Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Bulan Juni ini nih bulan yang paling kayak roller coaster deh! Gimana gak, kalau tiba-tiba 3 anggota keluarga di rumah berbarengan positif Covid-19, termasuk suami saya. Bersamaan dengan itu juga mertua saya habis vaksin AZ, lalu merasakan efek samping yang lumayan bikin gak bisa beraktivitas selama 3 hari. Total orang sakit di rumah adalah 5 orang, jadi cuma saya dan Biandul yang sehat dan harus kuat supaya gak ikut tumbang juga. Whoah, can't describe anything with words!

Kali ini, saya mau cerita gimana saya merawat pengidap Covid-19 yang melakukan isoman di rumah. Kalau gejalanya ringan, gak perlu ke RS ya, biarkan orang-orang yang lebih butuh ditangani yang ke RS, karena persediaan kamar kosong dan tabung oksigen pun menipis dan udah langka banget. Pasti sembuh kok kalau ditangani dengan baik dan gak panik 😊

https://widyasty.com


Baca juga: Optimalkan Daya Tahan Tubuh Keluarga


GEJALA AWAL COVID-19


Sabtu, 12 Juni 2021
Yang pertama kali merasakan gejala awal adalah suaminya adik ipar saya, Arief. Mereka kebetulan habis keluar rumah buat refreshing, sekadar jalan-jalan sebentar karena mungkin penat dengan kegiatan WFH yang memakan waktu, tenaga, dan pikiran yang super heavy. So, go walk for a while is fine, they think. But, I think they're going to the wrong place. Mereka mengakui kemungkinan terpapar adalah setelah mereka pergi ke bioskop. Yap, mereka ke mall dan nonton di bioskop Sabtu siang.

Gak pakai tar-sok, malamnya sepulang mereka nonton, suaminya adik ipar saya langsung demam. Secepat itu, iya.

Rabu, 16 Juni 2021
Arief mulai anosmia. Adik ipar saya, Sely, belum menunjukkan gejala apapun. Mereka langsung curiga dan berencana untuk swab mandiri, dibantu oleh sepupu yang bekerja di klinik dan berpengalaman di bidang medis.

Kamis, 17 Juni 2021
Kedua mertua saya berangkat untuk vaksin, dan kemungkinan akan merasakan efek demam atau keluhan lainnya sehingga saya minta untuk absen bekerja dulu sementara. Sedangkan Arief dan Sely melakukan swab test mandiri di rumah. Hasil keduanya positif. Mereka langsung isoman di ruangannya dan memakai masker.

Saya dan suami saya, Tian, belum kelihatan ada gejala terpapar, tapi sesuai prosedur, kami akan melakukan swab test juga karena ada keluarga yang positif dan kami memiliki riwayat kontak erat.

Malam harinya, setelah kami juga membeli alat swab antigen, kami ikut test. Hasil saya negatif, lega. Hasil Tian awalnya hanya menunjukkan garis satu, yang artinya negatif. Tapi, lama-kelamaan muncul satu garis susulan yang warnanya sangat samaaar sekali. Bingung, penasaran, kita coba sekali lagi. Hasilnya negatif. Lega, tapi masih ada perasaan yang mengganjal. Bingung mau percaya dengan hasil yang mana. Tian disarankan untuk test ulang 2 hari kemudian, sambil memantau lagi apakah ada gejala yang menyusul, karena gak bijak aja kalau sampai melakukan 3x test di saat yang bersamaan.

Hasil swab test yang pertama kali, Tian melakukan dua kali swab karena hasilnya samar

Kalau diperhatikan banget, emang garis yang di T itu samaar banget hampir gak kelihatan, yakan?

Esok harinya, Sely mulai menunjukkan gejala demam.

Sabtu, 19 Juni 2021
Suami mulai menunjukkan gejala demam, meriang, badan lemas. Saya panik dan mulai menyiapkan mental kalau memang Tian benar-benar terpapar. Malam harinya, sesuai dengan rencana, sepupunya membantu lagi untuk test dan memastikan apakah Tian terpapar atau tidak. Ternyata hasilnya kali ini sangat jelas menunjukkan kalau Tian positif. Saya, yang masih kontak erat dengan Tian sejak kemarin, juga ikut test lagi, dan hasilnya tetap sama, negatif. Biandul, karena gak menunjukkan gejala apapun, saya anggap negatif juga ikut saya, tapi tidak ikut swab test.

Garisnya jelas banget kali ini, menunjukkan hasil positif huhu

Malam itu juga, saya menyiapkan ruangan kerja Tian yang disulap menjadi kamar rawat inap juga untuk isoman dua minggu ke depan. Bersyukur, ruang kerja Tian gak jauh dan hanya di samping kamar kami, dan ada kamar mandi terpisah. Jadi semua kebutuhan Tian saya siapkan di ruangan itu. Kami resmi berpisah sementara, sedih.

Dengan saran medis dari sepupunya Tian yang membantu kami swab test, saya juga mulai membeli berbagai vitamin dan obat-obatan yang mungkin dibutuhkan oleh Tian. Tapi, saran obat-obatan ini gak bisa saya bagikan karena saya merasa gak bijak dan di luar ranah saya yang bukan tenaga medis. Pasien yang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan sebaiknya langsung berkonsultasi dengan Dokter melalui aplikasi online sebelum membeli obat-obatannya, supaya pengobatannya bisa lebih disesuaikan dengan kondisi masing-masing.


HAL PERTAMA YANG HARUS DILAKUKAN


Setelah Tian confirmed positif Covid-19, saya langsung menyiapkan ruangan studio kerjanya yang kemudian disulap menjadi kamar rawat inap. Saya taruh kasur dan sprei baru, menyiapkan selimut dan jaket, menyiapkan masker medis, obat dan vitamin, dan memisahkan alat makan. Sabun, shampo, handuk, dan sikat gigi pun langsung saya pindahkan ke kamar mandi studio. Hand sanitizer saya siapkan sebotol besar untuk ditaruh di dekat pintu, karena saya akan sering keluar-masuk ruangan untuk merawat Tian.

Balik ke kamar tidur, saya ganti sprei dan sarung bantal guling karena Tian masih tidur di kamar kemarin, saya semprot alkohol ke seluruh ruangan kamar dan benda-benda yang masih sempat disentuh Tiann sebelumnya, lalu mandi dan ganti baju.

Bian nangis di malam pertama misah sama Ayahnya. Dia bersikeras mau ke ruangan Ayahnya sambil nangis teriak-teriak tapi kami larang. Setelah tenang, baru saya jelaskan pelan-pelan kalau Ayah lagi sakit kena virus dan kita gak boleh mendekat dulu sampai Ayah sehat. Sejak pandemi, Bian memang sudah kami berikan edukasi bahwa kondisi saat ini sedang ada banyak orang sakit yang terkena virus, makanya kita gak bisa keluar rumah sering-sering, dan harus pakai masker.


YANG PERLU DIPERSIAPKAN


Meskipun sudah mempersiapkan mental sebaik mungkin sejak sebelum swab test, saya tetap terkena serangan panik, mendadak gak tahu harus gimana. Padahal kalau setiap hari memantau kasus di media sosial, saya paham bagaimana saja hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan ketika kita terpapar. Setelah saya menyiapkan semua kebutuhan Tian di ruangan terpisah, saya merenung dan menenangkan diri di kamar, sampai akhirnya saya merasa bisa kuat dan sanggup menghadapi dua minggu ke depan.

Bila kalian masih takut dan bingung harus mempersiapkan apa saja ketika ada anggota keluarga yang terpapar, mungkin catatan berikut bisa sedikit membantu.

  • TERMOMETER
Gejala awal hampir selalu menunjukkan demam. Ada baiknya kita harus selalu menyediakan termometer dan paracetamol sebagai obat penurun panas. Suhu tubuh harus selalu dipantau tiap 5-6 jam sekali. Usahakan jangan menggunakan baju tebal atau selimut berlapis, supaya panas tubuh bisa keluar. Dalam hal ini, pasti rasanya gak enak banget karena menggigil dan merasa kedinginan, jadi tetap sediakan selimut hangat tapi tetap pakailah baju dan celana panjang yang tipis.

  • PULSE OXIMETRY
Saturasi oksigen juga butuh dipantau dengan alat Oximetry, tapi dengar-dengar sekarang harganya melonjak naik ya? Adik ipar saya punya satu alatnya, sesekali saya pinjam. Alhamdulillah saturasi Tian selalu berada di 97-98. Jika tidak dipantau, kita gak bisa tahu level oksigen dalan tubuh lalu bisa tiba-tiba terserang sesak napas. Biasanya, saturasi oksigen di bawah 95 persen segera membutuhkan penanganan medis.

  • MASKER MEDIS
Masker medis juga salah satu kebutuhan yang wajib dimiliki oleh pengidap Covid-19, agar tidak menularkan ke anggota keluarga yang lain. Saya pun selalu ikut menggunakan masker selama merawat dan membersihkan ruangan Tian.

  • CAIRAN ALKOHOL
Saya gunakan untuk semprot-semprot ke ruangan dan benda-benda yang sering disentuh Tian, misalnya gagang pintu kamar. Sesekali Tian ke depan pintu kamar buat ajak ngobrol Biandul dari jauh, peluk ciumnya pun cuma bisa dari jauh, huhu sedih. Biasanya, kalau Tian udah balik ke ruangannya sendiri, ya pintu dan lantai yang tadi dipegang Tian saya langsung semprot alkohol. Boleh juga pakai Saniter Spray yang banyak dijual di minimarket.


MASA PEMULIHAN COVID-19


Menurut saran para Dokter online di media sosial, masa pemulihan pengidap Covid-19 adalah 14 hari atau dua minggu. Masa isolasi mandiri untuk pasien bergejala ringan adalah 10 hari sejak gejala awal ditambah 3 hari tanpa gejala, sudah bisa dianggap sembuh dan tidak menularkan virus ke orang lain.

Bagaimana jika hasil antigen/PCR masih positif? Hasil test PCR masih menunjukkan positif karena masih terdeteksi ada virus di dalam tubuh, tapi sudah mati/tidak aktif sehingga tidak dapat menularkan ke orang lain. Hanya tinggal bangkai saja dan bisa terbuang hilang dari tubuh secepatnya jika metabolisme tubuh bagus.

Selama 14 hari tersebut, gejala Tian cukup berbeda dari gejala umumnya. Hari pertama dan kedua, Tian demam dan menggigil. Hari kedua juga, Tian mual-mual terus tapi gak bisa muntah dan BAB. Hari ketiga, Tian mulai diare selama dua hari. Hari kelima, baru muncul anosmia selama seminggu penuh. Jadi gejala lima hari pertama memang lumayan menyiksa, tapi setelah hari keenam dan seterusnya, Tian udah mulai segar dan normal, hanya saja indera penciuman dan perasanya yang belum normal.

Jadi, inilah yang saya berikan ke Tian selama masa pemulihan:
  1. Paracetamol untuk demam
  2. Obat maag sebelum makan untuk mual
  3. Obat diare selama dua hari, stop saat udah gak diare lagi
  4. Madu diminum setiap hari
  5. Vitamin dan suplemen (silakan konsultasi terlebih dahulu dengan Dokter)
  6. Setiap hari, mertua membuatkan rebusan rimpang (jahe, kayu manis, sereh, dll) yang dicampur dengan madu dan jeruk nipis
  7. Minyak kayu putih untuk dihirup-hirup selama anosmia, dan diusap ke perut saat mual
  8. Obat kumur
  9. Berjemur setiap pagi, tapi kemarin Tian cuma berjemur beberapa hari karena sering mendung dan hujan
Empat belas hari kemudian, tepatnya tanggal 3 Juli 2021, Tian swab test lagi dan hasilnya sudah negatif. Alhamdulillaaaaaaaaah

Hasil test saat awal terpapar dan setelah 14 hari, akhirnya negatif


CARA MERAWAT PENGIDAP COVID-19 SELAMA MASA ISOMAN


Selama masa isoman, tentu gerak dan aktivitas Tian sangat terbatas di dalam ruangan kerjanya saja, sehingga saya yang mengurus semuanya. Setiap sore, saya membersihkan seluruh ruangan, disapu dan dipel, dilap semua meja, bangku, dan menyemprot seluruh ruangan dan benda-bendanya dengan alkohol. Setiap 3 hari sekali, saya ganti sprei, selimut, dan sarung bantal guling. Saya cuci sendiri bersama baju kotor yang lainnya juga. Gak tega euy kasih ke laundry karena takut mereka terpapar hehehe. Piring dan gelas kotor pun saya cuci terpisah dari wastafel dapur.

Setelah saya selesai membersihkan ruangan, saya semprot sapu dan pel dengan alkohol, saya semprot juga seluruh badan saya sebelum masuk ke kamar, lalu langsung lepas seluruh baju dan segera mandi sebelum main lagi sama Biandul.

Baca juga: The Hardest Part of Life - 2020

Edukasi tentang virus Covid-19 juga makin saya gencarkan ke Biandul, supaya dia paham kalau di rumah ini lagi banyak yang sakit dan Bian gak bisa ketemu untuk main dulu. Kadang, kalau lagi lupa, Biandul suka refleks buka pintu kantor Ayahnya terus langsung saya ingatkan untuk gak masuk ke dalam dulu karena Ayah lagi sakit dan sementara stay di sana dulu. Selebihnya kegiatan di rumah berjalan seperti biasa aja sih. Mertua saya demam dan istirahat total selama tiga hari setelah vaksin, lalu lanjut kerja dan beraktivitas lagi kayak biasanya.

Sebelumnya, akhir tahun lalu, bapak mertua saya udah terpapar lebih dulu dan harus dirawat di RS selama dua minggu lalu lanjut isoman di rumah selama seminggu. Total penyembuhan selama tiga minggu, dan kami semua bergantian mengurus keperluannya. Sekarang, keadaannya berbalik, yang diurus banyak, yang mengurus cuma dua orang aja. Semoga ibu mertua gak terpapar, dan lumayan lega karena udah vaksin, dan saya juga akan sesegera mungkin vaksin setelah semua yang terpapar di rumah dinyatakan negatif. Semoga kasus ini adalah yang terakhir dan gak terjadi lagi. Capek banget guys, dua minggu serasa lama banget.


TINDAKAN PREVENTIF YANG HARUS DILAKUKAN


Gak lain dan gak bukan hanyalah pakai masker terus dan selalu sedia hand sanitizer. Jangan lupa cuci tangan setiap habis pegang barang atau kontak dengan pasien. Saya juga sering semprotin seluruh badan dengan cairan alkohol setiap habis masuk ruangan Tian. Saya sangat menjaga jarak dan membentengi diri super ketat demi Biandul supaya dia juga gak terpapar. Gak tau bakal kayak apa jadinya kalau anak saya kena juga sih, apalagi gak bisa pisah dari saya, kan. Semua akan serba ribet. Jadi, lebih baik jaga diri seketat mungkin, lebih taat prokes lagi, dan banyakin sabar. Selama masa isoman pasti akan ada banyak yang menguji kesabaran, akan ada banyak senggolan yang bikin sensitif dan ngambek-ngambekan. Misalnya pasien ngerasa bosan dan sering ngajak ke luar rumah, yang harusnya gak boleh cyinnn. Atau jarang pakai masker saat lewat-lewat ke ruangan lain, karena takut menularkan ke orang rumah yang lainnya. Wajar banget bakal rewel, namanya juga lagi sakit, tapi sebisa mungkin diminimalisir tuh emosiannnya. Apalagi penyakit ini tuh gak cuma menyerang fisik aja yang dibikin lemah, tapi juga mentalnya dihajar habis-habisan.

Jangan lupa satu hal penting lagi, DI RUMAH AJA, YUK. Kita nonton Netflix kek, bikin mainan sama anak kek, masak-masak resep baru kek, apapun deh asal jangan keluyuran hang out dulu. Biar yang keluar rumah itu yang butuh bekerja aja, terus pulang lagi. Jangan bikin kerumunan yang gak penting dulu.

Baca: List Drama Lucu untuk Ditonton #diRumahAja

Semoga cerita saya yang panjang banget ini bisa berguna dan bermanfaat buat pembaca, yaa. Tetap semangat terus bertahan sampai pandemi selesai dan hilang dari negara kita, dan kita bisa bebas keluar beraktivitas tanpa worry. Huhu entah kapan tapi saya selalu berdoa semoga disegerakan.

Yuk share tips dan saling semangatin di kolom komentar supaya kita bisa saling menguatkan bagi semua yang sedang merawat diri/keluarga yang terpapar Covid-19 😊
Kamu pasti pernah deh ngerasa penat banget sama rutinitas harian dan masalah yang kadang adaaa aja munculnya di hidup ini. Apalagi dua tahun belakangan ini kita lagi overwhelmed banget sama kasus pandemi Covid-19 yang gak selesai-selesai di Indonesia. Kapan bisa hidup bebas tanpa khawatir lagi ya? Kalau udah begini, kamu butuh rehat dulu deh dari suasana yang gak enakin, berusaha santai dan lakuin hal-hal yang disukai dulu. Kalau udah tenang dan ngerasa refresh, baru bisa mulai lagi menata kehidupan yang kadang kayak benang kusut ini, hehe. Ayok tetap semangat dong!

Baca juga: Masalah Pernikahan yang Paling Sering Dikeluhkan

Kalau saya sendiri, semenjak menikah sering banget nonton film bareng sama suami sambil makan/ngemil. Semenjak punya anak, kegiatan itu jadi hilang. Sekarang bahkan kita masih sering nonton tapi di ponsel sendiri-sendiri karena beda jam santainya. Saya lebih sering nonton kalau anak udah tidur, atau sambil nunggu ngantuk terus ikut ketiduran deh. Yang penting sih tetap punya aktivitas yang menyenangkan ya supaya gak stres karena di rumah mulu dan ngurus toddler yang lagi kritis-kritisnya ini.

Kebanyakan film yang saya tonton itu ada di Netflix dan Disney+ karena cuma langganan dua aplikasi streaming itu aja. Dulu sih waktu belum ada aplikasi ini, nontonnya dari website bajakan bareng suami hehe jangan ditiru yaaa, kadang minta copy-annya sama teman sekantor dulu yang hobi banget ngumpulin film sampai punya dua hard disk external yang isinya cuma film semuaa.

https://widyasty.com

Saya tuh penonton dari semua genre film, dari semua negara, dari semua kategori. Mulai dari romance, komedi, thriller, animasi, mulai dari western, lokal, Korean, Thailand, Bollywood, semua yang saya suka ya saya tonton. Gak spesifik cuma suka nonton drakor doang atau western doang. Ketika saya lagi butuh film yang memacu adrenaline, saya cari film thriller, psychological mystery, horror, atau action. Ketika saya lagi bete banget dan butuh hiburan, saya akan cari film komedi. Ketika saya lagi overwhelmed banget dan butuh santai, saya cari film drama yang konfliknya gak terlalu tegang, drama keluarga, atau re-watch aja film-film yang pernah saya tonton dan gak ada konfliknya, jadi cuma drama biasa aja yang santai dan nyaman ditonton kayak drakor Hospital Playlist dan Reply 1989. BTW, sekarang lagi on going Hospital Playlist Season 2, lho.

Baca juga: Review Episode Favorit Black Mirror di Netflix

Nah, karena sekarang saya lagi santai juga, jadi kepikiran mau kasih review singkat tentang film-film dengan genre drama yang super santai buat ditonton dan konfliknya gak berat deh. Ini campuran dari beberapa negara ya, jadi gak terlalu Asian banget atau Western banget, dan pastinya ada di Netflix. Here we go!


YES DAY NETFLIX MOVIE (2021)

Sepasang kekasih selalu menghabiskan waktu bersama dengan seru, setiap ada kemauan, gak pernah ada kata TIDAK. Mereka selalu melakukan banyak hal gila bersama, hingga akhirnya mereka memiliki tiga anak, dan kondisi itu membuat mereka selalu khawatir dan lebih sering berkata TIDAK daripada YA. Ini kayaknya relate banget ya sama semua ibu-ibu. Anaknya loncat-loncat, gak boleh. Anaknya manjat-manjat, gak boleh. Anaknya mau ikutan masak, gak boleh. Bahkan saat anaknya udah mulai remaja dan mau pergi sama teman-teman aja gak boleh juga karena khawatir ini itu.

Suatu hari, anak-anaknya yang selalu kesal karena orangtuanya gak seru, bertaruh apakah orangtuanya mampu menghabiskan waktu 24 jam bersama anak-anak dengan satu syarat: NEVER SAY NO, JUST SAY YES! Orangtuanya mengiyakan YES DAY ini karena berharap itu bisa memperbaiki hubungannya dengan anak-anak, dan mengembalikan masa-masa seru dulu waktu mereka masih bebas melakukan apa saja.



Ternyata, itu semua gak mudah. Ayahnya hampir menyerah di pertengahan hari, dan masih colongan ngurusin pekerjaannya (padahal peraturannya adalah gak boleh kerja dan pegang hp selama 24 jam). Ibunya hampir masuk penjara karena berkelahi dengan orang di arena permainan anak. Anak tertuanya nekat datang ke konser meskipun sebelumnya sudah dilarang. Setelah hari ini, hubungan keluarga ini akan memiliki pandangan yang berbeda dari hari kemarin.


THE DEADLINE SERIES (8 EPISODES, 2018)



Tiga perempuan bersaudara memiliki struggle masing-masing dan harus terus melanjutkan kehidupan setelah kehilangan Ayahnya yang meninggal karena penyakit kanker. Mereka memiliki deadline dalam hidupnya masing-masing, dan itu semua gak mudah untuk dihadapi.



Anak pertama, Aom, berusia hampir 40 tahun. Ia sudah menikah tetapi belum juga memiliki anak. Ketika sedang menjalankan program hamil, atasan tempatnya bekerja juga memberikan challenge kepada Aom dalam sebuah projek yang akan membuat Aom naik jabatan, dan dua hal itu gak mudah dicapai sekaligus.

Anak kedua, Ai, berusia 30 tahun namun belum juga menikah dan punya pasangan. Ia sangat terobsesi menjadi artis terkenal. Berbagai audisi sudah diikuti tapi kariernya tetap saja belum membuahkan hasil. Setelah berjuang terus, Ai akhirnya berhasil menjadi actrees dan bahkan menang Award.

Anak ketiga, Aey, mengidap penyakit kanker di umurnya yang ke-20. Ia harus terus menjalani kemoterapi yang menyakitkan, bolak-balik ke rumah sakit, tapi memiliki dua kakak dan satu sahabat yang selalu supportive. Apakah ia akan sembuh, atau menyerah seperti Ayahnya?


THE HOUSE ARREST OF US SERIES (13 EPISODES, 2020)



Sebelumnya, saya belum pernah nonton drama Philippines sih, jadi ini kayaknya pertama kalinya deh gak sengaja nonton karena lihat preview-nya di Netflix lucu banget. Ternyata sepanjang nonton benar-benar dibikin sakit perut karena ketawa terus. Apalagi setelah nonton jadi cari tahu tentang aktornya, yang ternyata pasangan sungguhan di real life. Daniel Padilla dan Kathryn Bernado tuh udah 7 tahun pacaran dan udah banyak main film bareng jugaaa, mana cakep banget lagi astagaaaa! 😍

Drama ini bercerita tentang sepasang kekasih yang berencana menikah, tapi terhalang restu orangtua. Keluarga pihak perempuan, Q (Queencess), adalah keluarga kaya raya. Q sendiri adalah anak tunggal yang sangat dimanja oleh orangtuanya. Sedangkan Korics adalah seorang Director yang berasal dari keluarga sederhana. Perbedaan inilah yang membuat keluarga Q menolak lamaran keluarga Korics.

Saat Korics datang bersama keluarganya untuk melamar, bersamaan juga dengan itu himbauan lockdown datang di negara Filipina karena virus Corona, yang membuat keluarga ini gak bisa pulang dan terjebak di rumah keluarga Q selama berminggu-minggu. Selama tinggal dalam satu rumah, banyak banget hal yang bikin dua keluarga ini berantem, dan yang gemesnya lagi, jadi makin menguji kekuatan cinta Q dan Korics, apakah tetap yakin untuk melanjutkan pernikahan atau malah menyerah dan mengakhiri hubungan.



Yakin deh nonton film ini gak bakal nyesel karena terhibur banget! Ditambah lagi opening song-nya catchy banget deh, lagu Marry Your Daughter juga jadi soundtrack di series ini, lagu paling romantis yang di-play sejuta umat sebagai wedding playlist 🤣

Ketiga drama tersebut sebenarnya punya parenting advice masing-masing yang tersembunyi dan bisa kita jadikan pelajaran selama berperan menjadi orangtua dalam mengasuh anak. Ambil baiknya, lupakan buruknya. Jadi makin punya cerminan dan gambaran bahwa menjadi orangtua itu gak hanya mikirin bahwa anak bisa tumbuh sehat dan pintar, makan makanan bergizi, dan punya kehidupan ideal. Masalah lainnya juga akan datang seiring pertumbuhan anak hingga mereka siap menempuh hidupnya masing-masing. Siapkah kita menghadapi segala fase hidup yang anak kita alami, dan kita tetap bisa menjadi orangtua terbaik di mata mereka?

Sebenarnya masih banyak lagi film yang mau disebut, tapi kayaknya udah kepanjangan. Akan saya bahas di lain kesempatan ya. Udah ada yang pernah kamu tonton belum? Untuk melihat review film lainnya, silakan kunjungi LAMAN INI.

Kamu juga kalau punya rekomendasi film seru dan santai boleh banget loh tulis di komentar, supaya saya bisa nambah watch list nih. Selamat menonton! 😉
Tahun 2017 lalu, saya pernah membuat tulisan tentang pernikahan saya, yang surprisingly, ternyata mendapat atensi yang luar biasa dan gak disangka-sangka. Page views-nya saya dapatkan secara organik, hanya modal share ke media sosial aja lalu tiba-tiba tiap tahun makin banyak yang baca dan tanya-tanya di komentar tentang hal itu. Kaget sih, karena tulisan saya yang lainnya gak ada yang seheboh itu. Apalagi dulu blog saya isinya benar-benar cuma tulisan iseng aja. Belum diurus dengan fokus dan gak diberdayakan untuk dapat penghasilan. Gak kayak sekarang yang udah benar-benar serius dan fokus dikembangkan.

Baca juga: Sarana Menghasilkan Pendapatan dari Hobi Menulis

Terus... emang apa sih isi tulisannya, kok bisa sampai ramai pengunjung begitu? Hm.. jadi, temanya adalah pernikahan yang saya gelar di akhir tahun 2016, dan yang bikin menarik adalah pernikahan saya dilaksanakan tanpa resepsi. Dulu, saya pikir, semua orang yang mau menikah pasti punya list kebutuhan apa aja dan tinggal cari vendor-nya aja di website-website wedding organizer yang sudah banyak tersedia sekarang. Pusing karena banyak yang diurus tapi udah tahu harus ngapain aja. Tapiii, gimana kalau ada yang mau nikah tanpa resepsi? Terus, harus ngapain aja dong setelah akad? Bingung kan? Clueless kan? Dari pemikiran itulah makanya saya tulis semua rinciannya di blog supaya bisa membantu pembaca yang memiliki rencana serupa, tapi bingung harus siapin apa aja.

Baca dulu tulisannya di sini: Nikah Tanpa Resepsi, Bisa?

https://www.widyasty.com/search/label/astyxtian%20wedding


NIKAH TANPA RESEPSI


Konsep ini memang terdengar sederhana, tapi tetap aja bikin pusing karena bingung harus mempersiapkan apa aja. Tapi, nilai tambahnya adalah kita jadi hanya berpusing-pusing selama 1-2 bulan aja, lalu semuanya selesai. Gak perlu rebutan sewa gedung dan bentrok sama tanggal nikah, dan yang paling penting adalah gak butuh modal sebesar pergelaran pesta resepsi HEHEHE.

Lalu, apa aja dong yang bikin bingung?
Banyak juga, tapi tetap bisa diatasi. Kalau pengalaman saya pribadi, beberapa hal yang paling menyita pikiran dan emosi di antaranya adalah: diskusi ke orangtua tentang pilihan nikah tanpa resepsi, diskusi mencari tanggal baik untuk pernikahan, dan cara mengkomunikasikan ke orang-orang tentang acara pernikahan tanpa membuat mereka tersinggung karena gak ada undangan.

Sebenarnya pusing-pusing yang lainnya juga masih banyak lagi tapi masih terbilang receh lah ya kalau bagi saya hahaha, karena ngurus baju, make up, dan masak perjamuan itu lebih capek fisik aja sih gak sampai mengganggu pikiran gitu dan bikin susah tidur. Kali ini, saya cuma mau bahas tentang cara diskusi ke orangtua tentang pilihan nikah tanpa resepsi.

Pertama kali suami saya mengajak nikah, dia udah bilang dari awal kalau dia gak suka harus diadakan acara besar. Dia gak suka dipajang seharian sampai capek dan ketemu sama tamu undangan yang mungkin banyak gak dikenal, karena kan tamu undangan resepsi biasanya gak cuma dari teman dan kerabat pengantin aja, tapi juga ada tamu dari kedua belah pihak orangtua, yang pasti kita gak akan kenal dong. Menurutnya, itu cuma buang-buang uang dan waktu aja. Saya langsung sepakat.

Meskipun begitu, saya sempat pernah punya impian menikah dengan konsep pesta intimate garden, yang mana tamunya cuma sedikit dan pestanya cuma beberapa jam aja secara casual di tempat terbuka. Tapi, akhirnya diurungkan setelah tahu bahwa biayanya gede juga (dulu mikirnya kirain tamu sedikit ya biaya juga akan sedikit haha). Karena setelah saya diam-diam riset, venue nikah dengan tema outdoor itu kebanyakan jauh dari rumah, yang mana jadinya lebih ribet, dan butuh lighting tambahan jika pestanya malam hari sehingga juga bikin budget bertambah, dan masih banyak hal lain yang setelah saya tahu, saya cuma bisa bilang, "AH UDAH LAH GAK USAH PESTA-PESTAAN AJA." Wkwk anaknya gampang pundung 🤣🤣

Setelah kita berdua sepakat (karena yang paling penting adalah kita sepakat dan sepaham dulu sama pasangan sebelum akhirnya dikomunikasikan ke pihak lain), kita berdua saling memberi tahu orangtua masing-masing. Kalau gak ada masalah dan bisa langsung dilaksanakan, barulah pihak keluarga pasangan datang ke rumah untuk bertemu keluarga saya.


RESPON ORANGTUA SAYA TENTANG NIKAH TANPA RESEPSI


"Bu, nanti Asty nikahnya gak mau pakai resepsi ya."
"Lha, terus?"
"Ya, akad aja di KUA."
"Emang kenapa?"
"Males ah, capek pasti. Terus kan duitnya gak ada hahaha." (Jujur aja laahhh, emang kita udah mau nikah tapi cuma punya uang sedikit dan gak mau ngebebanin orangtua).
"Emang pihak Tian gak siapin uang?"
"Mana sempet, orang minta nikahnya aja cepet-cepet. Biar gak kelamaan dan ribet ngurus-ngurusnya."
"Bener juga. Yang ngurus acara kan pihak cewek. Yaudah lah, kebeneran Ibu jadi gak usah repot."
"YES!"

Case closed! Segampang ituuu hahaha. Ibu saya termasuk yang "terserah anaknya" tiap mau menentukan apa-apa. Saya dikontrol orangtua hanya sampai tamat SMA. Selebihnya, semua diserahkan ke pilihan saya sendiri selama saya bisa tanggung jawab sampai seterusnya, mulai dari pilih jurusan kuliah, pilih kampus, pilih pekerjaan, sampai pilih pasangan hidup.

Pun termasuk memilih untuk nikah tanpa resepsi, saya gak boleh menyesal setelahnya lalu ngedumel karena minta pesta, yang nantinya malah jadi bikin repot suami. Sampai sekarang pun saya gak menyesal sama sekali. Cuma satu yang pengin saya ulang: photoshoot nikahan! 🤣


RESPON ORANGTUA TIAN TENTANG NIKAH TANPA RESEPSI


Nah, orangtua dari pihak suami saya beda lagi ceritanya. Saya gak tahu pasti gimana cara Tian bilang ke orangtuanya, dan apa respon langsungnya. Tapi, ketika pihak keluarga Tian datang ke rumah saya untuk meminta restu dan melamar saya, bahkan sampai saya udah menikah pun, saya masih terus ditawari untuk mengadakan resepsi susulan. Saya dan Tian masih bersikeras menolak dengan sopan karena resepsi susulan itu justru repotnya makin banyak. Ditambah lagi, saya positif hamil di bulan kedua setelah menikah, makin jadi alasan untuk gak melakukan resepsi susulan. Belum lagi salah satu saudara Tian sampai bertanya-tanya, "Ada apa nih, kok buru-buru banget?" dikiranya saya hamil duluan makanya menggelar pernikahan cepat-cepat haha.

Bahkan, sampai tahun 2018, saat adiknya Tian menikah, saya masih ditawari untuk ikut didandani sebagai pengantin dan dipajang bareng. Ya, saya jelas gak mau. Anak saya masih berumur 11 bulan, dan ini acara adik ipar saya, jadi sungkan banget rasanya kalau saya harus "numpang dipajang". Setelah itu, mereka pasrah dan gak membujuk kami lagi. Sebagai gantinya, karena anak mertua saya cuma dua, pernikahan adik ipar saya jadi pesta pernikahan sekaligus menjadi hajat terbesar mereka yang pertama dan terakhir. Pesta pernikahan itu digelar di rumah, dengan adat Jawa dan musik-musik keroncong kesukaan bapak mertua. Mereka harus bahagia dan puas di resepsi anak terakhirnya, karena itulah satu-satunya momen mereka bisa menggelar pesta pernikahan anaknya, setelah anak pertamanya menolak untuk diadakan resepsi.

Saya ingat diberi pesan sama ibu mertua sebelum adik ipar saya menikah, "kamu gak iri kan karena Sely nikahnya pakai resepsi? Gak apa-apa, kan?"

Saya jawab, "Gak apa-apa banget, Bu. Kan yang minta nikah gak pakai resepsi kita sendiri. Gak ada rasa iri-irian, kokk." Gemes banget ibu mertuakuuu 🥰

https://widyasty.com
Biandul sama Uti & Bapak 💕


MEMBUAT KESEPAKATAN DENGAN KELUARGA


Case di keluarga saya dan suami kebetulan gak terlalu ruwet saat memilih untuk nikah tanpa resepsi. Meskipun dari pihak bapak mertua masih kental dengan adat Jawa, tapi mereka akhirnya gak memaksakan kehendak mereka karena paham bahwa anaknya juga punya pilihan yang harus dihormati. Akan beda kondisinya jika salah satu keluarga masih sangat kolot dan berpendirian kuat bahwa acara pernikahan anaknya adalah acara orangtua, dan anak wajib manut aja dengan keputusan orangtua. Meski begitu, kita sebagai calon pengantin harus mencari jalan keluar agar semua pihak bisa saling merasa terpenuhi keinginannya.

Coba dengan mulai berkomunikasi dengan kepala dingin. Kumpulkan banyak berita sekaligus alasan yang paling masuk akal tentang pilihanmu untuk nikah tanpa resepsi. Jelaskan kenapa kamu gak suka mengadakan resepsi. Tanyakan kepada orangtua, apakah ada permintaan lain untuk menggantikan pelaksanaan resepsi, seperti misalnya mengadakan pengajian yang semua tamunya berasal dari teman-teman orangtua sehari sebelum atau setelah akad nikah, atau mengumpulkan keluarga besar dan bikin party kecil di rumah/villa sambil bbq, atau ide-ide lainnya yang membuat orangtua merasa tetap dihargai keinginannya. Biasanya, orangtua ingin resepsi karena supaya bisa mengundang teman dan kerabatnya dan mengabarkan bahwa anaknya sudah menikah.

Kalau pihak orangtua masih gak mau kalah dan tetap minta diadakan resepsi, yaudah tantangin aja. Ada budget-nya gak untuk diadakan di gedung atau venue lain di luar rumah? Supaya resepsinya cuma dilaksanakan maksimal 3 jam aja setelah itu selesai dan pulang. Kalau resepsi di rumah biasanya akan sampai malam dan pengantin yang ngerasain paling capek dipajang seharian dengan make up tebal dan kostum super ribet dan gerah. Juga, pastikan semua tema pesta sampai gaun/kebaya yang digunakan sepenuhnya sesuai dengan keinginan calon pengantin. Dengan begitu, semua pihak merasa keinginannya terpenuhi dan gak ada yang merasa terpaksa lalu jadi keributan.

Hmm... sebenarnya topik ini tuh bisa panjang banget kalau dibahas semuanya. Tapi, setidaknya poin-poin di atas itu yang paling kepikiran di kepala saya untuk dibahas, berhubung masih banyak juga komentar yang masuk dan menanyakan ke saya gimana caranya supaya bisa dapat sepakat dengan orangtua. Cara komunikasi ke orangtua adalah hal yang sangat pribadi dan pasti berbeda-beda satu sama lain, tapi yang pasti, semua harus dibicarakan dengan nada santai, kepala dingin, dan pikiran terbuka. Meskipun acara ini adalah acara calon pengantin, tapi kebanyakan orangtua tetap masih merasa perlu ikut ambil peran.

Saya jadi penasaran, Biandul kalau udah dewasa dan mau nikah nanti, bakal minta acara yang kayak gimana ya? Apakah saya bisa langsung setuju dan menyerahkan sepenuhnya, atau bahkan masih meninggikan ego untuk ikut mengatur pilihannya? Hmm...
Bohong rasanya kalau menjalani hidup minim sampah itu mudah, apalagi di zaman serba irit tenaga dan praktis, apapun mau pilih yang lebih mudah, hingga akhirnya gak peduli jika harus menambah sampah. Misalnya malas masak, akhirnya beli makanan online. Malas belanja langsung ke toko, akhirnya belanja online, yang mana kemasan packaging-nya jadi lebih tebal dan banyak, dan kemudian berakhir menjadi sampah plastik yang gak bisa terurai, lebih milih pembalut sekali pakai yang tinggal buang daripada menspad/menscup yang harus dicuci dan dikeringkan setiap ganti pembalut, belanja kebutuhan rumah di mini market/pasar tanpa membawa tas belanja sendiri sehingga harus pakai plastik, dan masih banyak lainnya.

Baca juga: Pengalaman Menggunakan Menspad

Saya sendiri gak menyangka bahwa salah satu musuh terbesar selama belajar hidup minim sampah itu adalah MALAS. Malas pisahin sampahnya, malas cuci bekas kemasannya, malas cari bank sampahnya karena ternyata di deket rumah saya belum banyak bank sampah yang mau terima sampah kemasan rumah tangga. Ya, mentok-mentok sih emang kirim aja ke Waste4Change atau tempat lain yang menerima kiriman sampah kemasan. Yang belum pernah bisa saya coba juga adalah bikin kompos dari semua sisa sampah organik. Jadi ya kebuang aja deh di tempat sampah yang setiap harinya diangkut sama petugas kebersihan. Semoga ke depannya semakin tinggi semangat dan komitmennya untuk belajar hidup lebih baik lagi.

https://www.siklus.com/
Sumber image: website Siklus Refill
Nahhh, ngomong-ngomong tentang mengurangi sampah kemasan, setahun terakhir ini saya tertarik banget sama salah satu cara belanja baru, yaitu layanan refill alias isi ulang. Awalnya, saya tahu dari Instagram tentang bulkstore, yaitu beli bahan makanan dengan cara isi ulang di tokonya dan membawa wadah sendiri, sehingga kita gak akan pakai plastik kemasan apapun. Saya sendiri akhirnya nyobain datang ke dua tempat bulkstore terdekat dari rumah ibu saya di Jakarta Selatan. Rasa penasaran saya akhirnya terbayarkan setelah coba belanja di sana. Experience belanja dengan wadah sendiri itu memang menyenangkan, meskipun harus repot dulu sedikit. Tapi, sayangnya, di dekat rumah saya belum ada toko seperti itu. Jadi, saya tetap masih belanja ke pasar untuk stok bahan masakan dan makanan huhu.

View this post on Instagram

A post shared by ASTY (@astyipw)


Setelah itu, beberapa bulan terakhir ini, muncul lagi konsep belanja isi ulang yang baru. Kalau bulkstore itu lebih banyak ke kebutuhan makanan dan dapur, kali ini yang disediakan adalah berupa kebutuhan rumah tangga yang bersifat lebih general dan gak untuk dikonsumsi, seperti misalnya sabun, deterjen, softener, pembersih lantai, dan sebagainya. Kalau bulkstore itu sifatnya lebih ke offline dan kita harus datang sendiri membawa wadah, kali ini bisa delivery dan kita tinggal tunggu di rumah aja. Irit tenaga, irit waktu, dan irit sampah kemasan kan, Bun? Hehehe.

Baca juga pengalaman saya tentang Mengurangi Sampah Makanan

Udah bisa nebak belum?
Yap, 1000000 point buat kamu yang udah pernah kenal sama Siklus Refill! Layanan isi ulang ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi sampah kemasan dan sachet yang dihasilkan kalau kamu belanja di toko biasa. Meskipun produk-produknya masih terbatas, kabarnya Siklus Refill akan terus menambahkan daftar produk yang bekerjasama dengan mereka, lho!

Cara pesannya juga gampang banget. Kalau kamu pengguna Android, mereka udah punya aplikasi yang bisa di-download dan kamu bisa pesan belanjaan kamu di aplikasi tersebut. Nantinya, akan ada motoris yang datang ke rumahmu membawa semua pesanan kamu dalam jumlah banyak, dan kita tinggal siapin wadah kosong aja untuk diisi ulang. Bayarnya juga bisa transfer, cash, atau pakai berbagai jenis uang elektronik yang ada. Kalau di iPhone, aplikasinya belum ada nih. Jadi, kamu harus chat sendiri ke operator Siklus Refill, tulis list belanjaan kamu untuk didata, lalu tinggal tunggu deh pesanan kamu diantar.

Ini contoh list belanjaan saya kemarin
Oiya, selain layanan antar ke rumah, Siklus Refill juga tersedia di beberapa warung, lho. Tapi, untuk saat ini, kayaknya lokasi warungnya masih sedikit juga deh. Nah, coba siapa tahu kamu punya warung dan mau coba apply sebagai agen Siklus Refill, siapa tahu bisa ajak semua tetangga sekitar untuk mulai belanja isi ulang. Saya bakal senang banget sih kalau Siklus Refill bisa tersedia di warung dekat rumah saya hehehe.




Kalau kamu gak punya wadah kosong, kamu juga bisa beli di Siklus Refill, harganya murah-murah banget kok. Bisa dipakai lagi untuk isi ulang berikutnya kalau udah habis. Ada tiga jenis wadah yang disediakan; wadah storage besar dengan ukuran 1,6L dan 2,2L, wadah botol pump dengan ukuran 100ml dan 500ml, dan wadah jeriken dengan ukuran 1L, 2L, dan 5L.

Kemarin pertama kalinya saya coba order karena kebetulan beberapa stok di rumah saya udah habis. Saya juga mengajak ibu mertua dan adik ipar untuk pesan bareng sekalian. Harga produknya relatif murah, walaupun ada beberapa produk yang harganya sama aja kayak di mini market, tapi mereka selalu meng-update harganya di Instagram Siklus Refill. Jadi, kamu bisa rutin cek harganya dulu sebelum mulai pesan untuk bisa dapat harga terbaru.

Ini motoris yang datang ke rumah saya, bapaknya ramah banget
Nah, enaknya belanja isi ulang kayak gini, selain bisa mengurangi sampah kemasan plastik, kita juga jadi gak repot harus keluar rumah terus untuk belanja, sampai rumah harus bukain kemasannya dulu satu per satu untuk dituang, dan yang paling penting buat orang malas kayak saya jadi mengurangi pekerjaan saya untuk memilah sampah dan mencuci kemasannya dulu sebelum dikirim ke bank sampah, hahahaha. Jadi, tempat sampah di rumah juga bisa gak gampang penuh karena sampah kemasan. Oiya, pengiriman ke Jabodetabek juga udah tersedia setiap hari, lho. Jadi bisa lebih cepat nunggunya.

Kekurangan dari layanan ini adalah belum semua motoris diberikan dispenser untuk menyimpan produk-produknya karena keterbatasan, sehingga motoris masih harus menuang sendiri produk dari jeriken besar ke wadah-wadah kecil yang kita siapkan. Kemarin sempat ada insiden saat menuang Wipol, jadi ada yang tumpah sedikit dan kena timbangannya. Ya, namanya juga manual ya, Bun. Pasti ada faktor-faktor human error juga hehe. Meskipun jadi agak ribet, tapi ini bukan masalah besar sih. Untungnya, motoris yang kemarin datang ke rumah saya orangnya ramah banget. Jadi ajak ngobrolnya juga seru selama proses isi ulang.

https://widyasty.com
Semua produk ditimbang dan diukur sesuai dengan pesanan kita

Ini diaaa hasil belanjaan saya! Ada minyak goreng juga yang gak masuk frame hehe
Tunggu apa lagi? Yuk order kebutuhan rumah tanggamu dengan layanan isi ulang Siklus Refill! Cek akun Instagram-nya ya untuk info lengkap dan cara pemesanan! 😊
Dulu, blog ini cuma jadi tempat curhat iseng dan nyalurin hobi nulis aja. Pernah ikut komunitas Malam Puisi, dan sering banget bikin puisi dan cerpen, ikut kompetisi antologi dan sukses menerbitkan buku secara kolektif dan melalui penerbit indie, sampai akhirnya vakum lamaaaaa banget gak keurus karena mulai sibuk di dunia kerja yang sungguh kejam di industri kreatif. Hampir setiap hari lembur, pulang tengah malam bahkan sampai subuh itu udah jadi hal biasa, tiap weekend datang ke event itu udah jadi pasrah aja. Gak ada lagi waktu buat mikirin konten blog sendiri, lebih sering mikirin konten untuk kerjaan, jadi ya diisi sesempatnya dan semaunya aja.

Sejak menikah dan memiliki anak, kebiasaan dan kesibukan saya berubah. Di tahun pertama menjadi seorang ibu, saya merasa banyak pikiran dan gak bersemangat dalam menjalani apapun. Saya merasa gak punya minat terhadap sesuatu yang baru. Saya hanya fokus terhadap apa yang dibutuhkan anak dan suami, lalu lupa memikirkan tentang apa yang dibutuhkan diri saya sendiri. Di tahun kedua menjadi ibu, semua serba challenging. Kesibukan di rumah dan tidak menjadi wanita karier lagi adalah sebuah hal baru, yang transisinya gak mudah untuk dilewati. Saya merasa harus punya sesuatu lain yang dilakukan, selain semua rutinitas yang dikerjakan setiap hari. 

Baca juga: Fulltime Mom or Working Mom? 

Saya belajar banyak hal di sela-sela waktu senggang saya, seperti belajar memasak, menjahit, memiliki aquarium, membuat crafting dari clay dan manik-manik, dan gak lupa lagi kembali ke minat lama yang telah terkubur jauh di dalam: menulis. Ketika dulu saya lebih suka menulis fiksi, kali ini saya mencoba menulis non fiksi, semua hal yang terjadi saat saya mengubah status menjadi menikah dan memiliki seorang anak. Semua itu adalah perubahan besar, yang saya tahu, akan berdampak besar juga bagi semua orang yang menjalaninya. Maka, saya mau berbagi tentang semua hal yang mungkin bisa membantu orang lain yang membaca tulisan saya.


MENJADI BLOGGER

Saya selalu ingat bahwa saya memiliki rumah, tempat di mana saya berkeluh kesah, tapi lebih sering ditinggalkan. Rumah itu adalah blog saya. Setelah sering berganti tampilan, tapi gak juga diberdayakan, akhirnya saya mulai mengambil langkah serius. Saya membeli domain, saya memperbaiki tampilan yang masih berantakan, saya menulis banyak hal, saya mengajukan adsense (yang belum berhasil di-approve), saya bahkan mencari projek berbayar untuk mengisi laman tambahan untuk blog ini.

Beberapa cara yang saya lakukan adalah mengikuti kompetisi menulis, mencari job di berbagai komunitas menulis, belajar dan bergabung dengan komunitas blogger, hingga bergabung dalam marketplace tempat jual beli jasa backlink. Dari sana, saya mendapat beberapa pendapatan receh, tapi dengan perasaan yang sangat senang, karena akhirnya tempat ini bisa diberdayakan lagi. Akhirnya saya memiliki waktu luang untuk melakukan hal yang saya suka lagi. Akhirnya ada sesuatu yang bisa saya jalani dengan fokus. 


Salah satu tempat jual beli jasa backlink tempat saya mendaftar adalah mediabacklink. Di sana, blog saya yang sudah terdaftar memiliki harga, yang bisa didapatkan untuk satu order tulisan. Untuk bisa membeli jasa backlink PBN, pembeli akan memilih daftar website yang diinginkan dan mengisi brief untuk dikirimkan ke penjual. Penjual jasa backlink PBN akan mendapat status pesanan dan berhak menerima atau menolak pesanan. Ketika pesanan tulisan dengan jasa backlink PBN tersebut sudah diselesaikan, maka penjual akan mendapatkan harga yang sudah ditentukan. Wah, peluang kerjasama yang menjanjikan.

Meskipun harga tulisan saya masih sangat murah karena skor DA/PA saya yang masih kecil, saya sangat semangat karena ini merupakan salah satu cara saya agar bisa tetap melakukan hal yang saya suka, dengan bonus mendapat penghasilan di dalamnya. Ya, kalau kualitas website dan tulisan saya bisa semakin berkembang, pasti harga saya juga akan semakin naik, kan? Itu juga buat saya benar-benar bonus jika mendapat penghasilan banyak. Setidaknya, blog ini sudah lebih terurus dan fokus dibandingkan dua atau tiga tahun yang lalu.

Buat kalian yang berencana mau beli/jual jasa backlink PBN, silakan klik banner yang ada di bawah ini untuk menggunakan kode refferal dari saya, ya! 😊

https:mediabacklink.com

"Uti mah nggak ngerti Biandra ngomong apaan, bahasa Inggris melulu." Keluh Utinya Bian suatu hari. Saya sendiri gak sadar juga sejak kapan dia fasih berbahasa Inggris dalam berbicara. Yang jelas, sejak dia bisa berhitung 1-10, dia pertama kali bisa mengucap bahasa Inggrisnya sebagai one, two, three, bukan bahasa Indonesianya sebagai satu, dua, tiga. Hal ini sesungguhnya di luar kendali, karena meskipun dikenalkan, saya dan suami gak expect akan bisa secepat ini diserapnya.

https://www.widyasty.com/search/label/parenting%20%26%20family?m=1


BELAJAR DARI NONTON YOUTUBE


Awal mula Biandul paham tentang bahasa Inggris adalah, karena dari bayi, sebagian besar nursery rhyme yang saya kenalkan berbahasa Inggris, termasuk lagu alphabet, phoenix, dan number. Kenapa? Gak ada alasan khusus, cuma enak-enak aja lagunya. Saya sendiri sampai ikut hafal semua lagu di luar kepala karena setiap hari nemenin Biandul nyanyi. Lagu bahasa Indonesia sebenarnya juga enak-enak, kok. Tapi, di YouTube Kids kebanyakan kan bahasa Inggris. Beberapa lagu bahasa Indonesia yang Biandul hafal paling Diobok-obok, Kepala Pundak Lutut Kaki, Cicak di Dinding, ya itu-itu lagi yang dinyanyikan. Sisanya emang udah paling enak lagu-lagu dari Cocomelon, Looloo Kids, Little Baby Bum, Little Angel, dan Dave & Ava.

Selain lagu, series yang sering Biandul tertarik untuk nonton adalah Peppa Pig, Babybus (paling suka sama Kiki & MiuMiu), Paw Patrol, Pororo, Tayo, Caitie's Classroom, dan sekarang-sekarang lagi suka nonton PJ Masks, Super Wings, dan hal-hal random lainnya kayak robot, lego, super hero, dan lain-lain. Nah, sebagian besar kan memang pakai bahasa Inggris ya, jadi kayaknya sambil nonton, sambil belajar dan menghafal juga secara gak sengaja. Padahal, tadinya waktu Biandul masih bayi, lumayan membatasi screen time, dan cuma boleh nonton di tv aja pakai kabel HDMI. Tapi, semenjak tv rusak dua tahun yang lalu dan gak di-service, jadi mulai nonton via ponsel deh. Sebagai mamak yang masih mau waras, kayaknya kehidupan parenting saya jauh dari kata ideal kalau urusannya sama screen time deh hehe. Kalau hal ini sih jangan ditiru kalau bisaa 🙈

Caitie's Classroom salah satu acara favorit Biandul. Serasa lagi ikut kelas online deh 😅

Balik lagi ke gaya komunikasi Biandul, saya memang berharapnya dia bisa bahasa Inggris, karena ini bahasa general yang memang sudah menjadi basic skill yang harus dimiliki meskipun tidak menjadi bahasa utama di rumah. Tapi, saya gak mau menuntut dia untuk selalu berkomunikasi pakai bahasa Inggris melulu. Toh, Biandul baru bisa menyusun beberapa kata menjadi satu kalimat utuh itu ya setelah lewat umur tiga tahun. Yes, baru-baru ini aja. Sebelum itu, dia cuma tahu satu-satu vocab aja, misalnya:

"Ma, Bian mau makan eggs. Eggs tuh enak tau."

"Bian mau nonton giraffe, Mama. Tolong dicariin."

"Kue ulang tahun Bian ada bee-nyaa! Waaa, delicious!"

"Kok Bian dibeliin warna blue? Kan Bian maunya warna pepol (purple)."

Lalu, dia sering banget kayak orang lagi ngomong, pakai aksen kebarat-baratan (kayaknya nyontoh cara ngomong yang sering dia tonton deh), tapi gak jelas sama sekali kata-kata yang keluar itu apa. Kayak semacam pura-pura berkomunikasi pakai bahasa Inggris gitu, loh. Padahal yang kedengeran bener cuma 1-2 kata aja, sisanya cuma bubbling doang. Di sini, saya dan suami kayak mulai heran. Ini anak kenapa, mau ngomong Inggris tapi belum tau banyak kata-katanya. Jadi asbun aja alias asal bunyi. Contohnya begini:

"I want hdlangvs because my friend kavigaown ma usi. Yes, you can hdlmeusc but akbsyla everytime!" Kagak jelassss maksudnya ngomong apaaaa hahahaha.

Akhirnya, difasilitasi sama suami, mulai diajakin berkomunikasi pakai bahasa Inggris dalam satu kalimat utuh yang pendek-pendek, sesekali aja. Biar dia mulai paham struktur kalimat, dan nambah satu per satu vocabulary-nya. Ini juga gak expect banyak-banyak sih, cuma sering mikir ini anak mau ngobrol pakai bahasa Inggris tapi gak bisa bikin kalimat. Kalau gak ditemenin belajar ya akan begini-begini aja. Jadi, dalam seminggu itu kita ada 1-2 hari yang ngajak Biandul berkomunikasi pakai kalimat pendek dalam bahasa Inggris, misalnya begini:

"Bian, are you happy?"
"Yes!" Dia bisa jawab, berarti dia paham.

"Do you want to go to the park today?"
"Yes. I want park today." Dia mulai ngikutin sedikit. Dan paham artinya kalau saya ngajak dia ke taman.

"Bian, let's take a bath with me!" Kata Ayah.
"No! Bian mau mandi sama Mama aja." Ehh, dia paham hahaha, tapi balesnya pakai bahasa Indonesia 🤣


MENGAPA TIDAK LES BAHASA INGGRIS?


Belum kepikiran sampai sana, karena usianya juga baru 3.5 tahun, tapi bukan berarti gak akan juga. Lebih tepatnya sih belum ada budget sekolahnya hehehe. Kalau untuk bahasa komunikasi sehari-hari yang sangat sederhana, saya dan suami masih bisa juga temenin dan praktek bareng. Jadi, kita sebagai orang dewasa juga secara gak sadar ikut belajar bareng, apalagi saya butuh belajar speaking dan jadi ada teman belajar kalau ikut ngobrol sama Biandul. Ditambah lagi, tiap dia lagi nonton, saya sering juga ikutin dialog-nya di depan Biandul biar dia makin jelas kayak apa cara ngomongnya. Gak lupa juga dikasih tahu artinya supaya makin paham. Nanti ada aja nih satu hari dia yang mulai duluan ngomong pakai bahasa Inggris, dan kita musti ikut ngerespon pakai bahasa Inggris juga.

Sehari-hari, Biandul begitu aja sih cara belajarnya. Nyanyi lagu bahasa Inggris juga bisa mempercepat dia paham struktur kalimat dan artinya. Yang sekarang lagi paling sering dia nyanyiin itu lagu Itsy Bitsy Spider, Head Shoulders Knees and Toes, London Bridge is Falling Down, dan Row Row Your Boat. Tiap mandi ituuuu aja yang dinyanyiin setiap hari. Mamak harus pura-pura tetap semangat ikut nyanyi walaupun dalam kuping udah bosennn banget hahaha.


CARA PRAKTEK BERDIALOG DENGAN BAHASA INGGRIS


Saya nih kan nilai bahasa Inggrisnya juga gak bagus-bagus amat ya dulu waktu sekolah, tapi Ayahnya Biandul lumayan terbiasa karena hampir semua kliennya dari luar negeri dan harus berkomunikasi pakai bahasa Inggris, jadi saya juga musti seimbangin dengan sering-sering diskusi ke suami kalau ada yang saya gak paham. Nah, ternyata, cara ini juga dicontek Biandul. Kadang-kadang ada satu kesempatan dia nanya ke Ayahnya, "kipas tuh apa (bahasa Inggrisnya)?" Lalu dijawab "fan." Tapi, besoknya lupa lagi dan nanya lagi, kita harus sabar deh tuh, jangan sampai keucap "kan kemarin udah dikasih tahu, masa lupa lagi sih?" Nanti bisa-bisa semangat belajar anaknya menurun karena gak percaya diri untuk nanya ke orangtuanya, takut disalahin, atau dianggap gak mampu belajar hanya karena lupa.

Ketika suatu hari Biandul duluan yang ngajak ngobrol pakai bahasa Inggris, saya juga harus menjawab pakai bahasa Inggris. Kalau saya gak tahu, saya ajak Biandul cari tahu dulu bareng-bareng pakai Google Translate, terus lanjut ngobrol lagi. Kalau pengucapannya belum terlalu jelas, jangan langsung bilang gak ngerti. Pelan-pelan ditanya lagi dan kasih pengertian pakai bahasa Indonesia dulu, misalnya:

"Mommy, I want kreng truck (crane truck maksudnya)!"

"What do you mean?"

"Kreng, I said kreng."

"Hmm, please show me where can I see your kreng thing? So I can help you to look for it." - tolong jangan bully kalau grammar saya ada yang salah 🙈 masih belum paham nih kreng itu apaaa?! Jadi, saya minta tolong tunjukkin kira-kira di mana kita bisa cari itu? Kalau udah tahu tempatnya, jadi bisa lebih mudah nebaknya.

"Here. Maybe my kreng truck is here, Mommy. On the toy box."

"Ohhhh, crane truck maksudnya?" - emaknya baru paham haha.

"Yes."

Akhirnya saya paham kalau yang dia maksud itu crane, tapi karena belum jelas artikulasinya, jadi saya gak tahu hehe. Tapi, kalau dari awal bilang gak ngerti, gak jelas, takutnya anak jadi malu buat ngomong bahasa Inggris ke depannya. Ya, namanya orang kan beda-beda ya pastinya. Jadi sebisa mungkin harus tahu cara merespon anak supaya gak terdengar menyepelekan atau meremehkan kemampuannya. Jadi, saya pun masih memiliki kendala dalam memahami pengucapan Biandul, tapi selalu berusaha menebak-nebak apa yang dia katakan. Kalau salah, coba lagi tebak hal lain yang paling mendekati.

Di hari lain, saya justru sering banget dibuat malu karena gak tahu arti dari kata yang Biandul ucapkan, misalnya waktu ke Sea World dia melihat sting ray, tapi dia mengucapkan cingray. Sampai selesai berkeliling saya masih gak paham maksud dari cingray itu. Saat membeli boneka di toko souvenir-nya, Biandul memilih boneka ikan pari untuk dibeli. Dia berteriak, "Bian mau cingray! Bian suka cingray!" Diam-diam saya buka aplikasi translate dan mencari bahasa Inggris ikan pari, yang ternyata adalah sting ray. HAHAHA selama ini saya gak tahu ikan pari itu sting ray, makanya gak paham. Eh ternyata Biandul malah yang lebih tahu duluan. Baiklaaah, Mama kalah! 🤣

https://www.widyasty.com/2021/04/story-of-biandra-main-ke-sea-world-ancol.html?m=1
Biandul and his cingray 🤣

Baca juga:
Biandra Main ke Sea World
Menanam Nilai Kebaikan

Gak usah malu kalau kemampuan anak ada di atas kita, justru kita harus bangga. Akui aja kalau memang kita gak tahu, lalu sama-sama cari tahu. Jadi, kita bisa saling belajar bareng, gak melulu ngerasa orangtua banyak tahu dan anak didikte ini itu aja tanpa dikasih kesempatan untuk sharing. Hmm, lagipula kayaknya Biandul lebih banyak tahu vocab duluan tanpa saya ajarin tuh dari nonton di YouTube Kids deh. Soalnya saya pun gak pernah ada sesi khusus belajar bahasa Inggris dan diktein satu per satu vocab, anaknya tahu sendiri aja tiba-tiba. Makanya sering kaget kalau ternyata dia suka menyebutkan hal-hal yang ada di rumah dengan bahasa Inggris, karena kayaknya belum pernah ngajarin itu tapi kok dia bisa tahu duluan? Kalau ditanya, dia jawabnya "tahu dari YouTube" wadaww.

Ada metode lain yang bisa digunakan untuk mengajarkan anak tentang bahasa Inggris? Atau ada bahasa lain yang jadi consider untuk dipelajari selain bahasa Indonesia dan Inggris? Share yuk, Mom! 😊
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes