota gagal, rencana kita untuk bepergian juga gagal, bahkan sesederhana rencana untuk menginap ke rumah sanak saudara pun juga gagal. Ke mana lagi kita harus berdiri? Kita dipaksa untuk tetap di rumah. No way out! Kebayang banget stresnya dikurung, tanpa bisa berbuat banyak. Tabungan habis, penghasilan berkurang, pekerjaan dibatalkan, itu terjadi pada kita semua sepanjang tahun. Bisa berdiri dengan kaki sendiri saja sudah bersyukur, jangan harap bisa mewujudkan mimpi yang kemarin sudah direncanakan rapi, karena tahun ini memang tahun kegagalan bagi banyak orang. Tetapi kemudian kita sadar, kita gak bisa terus menerus merunduk tanpa melawan. Kita pasti bisa melakukan banyak hal lain, mengumpulkan semangat kembali dari nol, menciptakan hal yang kemarin sudah punah, dan bangun bersama. Tak mau kalah.

Banyak praktisi dan ahli menggelar kelas online, banyak platform yang menyuguhkan pembelajaran online gratis, banyak hobi yang masih bisa disalurkan meski hanya di dalam rumah, banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk menghibur si Kecil agar tidak bosan di rumah, meski mereka tetap butuh ruang gerak yang luas untuk menyalurkan energinya. Anak-anak butuh bergerak bebas, lepas, dan menghabiskan masa bermainnya dengan puas. Mereka juga merasakan perjuangan karena tidak bisa bermain lepas di ruang terbuka, tidak bisa merasakan bahagianya bermain di playground, bertemu teman sebaya, berenang di waterpark, berjalan-jalan di mall, makan di luar bersama keluarga, semua hanya bisa ditahan untuk bisa dilakukan entah kapan. Saya pribadi, mengikuti kelas online menjahit masker kain, mengikuti kelas memasak, mengajak anak membuat kue/camilan dengan resep sederhana, dan bahkan merayakan ulang tahun anak di rumah hanya dengan keluarga dan saudara dekat, membelikan kue ulang tahun kesukaan dengan pilihannya sendiri, memesan banyak balon, membuka kado bareng-bareng, membelikan mainan edukasi yang bisa dimainkan dengan banyak cara supaya tidak bosan. Kami masih bisa bahagia, meski semua serba terbatas. Meski di tengah penyesalan atas berbagai kegagalan. Meski di antara kecemasan saat virus itu "mampir" di rumah kami. Meski semua mimpi masih harus tertanam jauh di dasar hati. Kami masih bersama, dan akan tetap bersama, menyelimuti diri dengan syukur, dan selalu belajar untuk terus maju. Berjalan perlahan lebih baik dibanding diam di tempat, bukan?


Kelas online menjahit face mask bareng Imaji Studio


Ini hasilnyaaa, bagus banget yaaa :) btw ini jahit tangan loh!


Pada akhirnya, tahun 2021 membuat kami merasa harus bisa menebus segala kekurangan tahun lalu, lebih banyak bersyukur, lebih banyak berusaha, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan hanya karena kecemasan. Kami sadar betul sudah banyak yang hilang; semangat, mimpi, harapan, tapi di tahun ini, kami ingin bertumbuh.
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ►  2023 (5)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ▼  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ▼  February 2021 (2)
      • Menanam Nilai Kebaikan
      • The Hardest Part of Life - 2020
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)
  • ►  2016 (1)
    • ►  June 2016 (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  June 2015 (1)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINION

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes