Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Sewaktu saya kecil, seingat saya orangtua saya gak pernah mengikutsertakan saya ke dalam sebuah lomba atau kompetisi, kecuali saat momen lomba 17 Agustusan di sekitar rumah. Itupun memang hanya untuk seru-seruan aja kaan. Semakin besar, saya gak pernah tertarik ikut kompetisi, lomba, bahkan olimpiade. Selain saya gak percaya diri, saya juga takut gak bisa mengontrol rasa kecewa ketika kalah. Yap, dari dulu saya selalu memikirkan kemungkinan terburuk dari sebuah kejadian, jadi malah lebih banyak takutnya daripada semangatnya. Saya juga gak paham, apakah ini mungkin dampak buruk dari kepasifan orangtua saya sejak saya kecil, atau memang sebenarnya gak ada masalah juga sama hal ini. Tanpa ikut lomba dan tanpa punya piala satu pun di rumah, saya merasa gak ada masalah sama sekali hingga hari ini. Jadi, saya bisa dibilang gak menyesal juga kalau dulu gak pernah ikut kompetisi.

Orangtua saya mungkin bukan orang yang melek terhadap kebutuhan anaknya, selain belajar di sekolah. Mungkin karena dulu saya tinggal bersama Bude, dan orangtua saya sibuk bekerja. Sejak kecil, kesibukan saya hanya sekolah dan mengaji, lalu mulai ikut kelas tambahan dan les saat SMA. Bisa dibilang, saya gak pernah menggali bakat dan potensi, gak pernah mengasah kemampuan, dan gak punya juga keahlian lain karena gak pernah dikenalkan. Saya hanya menemukan minat dan bakat saya di bidang menulis itu waktu di SMP karena gabung di kelompok mading, ternyata saya suka sekali menulis puisi, dan saya menemukannya sendiri tanpa dituntun oleh orangtua. Andai saya bisa balik ke masa lalu dan bisa meminta, pasti udah banyak les yang saya ikuti di luar bidang akademis, seperti berenang, karate, musik, dan lain-lain.

https://widyasty.com

Kini, saat saya punya anak, saya pengin banget bisa menggali bakat anak saya dan mendukungnya. Memfasilitasi semua kebutuhannya. Memberikannya kepuasan untuk belajar hal baru dan hal selain akademis. Bagi saya, semua itu sangat menyenangkan, dan pastinya akan sangat berguna untuknya saat ia beranjak dewasa. Di usianya yang menjelang enam tahun, salah satu bakat Biandul yang sudah sangat terlihat adalah menggambar. Seperti buah yang jatuh gak jauh dari pohon, Ayahnya sangat berhati-hati dalam memenuhi kebutuhan Biandul di bidang seni. Biandul diajak bereksplorasi dalam gambar dan warna, tanpa ada pemisah antara salah dan benar. Kami, sebagai orangtuanya, sangat hati-hati dalam menuntunnya menemukan mimpi dan cita-citanya, apalagi Ayahnya yang memang bekerja di bidang seni rupa, kemudian anaknya terlihat memiliki interest yang sama. Kesempatan ini gak bisa disia-siakan oleh suami saya.

Sampai saat ini, Biandul belum pernah mengikuti les menggambar, jadi semua kemampuannya otodidak di rumah. Sesekali Ayahnya mengajarinya menggambar suatu bentuk, tapi belum dipaksa untuk memahami semua teknik menggambar. Kembali lagi ke topik kempetisi, Biandul pun gak pernah ikut serta dalam perlombaan menggambar dan mewarnai. Dulu, saya gak paham kenapa Ayahnya sangat melarang hal itu. Satu kalimat yang saya ingat, "Menggambar gak bisa dijadikan kompetisi, karena gak ada parameter benar dan salah". Saya gak terlalu paham, tapi saya sedikit setuju dulu.

Satu keresahan mulai menyentuh saya, ketika beberapa orang sering mengajak Biandul untuk ikut lomba menggambar, karena mereka melihat ada bakat besar, dan ini adalah sebuah kesempatan untuknya berlatih dan mengasah kemampuan. Saya tentunya belum bisa menjelaskan kenapa Ayahnya melarang, jadi saya hanya bisa menolak secara halus sambil memberi alasan bahwa ada perbedaan pandangan yang membuat Biandul gak bisa ikut lomba menggambar. Keresahan ini muncul lagi ketika momen 17 Agustus tahun ini mulai bisa kita meriahkan lagi, setelah bertahun-tahun dilarang karena pandemi Covid-19. Inilah tahun pertama Biandul mengenal konsep lomba/kompetisi.

Di sekolahnya, Ia akan berpartisipasi dalam lomba untuk pertama kalinya. Saya excited tapi bingung juga, takut dia gak bisa mengontrol rasa kecewanya kalau kalah, seperti yang Mamanya rasakan waktu kecil. Saya juga agak kuwalahan ternyata menjelaskan kepadanya konsep acara lomba setiap 17 Agustus, momen apa yang sedang kita rayakan, dan mengapa harus ada lomba. Nah, ternyata, Biandul have fun banget ikutan semua lombanya, gak ada rasa kecewa sama sekali waktu kalah, malah kayaknya dia gak paham deh dia tuh menang apa kalah haha, dia taunya cuma ikutan aja. Untungnya semua anak dapat hadiah hiburan meskipun kalah, jadi tetap happy semua tuh. Biandul cuma menang satu lomba aja kategori berkelompok.

https://widyasty.com
Biandul ikut lomba di sekolahnya 17 Agustus kemarin

Selain di sekolah, Biandul diajak lomba juga di rumah, tapi kayaknya energi dia udah habis duluan deh sama kegiatan di sekolahnya selama 3 hari, jadi dia gak tertarik ikutan meski dibujuk Utinya. Saya sendiri sih gak masalah juga kalau dia gak ikutan, dia lebih milih main sama temannya, lari-larian dan main sepeda. Yang penting tetap bersenang-senang. Waktu diajak ikut lomba mewarnai, dia sempat tertarik dan minta izin. Tapi saya bilang kalau mau gambar di rumah aja. Dia langsung mengiyakan dan gak merengek minta ikutan. Saya agak bingung menjelaskan kenapa gak boleh, soalnya Ayahnya lagi gak ada di rumah, dan sebenarnya yang sejak awal menentang kompetisi menggambar/mewarnai tuh ya Ayahnya Biandul ini.

Ketika Mertua saya bertanya kenapa gak boleh ikutan lomba, saya cuma bilang, "Ayahnya pernah ngelarang dulu, Bu. Katanya kalau lombanya mewarnai atau menggambar gak usah. Kalau kenapanya tuh gimana ya, bingung jelasinnya juga." Mulailah keresahan saya mencapai puncaknya. Kenapa ya saya dari dulu iya iya aja dan gak memahami alasannya juga? Kenapa ya saya gak ngotot juga nanya alasan ini ke suami saya dari dulu? Kenapa saya malah bingung sendiri ya sama aturan yang keluarga kami terapkan? Wkwkwk, agak lawak jadinya.

Padahal Utinya Biandul udah pengen nemenin dan daftarin, tapi kebetulan waktunya malam hari. Jadi, saya pakai alasan yang lebih masuk akal pada saat itu, kalau ini udah kemaleman, dan nanti selesainya lewat dari batas jam tidur malam Biandul. Lagipula dia belum makan malam, dan saya baru mau mandi waktu itu. Besoknya juga mau bangun pagi karena Biandul mau ikut pawai sepeda bareng, jadi alasan saya lebih ke waktunya aja yang gak tepat. Bingung juga kenapa lombanya malam-malam ya, padahal untuk kategori anak di bawah 4 tahun katanya.

Setelah itu, saya langsung laporan ke suami saya, "Kita butuh ngobrol. Aku belum benar-benar paham alasan kita ngelarang anak ikut kompetisi gambar, tiap ditanya orang kenapa, aku bingung jelasinnya." Waktu Ayahnya Biandul pulang ke rumah, kita langsung ngobrol. Gak kerasa ternyata kita ngobrol sampai jam 2 pagi, tapi saya langsung paham dan gak bingung lagi sama alasannya.

Suami saya, yang memang menekuni bidang seni rupa, khususnya drawing, merasa sangat bertanggung jawab jika anaknya ternyata punya minat di bidang yang sama. Semua keputusan tentang bakatnya ini harus diambil penuh kebijakan, mengingat dia belajar secara otodidak dan gak sepenuhnya difasilitasi, sehingga rasanya sangat berat merangkak dari bawah hingga sampai di titik saat ini. Ia bisa bekerja di bidang ini, memenuhi nafkah keluarganya dari menggambar, dan dia bekerja sendiri tanpa terikat oleh korporat manapun. Banyak sekali mimpi yang belum diraihnya, dan masih harus dikejar, jadi dia merasa bahwa dia berperan besar dalam membentuk minat Biandul di bidang ini. Mengenalkannya pada kompetisi hanya membuat Biandul merasa gak bisa jadi diri sendiri.

Menurut suami saya, melalui kompetisi, Biandul gak akan bisa menghargai proses dan menerima hasilnya sebagai karakter gambarnya sendiri, karena akan selalu merasa dibandingkan dengan gambar orang lain. Belum lagi dia akan mengejar hasil gambar hanya karena ingin menjadi juara, padahal menjadi juara di kompetisi itu bukan patokan prestasi yang harus diraih. Ia lebih baik mengikuti kelas tambahan khusus menggambar, meskipun kita harus mengeluarkan uang untuk biayanya, tapi diajarkan berbagai macam teknik dan proses menggambar dan mewarnai, daripada harus mengikuti kompetisi dan mengejar hadiah. Belum lagi mengatasi rasa kecewanya saat kalah dalam kompetisi. Ia gak bisa mengembangkan karakter gambarnya karena harus mengikuti standar juri.

Penilaian juri pun gak pernah ada parameternya, poin apa saja yang dinilai dan dipilih untuk menjadi juara, selain selera dari jurinya. Dalam kategori anak-anak, penilaian mungkin hanya berdasarkan kerapian, keindahan bentuk, dan komposisi gambarnya, yang mana itu semua gak pernah ada nilai benar dan salahnya. Apakah ada kompetisi menggambar anak yang dinilai berdasarkan teknik arsiran, kemiripan objek yang digambar, komposisi terang dan gelap, dan proporsi yang sesuai? Apakah juri yang ditunjuk punya keahlian di bidang seni rupa? Jika tidak, maka sebenarnya penilaian tersebut sangat rancu. Jika dibilang "ini kan cuma lomba anak-anak doang", nah jadinya malah makin memperburuk mindset yang dibentuk sejak dini.

Kalau anak-anak tidak diniatkan sejak awal untuk menjadi seniman, mungkin penilaian waktu lomba menggambar gak ada pengaruhnya. Menang ya senang, kalah juga besok udah lupa. Tapi, kalau sudah jadi cita-cita anak sejak kecil dan mau dikembangkan secara serius sampai Ia besar, penilaian dalam kompetisi itu bagaikan bumerang, yang akan menyerang balik ke diri anak itu, dan malah bisa meredupkan minatnya kalau kalah. Padahal untuk bisa menjadi juri atau kurator sebuah karya seni rupa, seseorang harus mengambil pendidikan di jurusan seni rupa. Beda halnya dengan olimpiade sains, yang mana kompetisinya dinilai berdasarkan poin tertinggi yang dapat diperoleh seseorang jika bisa menyelesaikan soal yang diberikan. Setiap soal punya jawaban yang sangat absolut, jika benar ya benar, dan jika salah ya salah. Gak ada perspektif yang berbeda dari setiap juri.

Ayahnya Biandul pernah bilang, bahwa Biandul bisa saja masuk ke sekolah seni kalau sampai besar Ia masih punya minat di bidang seni rupa. Tapi, kita gak pernah mau ikut campur dalam keputusannya karena itu hak penuh Biandul dalam memutuskannya nanti. Biasanya, anak kecil suka menonjolkan minatnya di beberapa bidang, dan akan meninggalkan bidang yang ternyata gak sesuai dengan keinginannya lagi di kemudian hari. Misalnya, waktu kecil sangat suka musik dan orangtuanya mendaftarkan les musik, tapi bisa jadi anaknya lama-lama akan pindah ke bidang lain karena udah gak minat lagi di musik. Setidaknya, orangtuanya sudah memfasilitasi anaknya dengan membiarkannya mengenal minatnya satu per satu. Untuk sekarang, Biandul belum mengambil kelas tambahan menggambar, tapi Ia sedang diajak ikut kelas Muay Thai. Kalau yang ini sih lebih ke kemampuan bela diri, yang saya dan suami yakini sangat berguna untuknya. Lain kali, saya akan tulis tentang kelas ini deh, kalau sudah sempat.

Balik lagi ke kompetisi di bidang seni rupa, menurut suami saya, kreativitas gak bisa semudah itu dinilai dan dipilih untuk jadi juara 1, 2, dan 3. Kreativitas gak punya batas antara benar dan salah. Seseorang yang ingin menjadi seniman, bisa memperdalam teknik menggambar dengan cara belajar dan menempuh pendidikan, bukan dengan kompetisi.

https://widyasty.com
Bian dapat hadiah lomba 17 Agustusan di sekolahnya karena menang lomba berkelompok

Saya pernah baca dari Blognya R.E. Hartanto, bahwa meskipun Beliau (juga) menentang praktek kompetisi atau lomba menggambar, Beliau tetap gak bisa menghapus/melarang kegiatan tersebut, jadi biarkan saja kegiatan tersebut tetap ada dan dilaksanakan. Biarkan anak-anak yang mau berpartisipasi. Kembali lagi ini adalah value keluarga pada masing-masing pola asuh, mau menerapkan yang mana saja itu tidak apa-apa. Tidak ada yang salah atau benar, selama anaknya sendiri juga tidak keberatan atau merasa terpaksa. Kalau anak punya perasaan seperti itu, lalu jadi stres karena tekanan dari keluarga, ini menurut saya sudah termasuk child abuse.

Orangtua yang memaksakan kehendak pada anaknya, tanpa berpikir bahwa anak punya hak memilih atas hidupnya sendiri, termasuk child abuse. Penyebabnya bisa ada pada inner child orangtuanya yang mungkin belum pulih dari luka masa lalu, atau dendam ke diri sendiri karena punya ambisi yang belum kesampaian, sehingga secara gak sadar memaksa anak menjadi apa yang diinginkan. Nah, jangan sampai kita berperilaku seperti itu ke anak yaah.

Apapun pilihan pola asuhmu, berikan yang terbaik untuk anak. Saat anak masih kecil, semua kontrol ada di tangan kita. Tapi, jangan lupa bahwa anak juga bertumbuh. Mereka punya hak juga dalam memilih dan memiliki keinginan dalam hidupnya. Give them some respects! ✨

Ada yang punya opini atau tanggapan lain? Share di komentar ya! 😊
"Kalau udah katanya, ya katanya."

Begitu kata mertua saya, ke anak laki-lakinya yang kini sudah menjadi suami saya selama 6 tahun lebih. Dia lebih sering melakukan sesuatu tanpa plan, tanpa banyak omong, dan kadang harus terwujud saat itu juga. Begitupun dalam membeli sesuatu atau melakukan sesuatu. Salah satunya ya waktu menikah sama saya. November baru ngelamar, tapi maunya langsung nikah di bulan Desember. Gak mau lama-lama, karena persiapannya juga gak lama karena kita nikah tanpa resepsi.

Tapi, tulisan saya kali ini gak mau ngebahas suami saya. Ternyata anak saya pun punya kemauan yang sama kayak Ayahnya. Ketika mau sesuatu, kadang terkesan kayak memaksa, harus ada saat itu juga. Yaa, walaupun lebih sering kita suruh tunggu karena saya gak mau membiasakan dia mendapatkan apa yang dimau dengan cepat dan mudah. Kali ini, agak berbeda karena bikin orang serumah shock, dia minta sunat dan mau dilaksanakan saat itu juga 😂

Berhubung anaknya agak cengeng dan penakut, bagi saya dia berani sunat adalah sebuah keajaiban, karena sebelumnya dia gak pernah mau sunat karena takut dipotong penisnya katanya haha. Akhirnya ya saya diemin aja, tunggu sampai anaknya mau sendiri. Lalu, inilah waktunya. Masih gak bisa dipercaya juga sampai sekarang. Waktu tulisan ini saya buat, recovery-nya sudah 99,99% setelah satu bulan yang lalu sunat. Nah, akhirnya saya bisa mulai menuliskan peristiwa ini secara rinci untuk dibagikan ke teman-teman wkwk.

https://widyasty.com

PROSES SUNAT SERBA INSTAN

Gimana gak instan ya, Kamis malam dia minta, Jumat siang udah sunat 😂 Untungnya masih ada klinik sunat yang merespon pertanyaan saya melalui chat Whatsapp jam 8 malam, yang akhirnya saya bisa daftar saat itu juga untuk sunat besok. Kenapa buru-buru? Pertama, jangan sampai anaknya berubah pikiran dan keburu ngerasa takut sunat lagi, nanti lama lagi ngebujuknya. Kedua, karena minggu depannya udah mulai masuk TK. Semua akan jadi lebih repot kalau dia udah masuk sekolah. Bahkan, bisa jadi malah harus nunggu sampai libur sekolah dulu, kan lama. Belum tentu dia masih mau.

Setelah dapat klinik sunat yang dimau dan sudah daftar, saya langsung cari-cari kebutuhan perawatan pasca sunat, seperti celana batok dan obat-obatannya. Saya beli terpisah karena beberapa hal;
  1. Paket yang didaftarkan gak termasuk celana batok dan kit perawatan pasca sunat, karena harganya agak mahal jadinya. Apalagi ini termasuk mendadak, jadi dananya pun belum dipersiapkan hehe.
  2. Ternyata kalau beli sendiri jadi lebih murah, karena udah ada beberapa hal yang kita sedia di rumah, misalnya cairan antiseptik dan kasa steril.
Nah, akhirnya, saya pilih paket sunat yang paling regular dan termurah (di klinik itu), dengan beberapa pertimbangan di atas. Ini aja udah termasuk mahal menurut saya, karena saya gak sempat riset dan tanya-tanya sebelumnya, gak ada waktu. Ternyata beberapa anak tetangga yang udah sunat malah harganya jauh  lebih murah daripada yang saya bayar sekarang. Tapi yaudah gapapa, yang penting udah selesai fase ini, saya legaaa banget.

Oiya, akhirnya karena beberapa hal juga, saya gak mengadakan pesta atau syukuran setelah sunat. Jadi, kita hanya masak-masak aja untuk makan bareng tamu dan saudara di rumah.

SUNAT DI MANA?

Nah, ini yang akan saya bahas. Biandul sunat di Rumah Sunat dr. Mahdian, kebetulan cabangnya ada banyak dan salah satunya dekat dari rumah. Sebenarnya, sebelum memutuskan di sini, ada satu klinik sunat lagi yang bisa daftar untuk besok, tapi cuma ada satu slot di jam 8 pagi. Buat saya itu kepagian, dan malah jadi riweuh karena takut kurang persiapan. Lokasinya juga agak lebih jauh dari dr. Mahdian. Akhirnya kami memutuskan di sini karena lebih bisa prepare, dan sunatnya dilakukan jam 1 siang. Nah, jadinya saya bisa ada waktu dulu untuk beli celana batok dll. Utinya Biandul pun ada waktu untuk masak-masak dulu dari pagi.

Cabang Rumah Sunat dr. Mahdian ini cukup banyak. Selain di Jakarta, ada juga di Depok, Tangerang, Bekasi, Tasikmalaya, Bogor, Bandung, dan masih banyak lagi. Testimoni bagus di Instagram Rumah Sunat dr. Mahdian pun sudah banyak, bahkan katanya banyak anak selebriti juga yang sunat di sini. Tapi, bukan itu yang bikin saya memilih tempat ini. Lebih karena butuh cepat, dan CS Rumah Sunat dr. Mahdian termasuk sangat cepat tanggap. Padahal jam operasional CS-nya di Whatsapp itu cuma sampai jam 5 sore sebenarnya, agak kaget ternyata jam 8 masih dibalas dan dibantu daftar untuk esok harinya.

Harga paket termurah yang saya pilih itu Rp2,400,000 tanpa dapat celana batok dan kit perawatan pasca sunat (karena beli terpisah). Tapi, proses sunatnya menyenangkan, tempatnya sepi (jadi lebih tenang dan anak gak takut denger suara anak lain nangis waktu disunat), bersih, dan gak sempit. Dokternya sangat ramah dan gak bikin anak takut. Setelah selesai sunat, anak dikasih mainan Hot Wheels dan sertifikat, serta obat pereda nyeri dan obat tetes yang harus digunakan selama perawatan. Untuk harga paket lain bisa langsung hubungi saja melalui Instagram @rumahsunatdrmahdianofficial.

https://widyasty.com
Foto duluuu setelah sunat, masih senyum-senyum karena dapat Hot Wheels wkwk. Sampai rumah, malamnya langsung rewel kesakitan :')

METODE SUNAT YANG DIPILIH 

Metode sunat di Rumah Sunat dr. Mahdian ini adalah klem, tapi saya gak tahu apakah mereka bisa menggunakan prosedur untuk metode lain atau gak, karena paket yang ditawarkan ke saya hanya klem saja. Sunatnya pakai alat berupa klem yang dipasang di penis, setelah sunat klem tetap terpasang selama 5 hari sebelum akhirnya dibuka. Katanya, proses ini minim pendarahan, butuh waktu cepat karena hanya 10 menit, dan gak dijahit. Recovery-nya pun terbilang cepat. Ini yang saya baca dari berbagai sumber. Saya juga menonton video prosedur sunat klem di YouTube pas malam harinya, supaya bisa kebayang besoknya. Agak ngilu sihhh, tapi tahan-tahan aja dah, karena penasaran juga 🥹

View this post on Instagram

A post shared by Rumah Sunat dr. Mahdian (@rumahsunatdrmahdianofficial)


Nah, setelah sunat dan melihat kondisi Biandul, memang betul beberapa klaimnya. Tapi, selain itu, saya jadi punya beberapa pertimbangan lagi untuk teman-teman ketahui sebelum memilih metode sunat menggunakan klem ini. Tentunya semua metode ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing, tapi karena cuma sekali seumur hidup dan cuma bisa pilih sekali, jadi saya gak bisa membandingkan dengan metode lain. Semoga sih teman-teman bisa mengumpulkan banyak informasi tentang semua metode sunat supaya bisa memilih yang terbaik dan sesuai kondisi juga budget-nya pasti ehehe.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE KLEM

Saya mulai dari kelebihannya dulu yaa. Sunat metode klem punya beberapa kelebihan, dan kebanyakan sama dengan klaim yang saya temukan juga di beberapa sumber di Internet, antara lain:

✦ Minim pendarahan. Biandul sempat agak banyak keluar darahnya tapi bisa dibersihkan dan berhenti keluar setelah beberapa menit.
✦ Di Rumah Sunat dr. Mahdian, biusnya gak menggunakan jarum suntik, tetapi pake metode injeksi, jadi gak menimbulkan trauma di anak.
✦ Prosesnya cepat, cuma 10-15 menit tergantung ketenangan anak, kalau bisa diajak kerjasama pasti cepat selesai.
✦ Tanpa dijahit, dan bisa langsung beraktivitas. Biandul sunat siang hari, malamnya bisa jalan ke minimarket sama Ayahnya karena mau jajan.
✦ Hasil lebih rapi.
✦ Proses penyembuhannya terbilang cukup sebentar, gak sampai dua minggu Biandul udah bisa jingkrak-jingkrak lagi.

Nah, tapi metode ini juga punya kekurangan, dan ini pendapat pribadi saya sendiri setelah melihat proses sunatnya, jadi bisa juga berbeda dengan pengalaman orang lain karena tergantung anaknya sendiri. Biandul kebetulan tipe anak yang agak cengeng dan perasa, mudah nangis dan toleransi sakitnya sangat rendah. Jadi, bagi dia sunat ini sakit banget meskipun di anak lain mungkin gak sesakit itu rasanya.

Beberapa kekurangan sunat dengan metode klem adalah:

✦ Anak bisa langsung beraktivitas, tapi tidak leluasa karena ada alat yang menempel pada penis selama 5 hari.
✦ Metode anestesi needle free injection ini katanya gak sakit tapi bikin anak agak kaget dikit aja. Nah, kondisi Biandul kemarin agak banyak diulang anestesinya karena ternyata beberapa kali cairan yang "ditembak" gak masuk ke kulit penis, mungkin karena kulitnya agak tebal kata dokternya. Kalau suntik kan sudah pasti langsung masuk cairannya tanpa diulang, tapi saya gak bisa bandingin lebih sakit yang mana.
✦ Perawatannya agak repot karena setiap habis pipis harus keringin area dalam tabung klem, berisiko kesenggol dan kena kepala penis yang bakal bikin anak super nyeriiii banget.
✦ Buat Biandul, proses lepas klem itu justru yang paling menyakitkan dibanding waktu sunatnya, karena gak pakai anestesi lagi dan penisnya masih sangat nyeri untuk dipegang. Bersihin setiap pipis aja takut banget karena kesenggol dikit sakit, eh pas lepas klem dia jerit-jerit gak bisa tahan. Bagi saya jadinya gak tega karena harus liat dia dua kali kesakitan; waktu sunat dan waktu lepas klem.
✦ Setelah lepas klem, barulah kita merawat luka basahnya di penis sampai sembuh dan kering.

Kayaknya gak banyak beda ya antara kelebihan dan kekurangannya, hehe. Tapi begitulah, mungkin kalau toleransi sakit si anak lebih tinggi kayaknya gak akan repot karena bisa tahan sakit, dan yang ngerawat pun gak akan ketakutan. Jadi, coba kenali dulu kondisi anaknya kayak gimana, sebelum menentukan metode sunat yang tepat.

YANG PERLU DIBELI DAN DIPERSIAPKAN

Sebelumnya, saya sudah menuliskan tentang persiapan sebelum anak sunat, tapi lebih ke persiapan mental dan pengetahuan orangtua dalam memilih metode sunat. Kali ini, tulisannya lebih rinci karena menjelaskan juga kebutuhan perawatan pasca sunat dan prosesnya.

Karena saya pilih paket yang paling murah, saya gak dapat kit perawatan pasca sunat, jadi harus beli sendiri. Setelah saya lihat list-nya, beberapa kebutuhan ternyata sudah saya punya di rumah, jadi kalau perlu beli sisanya, gak keluar biaya yang besar lagi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipersiapkan:

✦ Celana batok: 4-5 buah.
✦ Cairan NaCl 0.9% (atau sering dibilang cairan infus) 500ml: beli 2 botol cukup untuk semingguan. Jangan lupa beli tusukannya juga yah, yang mirip kayak sedotan gitu, nanti cairannya akan keluar dari situ untuk bilas sehabis cebok.
✦ Kain kasa steril (beli secukupnya)
✦ Betadine antiseptik (1 botol cukup)
✦ Siapkan juga tisu basah dan tisu kering. Ini agak boros sih karena sering lap-lap supaya area penis selalu bersih dan kering.
✦ Cutton buds (dipakai untuk membersihkan bagian dalam lubang klem. Kalau pakai metode lain kemungkinan gak perlu cutton buds kali yah.
✦ Obat-obatan yang diberikan dan diresepkan dokter, berupa: tablet pereda nyeri dan anti peradangan (bisa dibeli bebas di apotek kalau habis dan masih butuh pereda nyeri), pereda nyeri yang diberikan melalui dubur (3 buah: diberikan saat setelah sunat, malam pertama setelah sunat, dan hari kelima satu jam sebelum lepas klem), obat tetes, dan salep (sesuai resep dokter).

https://widyasty.com
Sebenarnya ada lebih banyak tapi gak semuanya saya foto kemarin, huhu termasuk salep yang diresepkan oleh dokter.

PROSES PERAWATAN LUKA PASCA SUNAT

Proses perawatannya memang agak panjang dan ribet untuk dijelasin, tapi saya pikir semua orangtua pasti punya cara masing-masing untuk merawat luka sunat di anak sesuai dengan kondisi anaknya. Ada anak yang kebal banget, jadi orangtuanya lebih santai, ada yang gak bisa dieeemmm sampe lukanya jadi sering tergesek dan susah kering, ada juga yang cengeng banget jadi orangtuanya perlu hati-hati dan diajak diskusi pelan supaya anaknya bisa tenang dan percaya sama orangtuanya.

Total proses perawatan pasca sunat yang dilalui Biandul sampai lukanya benar-benar kering itu sebenarnya 3 minggu, tapi di 2 minggu Biandul sudah bebas bergerak dan gak sakit lagi, bahkan sudah mulai bisa ikut Muay Thai. Di minggu ke-4 lukanya sudah mengelupas sendiri dan bentuk penisnya sudah normal. Paling yang susah kering itu luka di bagian bawah penis karena lebih sering tertutup dan menempel pada testis, jadi harus lebih sering diperhatikan. Berikut adalah kisaran proses perawatan pasca sunat:

Sebelum lepas klem

✦ Setelah sunat, penis masih terpasang alat klem. Setiap habis BAB dan BAK, bilas dengan air NaCl, bilas juga bagian dalam tabung klem sehingga gak ada sisa air pipis yang menempel di kepala penis. Setelah dibilas, lap semua bagian penis dan testis sampai benar-benar kering, lap juga bagian dalam tabung klem menggunakan cutton buds (jangan sampai kena kepala penisnya). Setelah itu, beri obat tetes yang diberikan dokter di bagian kepala penis.

✦ Jangan lupa sering-sering ganti celana batoknya ya. Kalau bisa punya stok 4-5 buah. Jangan beli banyak-banyak karena cuma dipakai maksimal 1 minggu aja, setelahnya kan gak dipakai lagi. Saya cuma beli 4 dan itu cukup buat ganti-ganti setiap hari.

✦ Anak boleh dan bisa langsung mandi dan kena air, tapi Biandul gak berani karena kesakitan. Akhirnya hari pertama dan kedua dia gak mandi, cuma lap-lap aja badannya. Hari ketiga mulai mandi. Hari keempat dan kelima disarankan berendam air hangat selama 30 menit supaya proses pembukaan klem di hari kelima mudah.

Setelah lepas klem

✦ Ketika klem sudah dilepas, perawatannya berbeda dari yang sebelumnya. Setiap hari, penis harus dikompres Betadine dengan menggunakan kasa steril. Caranya adalah tuang Betadine di atas kasa yang dilipat memanjang, lalu letakkan memutar di bagian luka, tunggu hingga 3 menit lalu lepas. Nah, kompres ini dilakukan minimal 5x sehari ditambah setelah BAB dan BAK. Repot dan capek bangettt 🥲

✦ Celana batok dipakai hanya 2 hari setelah lepas klem, setelahnya jangan pakai apa-apa alias telanjanggg, supaya lukanya kena angin dan cepat kering.

✦ Luka di sekitar penis akan memerah, beberapa anak mengalami bengkak yang bentuknya melingkar, tapi itu gak apa-apa. Di Biandul sendiri gak ada bengkak. Nah, di lukanya itu akan keluar cairan kuning seperti nanah, tapi ini bukan infeksi ya. Cairan ini sebenarnya diproduksi oleh tubuh yang berguna untuk mempercepat penyembuhan luka. Nantinya, cairan kuning ini yang akan mengering dan jadi koreng. Biarkan mengelupas sendiri, jangan dikelupas sebelum waktunya karena bisa berdarah dan jadi sakit lagi.

✦ Setelah kompres Betadine, tunggu kering dan menyerap dulu beberapa menit, kemudian lanjut oleskan salep yang diresepkan oleh dokter. Semua proses ini dilakukan setiap hari sampai luka kering, sekitar 5-6 hari, lalu kami berhenti kasih Betadine dan salep, cuma dibiarkan tanpa pakai celana aja, dan sesekali lap-lap cairan kuningnya pakai tisu kering.

✦ Biandul gak berani mandi 3-4 hari setelah lepas klem, dan saya gak maksain itu karena paham dia masih takut kena air.  Jadi, saya cuma lap-lap aja badannya dan ajak sikat gigi sambil jongkok. Hari kelima, dia mulai berani mandi, tapi sambil berendam di bak supaya air yang jatuh dari atas kepala gak kena penis (takutnya sakit karena kena aliran air yang banyak). Jangan lama-lama berendamnya ya supaya lukanya gak basah terus.

✦ 4 hari setelah lepas dari klem, sebenarnya Biandul sudah bisa beraktivitas seperti biasa, bisa jalan, lari, dan becanda sama temannya. Tapi, dia baru mulai masuk sekolah 7 hari setelah lepas klem, dan masih pakai celana batok (hanya di sekolah aja) karena lukanya masih belum kering dan belum bisa kena celana dalam biasa. Sepulang sekolah, dia buka celana lagi seharian di rumah.

✦ Hari ke-10 setelah lepas klem, lukanya sudah mulai mengering, dan Biandul sudah bisa pakai celana dalam biasa. Tapi, jangan lupa sering-sering diganti karena kadang lukanya suka nempel di celana dan jadi cepat kotor. Mandi juga sudah aman tapi tetap guyur pelan dan dalam posisi jongkok.

✦ Hari ke-14 semua sudah normal seperti biasa. Lukanya semakin mengering dan keras (jadi koreng). Tinggal tunggu mengelupas sendiri aja. Bagian bawah penis masih agak basah dan masih ada cairan kuningnya (belum kering dan keras). Kalau dirasa masih perlu kompres Betadine, kompres bagian bawahnya aja 3 menit sehari 2-3 kali.

✦ 4 minggu setelah lepas klem, korengnya sudah mengelupas sendiri yayyyy! Bagian bawah penis pun sudah mulai kering. Bentuk penisnya sudah normal dan gak ada tanda-tanda infeksi. Alhamdulillah.

Nah, panjang banget kan prosesnya, dan lumayan capek juga karena banyak yang perlu diperhatikan. Makanya saya bilang sebelumnya, bahwa sebelum sunat wajib banget mempersiapkan mental orangtua dan anak, gak cuma anak aja yang musti siap-siap. Tetap semangat dan percaya bahwa semua kesakitan dan kerewelan anak selama sunat ini bakal berakhir pasti, dan rasanya legaaaa banget setelah bisa melewati itu semua.

Jadi, buat teman-teman yang masih mempersiapkan diri untuk mengajak anak sunat, semoga bisa disegerakan ya. Semoga anaknya juga bisa menjalani proses ini dengan baik, dan cepat pemulihannya. Kalau ada yang masih perlu ditanyakan, boleh banget lho tanya di komentar ya. Nanti akan saya jawab sebisa mungkin.
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ►  2025 (2)
    • ►  April 2025 (1)
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ▼  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ▼  August 2023 (2)
      • Kompetisi Menggambar untuk Anak-Anak, Mengapa Kami...
      • Proses dan Perawatan Pasca Anak Sunat
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes