Pekan ASI Sedunia. Apa yang Ibu Butuhkan?

Memasuki bulan Agustus esok hari, artinya juga memasuki Pekan ASI Sedunia, yang dirayakan oleh semua ibu di seluruh dunia. Pada pekan ini, waktunya kita semua saling mendukung dan mengajak semua ibu untuk memberikan hak anak, yaitu ASI, selama dua tahun awal kehidupannya. Gak usah dijelasin lagi, pasti kita sudah tahu dong manfaat ASI yang buanyak banget itu? Kalau kita cari di Google juga semua info tentang ASI akan bertebaran. Termasuk saya salah satunya, pasti masih banyak lagi Blogger lain yang membahas tentang ASI dan proses menyusui. Artinya, kita juga sudah mendukung dan mendorong semua ibu untuk menyusui anak secara eksklusif, meskipun perjalanannya memang tidak mudah dan penuh perjuangan. Keringat dan darah juga (seakan-akan) sudah mengucur sebanyak ASI yang diberikan. Tapi, sebagai ibu, kita pun gak boleh pantang menyerah untuk terus menyusui.

https://widyasty.com

Seiring dengan banyaknya informasi tentang ASI, mitos dan hoaks pun gak kalah banyak masih terdengar di berbagai sumber. Maklum, biasanya mitos ini didapat dari orang-orang jaman dulu, yang mana belum pernah terpapar informasi tentang ASI dengan tepat. Nah, saatnya kita melawan semua mitos itu dan memperbanyak penyebaran fakta. Setuju kan, ibu-ibu? 🤗

BANYAK MITOS TENTANG MENYUSUI

Berapa banyak mitos yang kalian terima, mulai dari sejak orang-orang tahu bahwa kalian hamil, melahirkan, dan menyusui? Masih juga diserang dengan kelompok kubu-kubuan, yang seharusnya gak perlu diperdebatkan. Kalau saya sendiri, pernah mendengar mitos yang termasuk konyol, tapi masih banyak juga ibu-ibu yang percaya, misalnya: payudara harus "dikocok/diaduk" dulu sebelum menyusui, supaya ASI-nya gak encer. Secara logika, hal ini memungkinkan bila kita bicara tentang susu di dalam botol. Tapi, kalau di dalam payudara, apakah benar-benar harus dilakukan? Bayanginnya aja saya mau ketawa wkwk. Padahal, ASI memang memiliki dua komponen; hindmilk yang kental, dan foremilk yang encer. Dua komponen tersebut tetap dibutuhkan oleh anak, dan gak ada yang salah dengan ASI tersebut.

Pernah juga saya dengar mitos bahwa ketika ibunya pulang dari luar rumah, ASI-nya harus diperah dan dibuang dulu sebelum menyusui ke anak, supaya anak tidak masuk angin. Padahal, ASI gak akan terpengaruh apapun selama ibu di luar rumah, kecuali ASI hasil perah karena memang gak boleh disimpan di suhu ruang atau bahkan kena matahari dalam waktu yang lama. Makanya, banyak ibu pekerja yang membawa alat pumping beserta ice gel untuk menyimpan ASIP agar tetap terjaga sampai pulang ke rumah.

Di Pekan ASI Sedunia ini, mari kita berantas semua mitos tentang ASI dan menyusui. Perjuangan ini pasti gak mudah, karena banyak mitos yang sudah ditanamkan sejak puluhan tahun lamanya. Tapi, bukan gak mungkin kita bisa memperbaiki itu semua untuk calon ibu di masa mendatang, agar gak terpapar mitos yang aneh-aneh lagi, dan bisa mendapatkan informasi yang tepat, yang dapat menguntungkan bagi ibu dan anak selama proses menyusui.

TANTANGAN IBU MENYUSUI MASA KINI

Dahulu kala, saat kita belum diserang oleh promosi susu formula, semua ibu terlihat lancar menyusui anaknya dengan baik hingga dua tahun, bahkan ada yang lebih. Mungkin karena dulu belum banyak ibu bekerja yang gak bisa mengasuh anaknya sendiri di rumah. Mungkin tuntutan sosial jaman dulu belum tinggi. Mungkin karena gak banyak pilihan lain, semua ibu-ibu memang harus menyusui anaknya secara langsung. Jaman sekarang, setelah banyaknya promosi susu formula yang bisa dibeli bebas, tuntutan ibu pun semakin tinggi. Belum lagi kondisi mental yang kadang gak stabil, yang membuat ASI makin seret dan gak lancar, akhirnya lama-lama berhenti produksi. Karena banyak faktor tersebut, banyak juga ibu yang lebih memilih memberikan susu formula untuk anaknya, meskipun tanpa indikasi medis dari dokter.

Banyak juga kubu-kubu yang memisahkan ibu sesuai kelompoknya, misalnya ibu bekerja VS ibu rumah tangga. ASI VS sufor. MPASI instan VS MPASI buatan. Melahirkan normal VS caesar. Banyak ibu yang jadi merasa berperang dengan sesama ibu hanya karena perbedaan pilihan ini. Padahal, daripada kita berperang, bukankah lebih baik kita saling mendukung dan menghargai pilihan masing-masing? Bukankah perjuangan semua ibu itu sama, dan menghadapi kesulitan yang sama? Jadi, buat apa kita saling menghakimi?

Sebagai ibu yang pernah bekerja, dan sekarang menjadi ibu rumah tangga, saya merasakan kesulitan berada di posisi keduanya. Sebagai ibu yang mengalami kontraksi tapi berujung harus operasi, saya juga sangat paham level kesakitannya. Sebagai ibu yang gak bisa masak tetapi dituntut untuk bisa membuat makanan yang bergizi untuk anak, saya juga mengalami struggling yang sangat sulit. Tapi, dari semua itu, yang paling sangat saya butuhkan adalah SUPPORT. Support dari suami, keluarga, dan teman sekitar sangat penting untuk membangun kepercayaan diri saya yang baru saja "lahir" menjadi seorang ibu.

https://widyasty.com

Nyatanya, dari sekian banyak dukungan, gak sedikit juga yang menghakimi atau memandang aneh saya, mulai dari aneh ngelihat saya pumping di kantor setiap saat, dianggap ngerepotin diri sendiri karena bawa cooler bag ke mana-mana dan gak bisa main sepulang kerja, dianggap gak bisa bonding sama anak karena gak menyusui langsung. Padahal, kalau di rumah ya saya pasti menyusui langsung juga kok, dan Biandul gak bingung puting meskipun lebih sering minum dari botol dot. Yah, yasudahlah, kita gak bisa mengontrol mulut ratusan orang, tapi kita bisa menutup dua kuping kita dari omongan yang gak enak.

PEKAN ASI SEDUNIA, APA YANG IBU BUTUHKAN?

Support jelas adalah hal yang paling penting dan dibutuhkan oleh ibu. Selain itu, ibu juga butuh akses informasi yang tepat, sehingga saya berharap banget kalau semua ibu bisa saling berbagi informasi di social media, blog, dan media lainnya supaya ibu baru dimudahkan dalam belajar. Saya sendiri sudah baca tentang cara menyusui dan menyimpan ASIP dengan benar sejak umur kehamilan baru 5 bulan. Yap, segugup itu saya karena takut gak bisa memberi ASI ke anak hanya karena saya masih harus bekerja.

Sebagai salah satu refrensi bacaan tentang menyusui, dulu saya pernah menuliskan tentang perjalanan saya selama menyusui Biandul. Jadi, teman-teman bisa cek beberapa tulisan di bawah ini jika sedang butuh informasi:


Semua tulisan saya di sini ditulis berdasarkan pengalaman yang sudah saya hadapi dan jalani, sehingga memang ada beberapa poin yang sangat personal. Karena kondisi orang bisa berbeda-beda, ada baiknya kamu menyaring informasi sesuai yang kamu butuhkan, dan gak perlu diikuti semuanya jika memang gak memungkinkan atau gak sesuai dengan pendapat pribadi. Agree to disagree, right? 😉

Jika ada pendapat yang berbeda atau ingin menambahkan hal lain, saya gak pernah menutup komen yang mengkritik, asal bahasa yang digunakan masih sopan dan gak bertujuan untuk menjatuhkan. Saya juga sebisa mungkin menyertakan sumber yang valid untuk mengesahkan pendapat agar gak dianggap menyesatkan, hehe.

Nah, untuk mengakhiri tulisan ini, saya sangat berharap teman-teman bisa membantu sesama ibu untuk memberikan semangat karena perjalanan ini gak mudah, dan kita gak bisa memutar balik kehidupan. Jadi, yuk saling sharing! Jadikan internet sebagai tempat yang sehat untuk berbagi informasi.

Apa yang mau kamu lakukan selama Pekan ASI Sedunia ini nih, teman-teman?

Share:

1 comments

  1. Aku setuju bahwa ibu ya tetap ibu, meski dia pakai ASI atau sufor, kerja atau in home. Mitos² ASI ini perlu dipatahkan oleh satu ibu dan satu ibu merangkul yang lainnya. Lama kelamaan mitos itu hanya jadi kenangan, walau butuh waktu yang tak sebentar. Keep strong moms ❤️

    ReplyDelete

Thank you for meeting me here! Hope you will be back soon and let us connect each other 😉