Advertorial: [Talkshow Ruang Publik KBR] Ngomongin Peran Dokter Sampai Penanganan Penyakit Kusta di Indonesia

Gak kerasa yah, kita sekarang udah hampir memasuki akhir tahun 2021, dan pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Meskipun sudah mereda, tetap jangan lalai ya sama prokes. Teman-teman saya juga sepertinya sudah banyak yang traveling, bepergian ke tempat-tempat seru, mengadakan kegiatan di luar rumah, tentunya selama masih menjaga prokes dan tahu batasan normal, semoga kita gak ketemu gelombang-gelombang Covid-19 selanjutnya yang memakan banyak korban yah. Jujur udah kangen banget jalan-jalan tanpa worryyy.


https://widyasty.com


Berhubung tanggal 24 Oktober kemarin diperingati sebagai hari Dokter Nasional, saya juga jadi mau ngomongin tentang peran dokter di Indonesia, nih. Kebetulan berbarengan juga dengan acara talkshow ruang publik KBR bersama dr. Ardiansyah selaku perwakilan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan dr. Udeng Daman selaku Technical Advisor dari NLR Indonesia, pada tanggal 29 Oktober 2021 lalu. Talkshow ini disiarkan secara live streaming di channel YouTube Berita KBR dan bisa didengarkan melalui jaringan radio, salah satunya 104.2 MS-TRI fm untuk area Jakarta.

https://widyasty.com


APA ITU NLR INDONESIA?

Buat yang belum pernah dengar, pasti asing banget deh sama sebutan NLR Indonesia ini. Sebenarnya, apa sih NLR Indonesia itu?

NLR Indonesia adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang menanggulangi masalah kusta dengan pendekatan tiga zero; zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas), dan zero exclusion (nihil eksklusi). Selengkapnya, kamu bisa baca tentang NLR Indonesia di website-nya.

Nah, kalau kita sudah kedatangan narasumber dari organisasi penanganan kusta di Indonesia, berarti sudah tahu dong bahwa pembahasan kali ini ada hubungannya dengan kusta? Yap, kita akan mengulas sedikit banyak tentang peran dokter di Indonesia dalam hal penanggulangan penyakit kusta, yang mana ikut terdampak juga semenjak adanya pandemi Covid-19.


APA ITU PENYAKIT KUSTA?

Kusta adalah salah satu penyakit menular yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung. Kusta disebabkan oleh Mycobacterium Leprae, sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat. Orang yang terkena kontak kulit yang lama dengan pasien kusta bisa tertular penyakit ini, tapi, NLR sendiri menjelaskan bahwa pasien kusta yang sudah rutin meminum obat tidak akan menularkan penyakit ini ke orang di sekitarnya.

Gejala penyakit kusta antara lain adalah adanya bercak putih dan lesi yang muncul di kulit dan terasa kebas (mati rasa), biasanya berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Pasien harus memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosa secara langsung dari dokter, karena pemeriksaan harus dilakukan secara langsung untuk melihat jenis bakterinya.

https://widyasty.com


PENYAKIT KUSTA DI INDONESIA

Menurut pemaparan dr. Udeng, saat ini masih ada beberapa Provinsi yang masih belum mencapai eliminasi kusta. Eliminasi sendiri artinya adalah kasus kusta kurang dari 1 orang per 10,000 penduduk. Provinsi tersebut antara lain: Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Gorontalo. Kasus kusta yang masih ditemukan di beberapa Provinsi tersebut memiliki beberapa faktor, antara lain: sanitasi yang buruk, kebersihan orang dan lingkungan sekitarnya, juga kepadatan penduduk di daerah tersebut. Jika ada satu pasien kusta yang terdeteksi di suatu daerah, dokter dan tim medis harus segera mencari riwayat kontak dari orang di sekitarnya, karena berisiko menularkan penyakit tersebut.

dr. Udeng juga menjelaskan bahwa daerah terpencil yang masih sulit menjangkau fasilitas kesehatan, menjadi salah satu kendala. Artinya, dokter dan tim medis juga harus aktif mencari informasi dan meninjau daerah tersebut untuk memeriksa apakah masih ada kasus kusta yang ditemukan di daerah tersebut, sehingga bisa segera ditangani dan memutuskan rantai penularan penyakit kusta. Jika ternyata ditemukan pasien kusta, maka harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan.

Sebaliknya, dr. Udeng menjelaskan juga, jika di daerah yang sangat minim ditemukan kasus penyakit kusta, para dokter diharapkan untuk tetap aware terhadap penyakit tersebut, dan tetap aktif mencari informasi, belajar, ikut workshop, agar tetap bisa menangani pasien kusta jika sewaktu-waktu ada kasus yang muncul.

Pasien kusta masih sering menganggap bahwa penyakit ini adalah aib, dan malu untuk memeriksakannya ke fasilitas kesehatan, padahal risikonya juga tinggi terhadap pasien dan orang-orang di sekitarnya. Jika dokter juga kurang aktif dalam menangani kasus ini, maka penyakit kusta akan sulit untuk dieliminasi.


PENYEMBUHAN PENYAKIT KUSTA

Saya sempat bertanya dalam live talkshow ke pihak NLR Indonesia, bagaimana proses penyembuhan yang harus dihadapi oleh pasien kusta?

Pihak NLR menjelaskan melalui komentar YouTube, bahwa pasien pengidap penyakit kusta harus selalu dalam pengawasan tenaga medis. Petugas fasilitas kesehatan akan terus memantau kondisi pasien hingga sembuh. Pasien akan diberikan terapi obat dalam jangka waktu tertentu, dan obat tersebut harus dikonsumsi tanpa putus. Apabila sempat terputus, maka pengobatan akan dilakukan lagi dari awal.


Menurut penjelasan dari NLR Indonesia, pasien penyakit kusta akan diberikan terapi obat selama 6 bulan hingga 2 tahun, tergantung jenis kusta dan tingkat keparahannya. Selama periode tersebut, pasien dalam pengawasan petugas fasilitas kesehatan. Inilah bukti bahwa dokter dan petugas kesehatan memiliki peran penting dalam menangani penyakit yang diderita oleh masyarakat Indonesia. Jasanya sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.


PERAN DOKTER DALAM MASALAH KESEHATAN INDONESIA

Peran dokter dalam menangani kasus penyakit kusta memang sangat penting. Edukasi ke masyarakat juga diharapkan mampu membuat kita semua paham bahwa penyakit kusta bisa sembuh dan tidak menularkan orang sekitar. Masalahnya, jumlah dokter di Indonesia masih belum mencapai angka rekomendasi yang cukup. Menurut pemaparan dr. Ardiansyah, rasio jumlah dokter menurut rekomendasi WHO adalah 1:1,000, tetapi Indonesia masih baru mencapai rasio 0.5:1,000, yang artinya adalah 5 dokter menangani 10,000 penduduk. Apalagi sejak pandemi Covid-19 menyerang, kita juga kehilangan ribuan dokter yang gugur saat berjuang.

Selain itu, distribusi dokter di fasilitas kesehatan juga kurang merata, khususnya di daerah yang masih terpencil. Kadang, fasilitas kesehatannya sulit dijangkau, dan hanya ada beberapa dokter saja. Oleh karena itu, penting untuk para dokter bisa terus aktif menjangkau masyarakat di daerah terpencil agar lebih aware dengan kesehatan dan lingkungan, sehingga bisa lebih mudah mendeteksi kasus sebuah penyakit.


USAHA YANG BISA DILAKUKAN OLEH DOKTER DI INDONESIA

Menurut dr. Ardiansyah, pendidikan kedokteran harus terus ditingkatkan, karena Indonesia butuh dokter yang berkompeten dan berkualitas, sehingga bisa menangani permasalahan kesehatan di Indonesia. Proses pembelajaran dan pelatihan pun gak berhenti sampai selesai pendidikan aja, tapi harus terus dilakukan seumur hidup. Jadi, ketika menemukan kasus penyakit yang jarang terjadi di suatu daerah, dokter tetap bisa menanganinya dengan baik. Salah satunya adalah kasus penyakit kusta.

Hal lain yang bisa dilakukan oleh dokter dan fasilitas kesehatan adalah dengan memberikan edukasi secara rutin ke masyarakat tentang penyakit kusta, sehingga masyarakat bisa diajak kerjasama dengan baik dalam menangani penyakit tersebut.

"Kita semua harus bersinergi dalam melakukan eliminasi kusta", kata dr. Ardiansyah dalam acara talkshow tersebut.


KESIMPULAN

Saya belajar banyak tentang kasus kusta di Indonesia, bahwa ternyata meskipun jarang terdengar, tapi kasus ini masih menjadi endemik di beberapa daerah terpencil di Indonesia. Faktornya bisa jadi karena kebersihan lingkungan dan sanitasi yang tidak terawat, juga kepadatan penduduk yang menyebabkan penyakit kusta mudah menular.

Stigma masyarakat terhadap penyakit kusta juga masih sangat buruk, sehingga banyak yang malu untuk memeriksakannya ke fasilitas kesehatan. Padahal, sinergi dan kerjasama sangat dibutuhkan antara masyarakat dan petugas kesehatan untuk menangani kasus ini agar dapat tereliminasi di semua Provinsi di Indonesia.

Semoga kasus penyakit kusta di beberapa provinsi yang masih belum tereliminasi bisa segera teratasi yaa. Yuk mulai jaga kebersihan lingkungan, dan aware terhadap gejalanya, supaya bisa langsung ditangani oleh fasilitas kesehatan hingga sembuh dan tidak menularkan ke orang sekitar.

Talkshow tentang Lika-Liku Peran Dokter di Tengah Pandemi bersama dr. Ardiansyah dan dr. Udeng nih bermanfaat banget isinya. Banyak hal yang tadinya saya gak tahu, sekarang jadi bertambah pengetahuannya. Semoga ulasan dan ringkasan yang saya tulis di sini bisa mewakili isi talkshow dan dapat memberikan informasi bermanfaat buat kamu semua yang membaca artikel ini yaa! 😊

Share:

9 comments

  1. Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi yang masuk dalam 'eliminasi kusta'. Salah satu penyebabnya karena sanitas yang buruk.

    Waktu saya pulang kampung ke Sumatera Utara, ke salah satu daerah, masyarakat di sana memang masih menggunakan sungai untuk segala keperluan. Meski airnya (tampak) bersih, tapi digunakan untuk buang air kecil, buang air besar, mandi, cuci pakaian, secara bersamaan.

    Semoga pihak terkait semakin sadar akan hal kesehatan dan kebersihan sehingga bisa membangun sanitasi yang baik.

    ReplyDelete
  2. Makasih mba informasinya tentang penyakit kusta, jadi tahu lebih dalam. Sebelumnya cuma pernah denger doang. Keren ya misinya NLR Indonesia ini!

    ReplyDelete
  3. Semoga aja dokter2 kita bisa memberikan penyuluhan ke masyarakat bahwa kusta bisa disembuhkan dan tidak malu untuk memeriksakan diri

    ReplyDelete
  4. Saya pikir kusta ini penyakit zaman dulu (mikirnya semacam pas periode Orde Baru) yg sekarang udah ga ada lagi. Ternyata masih banyak, dan miris banget soal stigma yg masih tertanam itu.

    Baru tahu soal NLR Indonesia ini, makasih informasinya, mbak.

    ReplyDelete
  5. Ternyata penyakit kusta masih ada sampai sekarang. Semoga semakin kesini penyakit kusta bisa menurun jumlahnya. Semoga para dokter yang menangani penyakit kusta bisa tetap survive terlebih di masa pandemi yang belum berakhir ini.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah kalau minum obat secara rutin, kusta jadi nggak menular. Terima kasih banyak informasinya ya, Mbak. Detil banget.

    ReplyDelete
  7. Baru tahu kalau penyakit kusta bisa menular. Dan penanganan minum obatnya harus rutin ya ka, nggak boleh lupa / kelewat karena bakalan ngulang lagi dari awal.

    Lewat baca artikel ini jadi makin aware sama kebersihan tempat tinggal kita biar selalu sehat. Makasih ka untuk artikelnya 🙏

    ReplyDelete
  8. hadir diacara seperti ini membuat kita ajdi lebih teredukasi dan aware dengan beberap hal khsuiusnay stigma negatif akan penyakit kustaini padahalkan pasien tuh butuh dukungan moril ya

    ReplyDelete

Thank you for meeting me here! Hope you will be back soon and let us connect each other 😉