Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Siapa yang masih belum berani pasang KB hayo ngacuuung?! Tos sama saya sini! 🤣🤣 Meskipun penuh dengan ketakutan bakal kebobolan, tapi pemilihan pasang KB ini cukup rumit buat saya. Yang gak bisa konsisten minum pil lah, yang takut sama alat cocor bebek lah, yang takut ngaruh ke hormon ini itu lah, hahaha ya banyak banget deh pertimbangannya. Kebetulan suami saya pun gak bisa milih ketika saya tunjukkan banyak merode kontrasepsi yang mungkin bisa digunakan. Katanya, "gak usahlah pakai gitu-gituan. Yang alami aja supaya hormon kamu gak berantakan." Uwuuu, kadang suami saya tuh suka gak sadar kalau omongannya dianggap celetukan biasa aja, tapi lumayan deep buat saya, hehe.

Saya jadi merasa dihargai sebagai perempuan yang memiliki otoritas atas tubuh, karena saya yang paham kondisinya dan apa yang sebaiknya saya gunakan dalam tubuh saya. Suami saya bukan tipikal orang yang suka memaksakan kehendaknya, karena mencegah kehamilan bukan hanya tugas saya sendiri dan bukan cuma tubuh saya yang harus bertanggung jawab untuk mencegahnya, Ia pun punya tugas yang sama. Lalu, saya bilang lagi ke dia, "kalau gak pakai alat kontrasepsi apapun, tugas kita untuk berhati-hati supaya gak kebobolan jadi sangat penting. Saling menjaga supaya kehadiran anak kedua kita tuh sesuai dengan yang kita rencanakan." Ia setuju, dan sampai sekarang kita masih bekerja sama dalam hal ini bersama-sama.

Nah, akhirnya, setelah selama ini dilalui begitu saja tanpa pasang KB apapun, ternyata kami bisa jaga jarak anak sampai hari ini, tanpa kebobolan. Usia Biandul udah 3.5 tahun pula sekarang. Menurut saya ini udah lebih dari cukup. Meskipun sampai hari ini saya masih mau menunda anak kedua karena banyak pertimbangan, tapi kalau memang saya ternyata (gak sengaja) dikaruniai anak lagi, alias kebobolan, hehehe yaudah deh gapapa. Setidaknya, jarak anak pertama dan kedua gak terlalu dekat.


KB DENGAN FERTILITY TRACKER 

Mau tahu gak tips yang selama ini saya pakai dalam mencegah kehamilan tanpa pasang KB? Yap, cuma pakai fertility tracker aja, Bun! Sebenarnya cara ini kebanyakan digunakan untuk pasangan yang sedang program hamil, tapi juga bisa berguna untuk pasangan yang sedang menunda anak, jika penggunaannya dilakukan secara terbalik. Maksudnya, ketika pasangan yang sedang program hamil mengenali masa subur tubuhnya melalui aplikasi ini untuk melakukan aktivitas seksual yang dapat menyebabkan kehamilan, maka cara kebalikannya adalah tidak melakukan aktivitas seksual selama masa subur untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Cara ini mungkin belum tentu ampuh diterapkan ke semua orang juga, karena ada banyak faktor pendukung lainnya. Tapi, gak ada salahnya kan untuk dicoba.

Jadi, aplikasi pelacak kesuburan ini memang kunci untuk bisa mengenali kebutuhan dan kesiapan tubuh, mengenali siklus bulanan, juga sebagai tracking saat masa subur berlangsung. Selain pakai kalender, saya dan suami juga pakai alat kontrasepsi kondom saat berhubungan badan, tapi kayaknya sih keseringan lupa juga ya, hahaha, lebih sering pull out (keluarin di luar wkwk). Ets, tapi balik lagi nih, kalau metode pull out ini gak selalu berhasil di semua orang, Bun. Jadi, amannya memang balik lagi pakai salah satu alat konstrasepsi yang paling nyaman di kamu aja ya. Semua hal yang saya tulis di sini berdasarkan kondisi pribadi saya sendiri dan apa yang selama ini udah saya lakukan, tapi bukan berarti semua orang juga akan berhasil melakukan hal yang sama. Jadi, kenali lagi tubuhmu sendiri, kondisi, dan kebiasaan sehari-hari untuk merencanakan kapan kehamilan berikutnya. 

Baca juga: Delivery Day: Welcome, Biandra :)

Fertility tracker apa yang biasanya saya pakai? Nama aplikasinya adalah Ovia Fertility & Cycle Tracker, bisa kita singkat saja dengan sebutan Ovia. Selain ini, Ovia juga memiliki aplikasi tracker lainnya, seperti Ovia Pregnancy Tracker dan Ovia Parenting & Baby Tracker. Naaaah, cocok tuh. Program hamil pakai Fertility Tracker, setelah sukses hamil pakai Pregnancy Tracker, setelah anaknya lahir pakai Parenting Tracker deh. Lengkap ya, Bun. Yuk kita bedah fiturnya satu per satu. Saya cuma pernah pakai Ovia Fertility & Cycle Tracker ya, yang lainnya belum pernah pakai jadi gak bisa bahas lebih lanjut.

http://www.widyasty.com/2021/05/fertilitytrackerapps.html
Tiga aplikasi Ovia yang bisa di-download sesuai kebutuhan


MENGAPA MEMILIH OVIA? 

Sebelum memutuskan untuk menggunakan aplikasi ini, saya udah coba download beberapa aplikasi sejenis, tapi Ovia menurut saya lebih nyaman digunakan, dan tampilannya sangat jelas dan mudah untuk dipahami. Selain itu, fitur-fiturnya juga lengkaaaap banget. Ini jadi kalender curhat banget deh buat mencatat jurnal harian kamu agar bisa menjalani hidup sehat. Setiap bulannya, perkiraan projected period yang diinformasikan juga akurat banget. Saya hampir gak pernah telat, paling cuma beda sehari. Malah lebih seringnya maju sehari. Lebaran kemarin, saya sempat dibuat deg-degan karena tumben banget telatnya sampai 4 hari. Untung saja belum sempat kepikiran beli testpack dan menerima hasil positif yang ditakutkan, hahaha! Ampuuun, jangan dulu yaaa.


FITUR-FITUR APLIKASI OVIA 
  • Prediksi masa subur dan skor kesuburan harian
Kamu bisa tahu kapan saat yang tepat untuk program hamil, ATAU justru menunda kehamilan. Kita semua pasti tahu dong kalau masa subur adalah masa yang paling tepat untuk merencanakan kehamilan, karena ketika kamu melakukan aktivitas seksual bersama pasangan saat masa subur, maka kemungkinan untuk hamil akan sangat besar. 


  • Daily tracking calendar
Kamu bisa tracking dan memasukkan data secara manual setiap harinya pada kalender untuk mengetahui temperatur basal body, cervical fluid, cervical position, serta masa period kamu tiap bulannya. Di dalam kalender Ovia, ada beberapa simbol sesuai dengan fiturnya masing-masing yang bisa kamu pahami dengan mudah.

Lihat gambar berikut:


    • Yellow sign: data yang terekam dalam aplikasi setelah kamu meng-input-nya ke dalam kalendar (misalnya saat melakukan intercourse, atau saat menandai terjadinya period) 
    • Blue highlight: fertile window (alias masa subur, cyin!) 
    • Grey blood drop: projected period (alias perkiraan period kamu di bulan selanjutnya) 
    • Red blood drop: masa period (bisa di-edit saat masa period kamu maju atau terlambat) 
    • Pink heart: sex activity/intercourse 
    • Spotting: adanya bercak darah di luar masa period, bisa di-input secara manual setiap kali kamu memiliki gejala tersebut. 
Ini adalah contoh kalender di bulan yang sudah di-input data secara manual

Ini adala contoh kalender di bulan selanjutnya yang belum di-input data, hanya ada perkiraan masa period dan masa subur saja

  • Today's tracker
Semua symtomps dan aktivitas yang kamu lakukan di hari ini, bisa kamu input ke dalam aplikasi, sehingga aplikasi ini bisa membaca kebiasaan kamu sehari-hari dan memberikan kamu data kesehatan yang sesuai dengan kondisi yang kamu input ke dalamnya.

Lengkap bangettt! Semua data ini di-input manual juga ya

  • QnA tentang kesehatan di tab Community. Biasanya kebanyakan seputar pertanyaan dengan jawaban voting, dan jawabannya diberikan secara anonymous. 
  • Timeline yang berisi tentang tips dan info harian yang relate dengan kamu.

Hmm, banyak banget kan fiturnya? Ets, ini belum semua saya sebut, lho. Soalnya di bagian menu, masih ada banyak fitur yang kayaknya bakal kepanjangan kalau saya bahas satu per satu, tapi secara garis besar, kamu bisa menemukan tentang analisis grafik masa subur dan siklus summary setiap bulannya dalam menu tersebut. Kamu juga bisa menemukan berbagai artikel dan insight tentang kesehatan, cara promil melalui siklus bulanan, juga daily self-care checklist yang mungkin sewaktu-waktu akan kamu butuhkan. 

Menu lainnya yang bisa di-discover dalam aplikasi

Udah tertarik untuk download belum? Yuk coba sekarang langsung di-download. Yang belum menikah dan tetap mau nge-track siklus menstruasi juga bisa pakai kok. Malah kamu jadi bisa tau berapa lama siklus kamu, atau kenapa siklus kamu gak beraturan. Kalau ada gejala yang aneh, kamu bisa langsung konsul ke dokter untuk menganalisis lebih jelas tentang gejala yang mungkin kamu khawatirkan. Kalau kamu sudah menikah dan baru saja menerima testpack positif, selamat yaaa! Ketika kamu mengunjungi dokter kandungan, biasanya akan ditanya kapan hari pertama menstruasi terakhir, berapa lama durasinya, dan gejala apa saja yang sudah kamu rasakan selama ini. Nah, kalau sudah ada catatannya kan jadi enak jawabnya, gak ada yang kelupaan.

Baca juga: Pregnancy Diary: Jangan asal pilih obgyn

Semoga ulasan ini membantu, ya! 😉
Konsep film thriller & misteri masih menjadi favorit saya karena hampir selalu punya ending dan plot twist yang bikin bengong. Tadinya, saya pikir Korean drama itu isinya cuma romance dan cinta-cintaan doang, karena ya memang kebanyakan yang hits dan sering trending ya tentang genre itu aja. Makanya saya hampir gak tertarik nonton drakor. Sempat dibuat penasaran sama serial Reply 1988, ternyata filmnya memang ringan dan bagus banget. Vibe-nya benar-benar kayak kehidupan sehari-hari yang normal. Anak-anaknya nongkrong sama teman, sibuk sekolah, naksir-naksiran. Sedangkan ibu-ibunya curhat-curhatan di ujung gang sambil ngemil, ngupasin sayuran, dan gak lupa juga saling support ketika salah satunya ada masalah. Setelah itu, jadi sering cari-cari lagi drakor yang bagus, ketemulah Hospital Playlist. Masih satu genre kayak Reply 1988, masih ringan juga untuk ditonton tapi tetep menarik, tapi setelah itu kok ya udah kayak gak penasaran lagi sama drakor lainnya.

Setelah lama bingung mau nonton apa, saya malah baru ketemu kalau ternyata banyak banget drakor yang ber-genre thriller. Ah, ke mana ajaaa?! Kirain semua drakor tuh romantis semua, hahaha. Mulailah saya menonton beberapa film dan series, mulai dari The Call, Vincenzo, dan Signal. Gak ketinggalan juga di wishlist akun Netflix saya, ada beberapa film/drakor lagi yang penasaran untuk ditonton, kayak Space Sweeper, Sisyphus, Partner for Justice, juga Law School. 

Di antara sedikit film & series yang udah saya tonton, saya tertarik banget untuk bahas dua tayangan yang konsepnya mirip, yaitu The Call dan Signal. Dua tayangan tersebut sama-sama memiliki konsep time travel, ber-genre thriller dan crime, tapi bedanya The Call lebih banyak adegan murder yang berdarah-darah dibandingkan dengan Signal yang masih lebih kalem tapi tetap menegangkan. Kedua tayangan ini sama-sama menggunakan alat transmisi komunikasi yang dapat menghubungkan orang di masa kini dan masa lalu. Lho? Kok bisa? Aneh juga ya kalau dipikir-pikir, gak masuk akal. Tapi, di situ yang bikin seru.

Ketika mereka bisa terhubung dan ada kesempatan untuk mengubah apa yang terjadi di masa lalu, maka masa depan pun akan ikut berubah. Ada kemungkinan kita bisa memperbaiki hal-hal di masa lalu yang dulu gak bisa kita cegah, agar masa depan bisa lebih baik dari sekarang. Tapi, jangan lupa juga dengan konsekuensinya. Perubahan masa lalu bisa jadi sangat mengacaukan masa depan, dan kita gak bisa main-main dengan keputusan yang udah kita buat.

Baca juga:
Movie Review Behind Her Eyes (Netflix)
Movie Review Black Mirror (Netflix)

Kita bahas satu per satu yuk sinopsisnya. Saya cuma kasih gambaran garis besar ceritanya aja ya, supaya gak spoiler dan kalian bisa makin penasaran buat nonton hihi. 


SIGNAL (2016) 

http://www.widyasty.com/2021/05/korean-movie-thriller-review-signal.html

Serial drama Korea dengan tema crime dan detektif ini ternyata mengangkat beberapa kasus dari kisah nyata yang terjadi di Korea, lho. Saya baru tahu setelah selesai nonton. Diceritakan bahwa kasus-kasus tersebut bisa dipecahkan setelah 15-20 tahun lamanya, berkat adanya transmisi melalui Walkie Talkie milik detektif Lee Jae-Han (Cho Jin Woong) di masa lalu yang terhubung dengan Letnan Park Hae-Young (Lee Je Hoon). Suatu malam, Park Hae-Young gak sengaja menemukan Walkie Talkie rusak tanpa baterai, tapi anehnya masih bisa menyala. Ada suara seseorang yang gak dia kenal, yang ternyata itu adalah suara Lee Jae-Han di masa lalu, yang kenyataannya telah hilang sejak 15 tahun yang lalu. Dengan rasa bingung dan gak percaya, mereka mulai berkomunikasi secara intens.

Sejak transmisi itu dimulai, Lee Jae-Han mulai bisa menyelesaikan kasus di masa lalu berkat bantuan Letnan Park, yang ahli dalam membuat profiling kasus. Beberapa korban pembunuhan akhirnya dapat diselamatkan karena pelaku telah tertangkap di masa lalu. Masa depan pun berubah, termasuk database yang ada di kantor polisi, dan hanya Letnan Park yang tahu perubahan itu. Sedangkan Letnan Park sendiri, di masa sekarang (tahun 2015), bersama Detektif Cha Soo Hyun (Kim Hye Soo) ditugaskan dalam satu tim yang harus mengungkap kasus-kasus dingin; kasus lama yang belum terungkap dan selesai. Nah, ternyata Cha Soo Hyun ini sejak dulu naksir sama Lee Jae-Han, tapi cintanya gak kesampaian karena Lee Jae-Han keburu hilang tanpa kabar selama 15 tahun. Bayangin aja gimana perasaan Detektif Cha kalau tahu pujaan hatinya yang selama ini hilang tanpa kabar ternyata terhubung transmisi aneh dengan rekan kerjanya yang bahkan baru dikenal. Saat Lee Jae-Han hilang, bahkan Letnan Park masih anak-anak lho. 




Park Hae-Young ini karakternya sangat-sangat loveable lho bagi sayaaa. Sejak kecil, ia termasuk anak yang pendiam dan pemalu, sangat sayang dengan kakak tirinya, tapi karena karakternya yang pemalu, ia pernah membiarkan teman kecilnya sendirian sepulang sekolah, hingga akhirnya anak ini diculik lalu dibunuh. Ia merasa menyesal, tapi gak bisa berbuat apa-apa. Di tahun 2000, kakak tirinya meninggal dunia, diduga bunuh diri sehari setelah keluar dari penjara. Kakak Park ini masuk penjara karena dijebak oleh teman-temannya karena kasus pelecehan dan penganiayaan seorang siswi di kota Inju. Karena ketidakadilan hukum tersebut, Park sangat membenci polisi. Tapi akhirnya, ia bertekad ingin kuliah di Universitas Kepolisian, kemudian menjadi detektif dan bekerja bersama polisi untuk mengungkap kasus kejahatan dan berusaha memecahkan kasus kakak tirinya yang belum selesai ini.

Di masa lalu, ternyata Lee Jae-Han juga ditugaskan untuk menyelesaikan kasus siswi Inju. Setelah Letnan Park mengetahui hal ini, ia memohon kepada Lee Jae-Han agar bisa mengungkap pelaku sebenarnya dan menyelamatkan nyawa kakak tirinya. Dengan begitu, masa depan juga akan berubah, dan ia bisa berkumpul lagi dengan keluarga lengkapnya. Usaha ini memang tidak berhasil, karena nyawa Lee Jae-Han menjadi taruhannya. Ia pada akhirnya diketahui meninggal dunia karena menyelidiki kasus siswi Inju, yang ternyata memiliki banyak kejanggalan, karena kasus ini memang hanya kasus palsu dan berhubungan dengan korupsi besar-besaran oleh pejabat tinggi di kepolisian. 

Wah, dari awal sampai akhir benar-benar gak dikasih napas lega sih, karena drama ini memang menegangkan. Aktingnya pun jempolan semua, kita benar-benar dibawa larut secara emosional. Penonton dibuat sedih melihat korban dan keluarganya, dibuat kesal dan marah oleh pelakunya, dibuat haru sama kisah cintanya, dan dibuat jantungan sama semua proses penyelidikannya. Jadi detektif itu memang taruhannya nyawa ya, apalagi kalau selalu berusaha mencari kebenaran, bisa jadi malah disingkirkan oleh penguasa yang gila harta dan jabatan. Di akhir episode, kamu bakal dibikin pusing sepusing-pusingnya karena plot-nya muter terus dari masa lalu ke masa kini. Banyak yang berharap juga drama ini memiliki season 2, tapi sampai sekarang belum ada kabar apakah akan dibuat lagi kelanjutannya.


THE CALL (2020) 


Apa yang ada di pikiran kamu ketika mendapat telpon dari orang asing, yang ternyata hidup di masa lalu? Pasti bakal bingung banget, kok bisa ya? Di film The Call ini, diceritakan ada seorang wanita bernama Seo Yeon (Park Shin Hye) yang baru pindah ke sebuah rumah dan menemukan telpon yang ternyata masih bisa digunakan. Anehnya, telpon itu berdering dan ada suara wanita gak dikenal. Tadinya, dia pikir itu salah sambung. Tapi, setelah menemukan beberapa fakta, ia sadar bahwa suara wanita misterius di telpon tersebut adalah suara Young Sook (Jeon Jong-Seo), yang pernah hidup 20 tahun yang lalu di rumah yang sama.

Setelah bercakap-cakap selama beberapa waktu, mereka kian akrab menghabiskan waktu berdua. Tiba-tiba, ia menemukan diary di rumah tersebut, yang diduga milik Young Sook. Di dalam diary tersebut, ada hal aneh yang membuatnya merasa harus memperingati Young Sook, bahwa ia akan tewas dibunuh oleh ibu tirinya. Young Sook ini seharusnya sudah meninggal, tapi karena telah diperingati oleh Seo Yeon, Young Sook berhasil selamat dari maut ibu tirinya yang kejam. Sebagai gantinya, Young Sook berusaha mengubah masa lalu yang menyebabkan ayah Seo Yeon meninggal dunia karena kebakaran di rumahnya waktu ia masih kecil, sehingga ayah Seo Yeon berhasil dihidupkan kembali. Masa depan pun ikut berubah, ayah dan ibu Seo Yeon masih bisa berkumpul bersama di rumah itu. Ia sangat bahagia. 


Setelah selamat dari pembunuhan itu, ternyata Young Sook malah semakin menunjukkan perilaku yang aneh. Ia bahkan kerap mengancam Seo Yeon jika tidak mengangkat telponnya, maka ayahnya Seo Yeon bisa saja dibuat mati lagi olehnya. Seo Yeon mulai ketakutan akan teror tersebut. Setelah mencoba menyelidiki sendiri kasus tentang Young Sook di masa lalu karena penasaran, ia akhirnya menemukan fakta bahwa ibu tiri Young Sook adalah seorang dukun di lingkungan itu. Ibu tirinya selalu mengurung Young Sook di rumah, bahkan ingin membunuhnya, karena ia percaya bahwa akan ada banyak kematian jika Young Sook dibiarkan hidup.

Sejenak, kita akan dibuat merasa kasihan oleh nasib Young Sook di masa lalu. Tapi akhirnya, kita akan paham bahwa ternyata ibu tirinya benar. Young Sook adalah seorang psikopat, yang melakukan pembunuhan berantai, setelah selamat dari pembunuhan ibu tirinya berkat peringatan dari Seo Yeon. Ibu tirinya kemudian dibunuh, dimutilasi, dan disimpan di dalam kulkas rumahnya. Setelah itu, banyak korban lain yang terus bertambah karena Young Sook gak berhenti membunuh. Nasib Seo Yeon pun jadi menyeramkan karena selalu mendapat teror dari Young Sook melalui telpon rumah itu. Nyesel deh nyelametin dia di masa lalu, huhu. Plot twist banget kan? 




Film The Call lebih banyak adegan murder dan darah-darah, lebih gore dan mencekam, dibandingkan drama Signal yang lebih kalem tapi tetap menegangkan. Akting Jeon Jong-Seo nih bener-bener juara bangetttt jadi psikopat! Dia juga menang award sebagai best actrees (2021). Gak salah deh emang. Soalnya mukanya emang nakutin banget. 


PERSAMAAN THE CALL DAN SIGNAL 

Keduanya sama-sama memiliki konsep time travel, di mana peran waktu adalah setting utama dalam dua tayangan ini. Mereka juga menggunakan alat komunikasi sebagai penghubung. Jika Signal menggunakan Walkie Talkie, The Call menggunakan telpon rumah. Walkie Talkie yang digunakan Letnan Park adalah milik Lee Jae-Han di masa lalu. Dengan begitu, mereka seakan berkomunikasi menggunakan alat yang sama di waktu yang berbeda. Sedangkan The Call menggunakan saluran telpon di rumah yang sama di waktu yang berbeda pula. Unik sih konsepnya, meskipun sama tapi tetap punya twist dan karakteristik yang berbeda dan menarik semua. 




Kalau kamu udah mulai penasaran sama dua tayangan ini, cus nonton deh buruan. Keduanya ada di Netflix kok. Kamu punya rekomendasi film/drakor dengan genre yang setipe gini lagi gak buat ditonton? Bagi dong list-nyaa di komentar yaah! Terima kasih! 😊
Mertua gue bawel banget, semua hal diomongin, dikomentarin, selalu ulang-ulang omongan yang udah pernah didenger.

Suami gue tuh berat sebelah banget, kasih uang ke orangtuanya mulu, padahal ke orangtua gue jarang.

Itu sepupu aku kemarin nikah ngutang, ternyata istrinya gak dikasih tahu, lho!

Kemarin si A nikah ngutang ke temannya, eh ternyata mereka rentenir. Sekarang mau ngutang lagi ke saudara-saudara buat bayar ke rentenir itu. Tahu gitu, kenapa kemarin gak bilang aja sih ke saudara sendiri, biar gak ribet. Mana istrinya udah mau melahirkan, biaya makin butuh banyak.

Mertua gue tuh ngandelin suami gue mulu, mereka anggap suami gue tuh aset masa tua mereka yang harus selalu nafkahin mereka. Padahal masih cukup kuat untuk cari uang sendiri.



Beberapa teman dan keluarga pernah curhat tentang kehidupan pernikahan mereka ke saya, ternyata topiknya memang gak pernah jauh-jauh. Dua hal yang paling sering saya dengar tentang keluhan teman dan keluarga ketika sudah memasuki kehidupan rumah tangga: masalah keuangan dan hubungan dengan mertua. Kenapa mereka cerita ke saya? Apa karena kehidupan saya lancar-lancar aja? Oh, tentu tidak! Saya juga masih kesulitan nabung dan beberapa kali gagal pindah rumah karena masalah keuangan. Kalau tentang hubungan dengan mertua, sejauh ini memang baik-baik saja, tapi bukan berarti gak ada masalah. Gak kelihatan aja, mungkin. Karena memang gak pernah besar masalahnya. Ya, kalau intervensi dikit-dikit sih pasti ada, ya. Namanya juga orangtua, beda generasi pula sama kita. Mereka mengklaim pengalamannya lebih banyak dan merasa wajib memberi kita wejangan hidup, meskipun ternyata akan ada banyak perbedaan pendapat, karena banyak faktor juga, sih.

Karena curhatan itu lumayan sering saya dengar, saya jadi pengin bahas satu per satu deh. Ya, anggap aja supaya bisa jadi pengingat kita semua, bahwa kehidupan rumah tangga tuh memang gak seindah cinta-cintaan halal doang, dan bisa juga jadi peringatan ke orang-orang yang baru akan merencanakan pernikahan supaya bisa lebih matang lagi persiapan dan keyakinannya. 




MERTUA VS MENANTU 

Beuh! Kurang horror apa nih subjudul yang dipakai! Hahaha. Tapi ya, percaya gak percaya, suka gak suka, sepakat gak sepakat, memang ini adalah salah satu sumber masalah yang paaaaaling sering dihadapi. Masalah memilih suami/istri mungkin akan lebih mudah meyakinkan diri ya, karena sebelum menikah kita udah melalui masa pengenalan, pendekatan, pemahaman, apalagi berantem-berantem gemes yang katanya bisa bikin makin lengket... yaa, cukup lah ya kayaknya buat ngeyakinin diri kalau dia nih yang akan jadi jodoh kita nih. Eh, pas udah nikah... waduh, gimana nih kalau sampai harus tinggal sama mertua? Atau tinggalnya dekat rumah mertua, atau tinggal di rumah orangtua sendiri dan takut pasangan yang malah gak ngerasa cocok? Ya, wajar. Namanya juga yang tadinya orang asing, tiba-tiba jadi keluarga. Pasti akan beda rasanya dengan yang udah dari bayi tinggal serumah dan diasuh sampai besar dan bisa mandiri. Kebiasaannya pun beda, pemikirannya apalagi. Ada banget orangtua yang masih kolot dan percaya mitos-mitos jaman dulu, ada yang udah fleksibel dan open-minded tapi bawel banget, ada yang masih posesif sama anak padahal udah nikah, ada yang harus terpaksa masih bergantung sama anaknya karena masa tuanya gak punya aset/dana pensiun. Permasalahan ini emang udah paling umum banget. Bahkan, beberapa teman saya ada yang pisah karena bermasalah sama mertuanya. Huhu, sedih sih, tapi kan memang kita gak bisa kontrol orang lain. 

Nah, kalau kebetulan kamu ngerasa dapat mertua yang gak asik, kaku banget, bawel banget, atau adaaaa aja yang bikin gak nyaman... coba dipikir-pikir lagi. Itu udah nyimpen rasa sebelnya berapa lama? Kalau kelamaan memang bakal jadi beban, berat, bahkan hal sepele aja bisa jadi masalah besar. Padahal seharusnya masih bisa dicari jalan keluarnya. Kadang ada yang gak suka dibawelin, jadi kebawa sebel terus-menerus sampai akhirnya gak sadar bahwa mertuanya itu peduli banget, tapi caranya gak sesuai sama yang kita harapkan. Kita gak suka dibawelin, tapi mereka bawel. Ya, kan, gak ada yang salah ya? Kadang ada yang gak suka karena mertuanya kolot, ya mungkin karena akses informasi mereka terhadap ilmu parenting jaman sekarang terbatas, atau malah gaptek. Kalau kita yang bisa kasih edukasi dan mereka bisa paham, malah jadi bagus deh ada bahan diskusi. Kalau mereka gak bisa terima dan tetap masih percaya sama ilmu jaman dulu, ya gapapa. Tarik napas, healing dulu sama diri sendiri, yang penting udah usaha. Pola pikir orang lain gak bisa kita kontrol, jadi lepasin aja bebannya sampai situ. Anggap aja ya kita memang beda pola pikir, tapi urusan anak dan keluarga tetap pegang teguh sama apa yang kita yakini tepat. Kalau mertuanya ternyata gak bisa hidup sendiri dan masih bergantung sama pasangan kita, udah deh emang gak bisa apa-apa lagi selain bantu. Generasi sandwich tuh memang masih banyak terjadi. Yang bisa kita usahakan adalah gimana caranya supaya anak kita nanti saat dewasa gak meneruskan generasi sandwich itu, maka kita harus bisa mandiri saat tua nanti.

Baca juga tentang: Senior Living, Opsi Tempat Tinggal di Masa Tua

Kalau bisa sih ya, masalah sama mertua itu jangan sampai jadi masalah utama yang menyebabkan keretakan rumah tangga. Karena sejujurnya, rumah tangga itu isi intinya hanya suami, istri, dan anak-anak. Mertua, orangtua, saudara lainnya, adalah pelengkap keluarga yang seharusnya bisa kita jaga kerukunannya. Meskipun gak jarang juga ada yang udah gak bisa terima lagi karena masalah dengan mertua terlalu rumit dan gak bisa diperbaiki lagi, mohon maaf banget kalau itu semua di luar pemahaman saya, karena tiap rumah tangga kan memang beda pola pikir untuk memecahkan masalah dan menjaga hubungan ya. Itu sebabnya sejak awal menikah, kita harus utamakan pola pikir dengan pasangan itu dipastikan sejalan tentang apapun; tentang konsep harta, rumah impian, jumlah anak yang direncanakan, cara mendidik anak, jenis sekolah anak, dan rencana masa tua. Semua itu jaaaauh lebih penting disepakati di awal sebelum pernikahan berlangsung. 


MASALAH KEUANGAN 

Hayoloooh, ini juga gak kalah serem, nih. Waktu masih single, uang habis buat nyenengin diri sendiri sih enak aja ya. Seminggu sebelum gajian merintih makan seadanya dan gak bisa hangout juga gak masalah. Tapiii, kalau udah nikah, semua itu akan sangat amat jauh berbeda untuk dijalanin. Siapa yang pegang uang, semua pemasukan mau ditaruh di rekening yang mana, tabungannya pilih apa, simpan investasi di mana aja, semua butuh kesepakatan berdua. Jangan sampai nih ya, amit-amit, punya utang dan gak jujur sama pasangan. Bakal ribet deh dijalaninnya, beneran. Kalau pas pacaran bohong sih mungkin masih bisa ya diakalin. Tapi, kalau udah nikah? Asli, capek banget. Daripada capek bohong kan mending capek jagain tabungan sama-sama. Karena hubungan yang diawali dengan kebohongan itu susah banget dijalaninnya. Kayak ada beban beraaat banget yang dipikul salah satunya, eh yang satunya lagi gak tau apa-apa, tapi nanti kalau udah kesandung dan jatuh banget, bakal ikut kena juga tuh ngerasain sakitnya. Padahal kemarin dia gak tau apa-apa, huhu kasihaaan. 

Pengeluaran rumah tangga juga gak cuma sebatas belanja bulanan dan jajan lucu aja, jangan lupa juga sama jatah orangtua. Nah, pembagian ini nih yang sering jadi kerikil gak keliatan. Tau-tau udah kesandung aja. Idealnya sih, pengeluaran ke orangtua dan mertua itu adil, atau mungkin dilebihkan untuk salah satu pihak, kalau kita masih tinggal bersama mereka. Sebut aja itu uang belanja, dan untuk bantu beli kebutuhan rumah yang masih kita gunakan sama-sama, misalnya tabung gas, listrik, galon, sabun cuci, minyak goreng, dan bumbu-bumbu masak. Tapi, lagi-lagi, harus sesuai kesepakatan ya nominalnya. Di luar itu, kalau ternyata salah satunya ada yang diam-diam nambahin jatah bulanan, ya harus diskusi lagi sama pasangannya. Kebutuhannya untuk apa? Urgent atau gak? Bisa ditunda atau gak? Ini sifatnya pinjaman atau sukarela? Suami/istri harus tahu rinciannya, supaya fair. Supaya gak ada salah satu pihak yang merasa dibohongi. Ya, namanya kesepakatan itu memang perlu tanggung jawab besar. Di luar itu, harus ada diskusi tambahan lagi supaya cash flow gak rusak. Kecuali suami/istri punya pekerjaan sampingan masing-masing yang hasilnya bisa dihabiskan untuk kasih orangtua masing-masing, tanpa merusak cash flow bulanan yang udah disepakati, itu kayaknya juga bisa jadi jalan tengah yang fair menurut saya. 

Saya sendiri dulu pernah ada di posisi jadi generasi sandwich. Saya anak tunggal dan orangtua saya bercerai. Bingung banget apakah saya mampu menafkahi ibu saya saat anak saya udah lahir nanti dengan gaji yang masih segini aja? Ternyata, kekhawatiran itu dijawab sama Tuhan, ibu saya menikah lagi dengan calon suaminya. Seketika merasa beban saya runtuh sebagian, karena merasa terbantu untuk membagikan tanggung jawab itu ke bapak sambung saya. Meskipun begitu, saya tetap memberikan rejeki bulanan semampu saya. Setidaknya, gak seberat dan sebesar dulu waktu ibu saya belum menikah lagi. Lalu, saya harus resign dari pekerjaan saya dan memilih untuk menjadi fulltime mom. Dengan begitu, suami saya yang menjadi satu-satunya pencari nafkah. Kami berdua harus bijak menggunakan uang supaya gak kehabisan.

Baca juga: Ask Yourself, Fulltime Mom or Working Mom?

Saya dan suami sempat mengalami frustasi ketika sadar bahwa dua tahun berturut-turut kami gagal menabung untuk membangun rumah. Rencana itu terus menerus mundur karena uang yang kami kumpulkan tidak pernah cukup. Kami gagal menabung, gagal mengatur keuangan, dan kami masih harus terus berusaha lebih keras lagi. Daripada berdebat siapa yang salah dan benar, kami lebih merasa harus saling bantu lebih banyak lagi agar bisa menekan pengeluaran yang gak penting, supaya kami bisa segera menunaikan cita-cita kami, dan gak menunda lebih lama lagi karena pengalaman gagal ini terus berulang. 

Baru saja tadi siang suami saya bilang, "Bukan mentang-mentang aku yang cari uang, jadi aku merasa paling benar. Bukan mentang-mentang kamu cuma di rumah, jadi aku salahin kamu karena gak bisa jagain uang kita. Pengeluaran kita adalah tanggung jawab kita berdua, bukan cuma salah satunya aja. Jadi, kesalahan itu ya kesalahan kita berdua juga. Daripada harus mencari siapa yang salah dan benar, ya lebih baik kita rencanain lebih matang lagi aja daripada yang kemarin." Uwuuuuu, hampir aja nih gak ketahan air mata haru, bisa-bisanya keluar kata-kata manis kayak gitu dari orang yang sama sekali gak pernah romantis ke istrinya, malah lebih sering annoying hahaha. Saya yakin, dia juga gak sadar tuh kalau omongan dia sebenarnya kedengeran manis banget.

Sekarang, tabungan kami memang masih belum mencapai target, tapi setidaknya, kami sudah mulai berhasil menabung sedikit-sedikit. Kami mulai belajar memiliki investasi, belajar punya aset lain di luar tabungan rekening, dan semua itu masih berproses karena masih sering gagal menahan nafsu untuk jajan. Belum lagi pengeluaran untuk alat elektronik di rumah yang rusak dan maintenance aset kantor suami yang harganya lumayan bikin pusing, hahaha. Kadang harus pinjam dari rekening tabungan dan sisihin lagi dikit-dikit ketika suami udah dapat projek baru. It's okay. Berproses bersama itu lebih indah, bukan merasa tanggung jawab sendiri-sendiri. Begitu pula dengan pekerjaan domestik yang gak selalu jadi tanggung jawab istri, karena suami juga bisa bantu-bantu. Kalau istri senang, pasti suami juga ikutan bangga. 

Masalah rumah tangga apa lagi yang paling sering bikin debat dan jadi beban buat kamu? Yuk coba share dan kasih tau tips-nya juga supaya kita bisa saling belajar. Buat yang belum menikah, bisa banget nih jadi bahan diskusi sama calon suami/istri, bukan malah jadi tambah takut menikah karena kedengeran banyak masalah. Menikah atau gak, masalah itu pasti bakal datang ke kehidupan kita kok. Hehehehe. Sampai jumpa di tulisan berikutnya ya!
Pernah gak sih kepikiran masa tua kita nanti akan kayak apa? Apakah masih tinggal sama anak dan cucu, atau berdua suami aja di hari tua, atau malah masuk ke panti werdha/senior living? Ets, jangan salah. Panti werdha tuh sekarang udah banyak yang bagus dan nyaman, lho. Saya pernah banget sih kepikiran tentang ini, saat orang lain mungkin lebih banyak yang ingin tinggal bersama anak mereka hingga tutup usia. Banyak alasan yang melatarbelakangi keinginan saya untuk menghabiskan masa tua di panti werdha/panti jompo. Tapi, sebelum memutuskan itu, saya dan suami juga pasti punya prioritas cita-cita/impian masa tua kita berdua. Kita memang merencanakannya, tapi dalam prosesnya ternyata gak mudah. Ada beberapa aspek dan kemungkinan lain yang membawa saya pada banyak pilihan untuk menghabiskan masa tua. Makanya, saya kayak mikirin rencana lainnya yang mungkin akan jadi opsi untuk masa tua saya, dan panti werdha/senior living yang nyaman adalah salah satu yang menarik perhatian saya.

https://widyasty.com


MEMUTUSKAN GENERASI SANDWICH 

Saya pernah tahu rasanya menjadi generasi sandwich; generasi yang memiliki tuntutan untuk menjadi tulang punggung keluarga, menafkahi seluruh anggota keluarga, dan akhirnya jadi terpaksa harus merelakan banyak mimpi yang tertunda atau bahkan mungkin gak sanggup dicapai karena memiliki beban ini. Orangtua yang tidak memiliki dana pensiun atau bekal di masa tua, kemungkinan besar akan bergantung pada kemampuan anaknya yang masih sanggup mencari nafkah. Pada akhirnya, si anak jadi harus membagi pendapatannya untuk dirinya sendiri dan juga keluarga. Belum lagi jika si anak sudah menikah. Ia jadi memiliki dua tanggung jawab besar yang akan selalu membayangi hidupnya.

Sumber artikel dari Tirto

Ketika ayah dan ibu saya memutuskan untuk berpisah saat saya lulus kuliah, saya adalah satu-satunya orang yang bekerja dan harus memenuhi kebutuhan ibu saya sehari-hari. Menabung jadi terasa sangat sulit. Apalagi dengan lifestyle yang dulu membuat pengeluaran juga bengkak. Sampai akhirnya, saat saya memutuskan untuk menikah dan punya anak, saya masih terus khawatir dengan kehidupan ibu saya yang kini sendirian, karena saya anak tunggal. Gak disangka-sangka, ibu saya melangsungkan pernikahan keduanya saat anak saya belum lahir. Ini adalah sebuah kondisi di mana saya lumayan bisa bernapas lega, karena saya merasa terbantu oleh tanggung jawab suami baru dari ibu saya. Meskipun saya masih sering memberi uang untuk ibu saya, tapi kebutuhan itu tidak sepenuhnya dibebankan hanya kepada saya sendiri. Apalagi kebutuhan anak akan sangat besar ketika sudah lahir. Ini adalah rencana Tuhan yang gak disangka, ya. Kayak kekhawatiran apapun tuh semua sudah ada jawabannya di waktu yang tepat hehe. 

Saya gak mau Biandul merasakan beban yang sama ketika ia dewasa nanti. Saya gak mau hidup hanya bergantung dari penghasilan anak ketika saya udah memasuki usia non produktif dan tidak mampu lagi bekerja dan menghasilkan uang. Solusinya? Saya harus punya tabungan masa tua. Saya juga harus mulai merencanakan rumah masa tua, dan kebutuhan apa saja di dalamnya. Saya sudah harus merasa cukup dengan apa yang saya punya saat usia dewasa, supaya di masa tua nanti, saya sudah puas dengan segala yang pernah saya raih. Saya gak mau Biandul jadi generasi sandwich, seperti yang sudah pernah saya lalui. Semua kondisi itu harus segera diputus, agar tidak menjadi siklus buruk turun temurun.

Baca juga: Menanam Nilai Kebaikan


RENCANA MASA TUA

Saya dan suami pernah sepakat ingin menghabiskan masa tua di tempat yang tenang, sejuk, tidak terlalu ramai seperti ibukota, dan kita bisa melakukan apapun yang kita suka di rumah kita. Entah itu bercocok tanam, memiliki peliharaan, menanam bunga, menjahit, atau bahkan beternak. Kita masih belum tahu, apa saja yang akan mampu kita lakukan. Tapi, selagi masih punya waktu, saya mau belajar banyak hal. Saya mau menyukai banyak hal. Saya mau menguasai banyak hal. Saya mau masa tua saya tidak membosankan. Saya dan suami juga butuh merencanakan di mana kami akan membangun rumah masa tua. Rumah yang mungkin hanya saya dan suami yang menempatinya berdua setelah Biandul berkeluarga dan hidup mandiri. Hmm, kira-kira di mana ya tempat yang tenang dan nyaman untuk menghabiskan masa tua?

Dan, satu lagi, jangan lupa menabung. Dana pensiun adalah satu hal penting yang wajib dimiliki. Harta ini bisa berupa uang, investasi di reksadana, saham, atau emas. Bisa juga berupa asuransi. Tentunya, semua ini harus dimulai sedikit demi sedikit, sesuai kemampuan kami, untuk bisa menjadi bekal di hari tua dan gak merepotkan anak. 


MENETAP DI PANTI WERDHA/SENIOR LIVING

Entah sudah berapa lama saya punya pemikiran ini. Tapi, saya punya banyak hal yang selalu dipikirkan, dan mungkin opsi ini akan jadi salah satu opsi yang saya simpan paling terakhir.

Ketika sudah tua, entah saya atau suami yang meninggal dunia lebih dulu, kita semua gak pernah ada yang tahu. Kemungkinan terburuk lainnya pun masih sangat bisa terjadi; seperti sakit keras, kecelakaan yang menyebabkan kecacatan, perceraian, kemungkinan itu semua gak bisa saya duga datangnya, meskipun saya gak pernah berharap salah satunya kejadian di keluarga saya. Tapi, akan selalu ada banyak kemungkinan yang terjadi dalam hidup. Kita hanya harus terus berusaha bersiap, gak menyangkal, karena hidup memang penuh kejutan!

Jika ternyata saya harus menghabiskan masa tua sendirian tanpa suami, saya lebih merasa nyaman jika saya berada di tempat yang terjamin. Saya gak pernah merasa anak saya adalah anak durhaka jika memasukkan orangtuanya ke panti werdha. Tempat ini, bagi saya, hanya semacam kontrakan bagi orang-orang lansia, yang di dalamnya ada banyak kegiatan bersama, ada para pekerja yang bisa membantu kita, dan tentunya kita gak akan merasa membebani anak. Ketika anak sudah berkeluarga, mereka juga punya kehidupan impian yang akan mereka raih, dan tentunya belum tentu akan bisa bercampur dengan visi kita sebagai orangtua dan orang tua (jika kamu belum tahu, perbedaan definisinya; orangtua adalah ibu dan ayah kandung, sedangkan orang tua adalah orang yang sudah berusia tua). Saya akan sangat memaklumi hal itu, karena saya pernah tahu rasanya menjadi anak yang sudah berkeluarga.

Baca juga: Masalah Pernikahan yang Paling Sering Dikeluhkan

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/22/19261901/bukan-panti-jompo-ada-rusun-khusus-lansia-di-cibubur?page=all
Sasana Tresna Werdha (STW) RIA Pembangunan, rusun khusus lansia di Cibubur.


https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-4725913/senior-living-dkhayangan-jababeka-hunian-yang-nyaman-untuk-lansia
D'Khayangan Jababeka Senior Living, Cikarang 

Entah belasan tahun dari sekarang, apakah pikiran saya ini bisa berubah atau gak, kita liat aja nanti hehe. 


SUDUT PANDANG ANAK VS ORANGTUA 

Sebagai anak yang sudah berkeluarga, saya punya sudut pandang yang sangat relevan, karena saya sedang berada di fase ini. Saya dan keluarga kecil saya belum memiliki rumah pribadi, dan masih akan berusaha memilikinya. Sementara, saya masih tinggal bersama orangtua dari suami saya. Selama beberapa tahun saya tinggal di sini, ada banyak perasaan bahwa saya selalu memimpikan rumah sendiri, karena semua kontrol akan ada di tangan saya. Gak perlu ada yang namanya sungkan, gak perlu takut berbeda pendapat, gak perlu takut merasa dihakimi karena value saya berbeda dengan value keluarga suami saya. Kenyataannya, keluarga suami saya sangat menerima saya dengan baik di sini. Saya gak dibedakan sebagai anak menantu, dan bahkan kerap dibantu dengan berbagai urusan. Tapi, memang tetap kehidupan yang paling ideal ketika sudah berumah tangga adalah kehidupan yang mandiri tanpa campur tangan orangtua. Dengan begitu, saya dan keluarga jadi lebih bisa merasa punya tanggung jawab besar terhadap rumah kami sendiri; kami harus merawatnya, mengurusnya, dan menjaganya terus. Kami gak akan lagi merasa bisa mengandalkan orang lain untuk mengurus area rumah yang bermasalah. Rumah kami adalah sepenuhnya tanggung jawab kami. 

Mengapa gak tinggal di rumah orangtua saya? Saya menduga akan lebih buruk dari bayangan saya sendiri. Sewaktu belum menikah, saya adalah tuan putri di rumah. Segala sesuatu sudah disiapkan dan terima jadi. Wah, gak kebayang kalau terus-terusan keenakan begitu di rumah ibu saya. Bisa-bisa, saya jadi pemalas dan malah gak belajar berumah tangga sendiri karena mengandalkan ibu saya terus. Lumayan kurang ajar sih itu namanya, hahaha. Makanya, keputusan saya untuk pisah rumah dengan ibu saya, adalah untuk membentuk kemandirian saya atas tanggung jawab saya menjadi istri, ibu, dan diri saya sendiri.

Jadi, keinginan untuk berkehidupan mandiri dan lepas dari orangtua saat sudah berkeluarga memang menjadi impian besar saya. Bukan karena gak mau tinggal sama orangtua, hanya saja lebih merasa nyaman jika bisa tinggal di rumah sendiri.

Ketika nanti saya menjadi orangtua dan anak saya sudah beranjak dewasa, saya mungkin akan mengingat-ingat sudut pandang saya, yang mungkin juga akan dirasakan oleh anak/menantu saya kelak. Ketika mereka lebih memilih untuk mandiri dan pisah rumah, ya saya akan sangat menghargai keputusan mereka. Meskipun kelihatannya akan lebih seru jika bisa serumah dengan anak, menantu, dan cucu, tapi keputusan seseorang yang sudah berumah tangga gak seharusnya terbebani oleh kondisi orangtua yang gak mampu menjalani masa tuanya sendirian. Keputusan mereka juga gak seharusnya dicampuri oleh keputusan kami sebagai orangtua, hanya karena gak mau pisah sama anak. Ya, siklus kehidupan memang begitu, bukan? Mereka juga kelak akan jadi orangtua dan memikirkan tentang hal ini di kemudian hari. Dan kita, hanya akan bisa berpuas diri, ketika semua harapan telah sesuai dengan rencana kita. Kita juga sudah bisa berdamai dengan segala kemungkinan dan rahasia hidup yang sewaktu-waktu datangnya mengejutkan.

Gak ada yang salah dengan pilihan seseorang; ketika ingin hidup mandiri dan memisahkan diri dari orangtua, atau masih akan tetap tinggal bersama orangtua meskipun sudah berkeluarga. Semua keputusan kan kembali lagi ke keadaan yang harus dilalui, tanggung jawab yang dipikul, dan kondisi masing-masing. Yang pasti, kita semua mengharapkan kehidupan yang paling terbaik bagi semua pihak sehingga gak akan ada lagi yang merasa terbebani dan menjadi konflik di kemudian hari.

Semoga hari tua kita masih akan selalu menyenangkan, bahkan lebih menyenangkan daripada hari ini, saat kita berandai-andai tentang segala hal yang belum sampai pada masanya. Apa rencana masa tuamu yang pernah terlintas dalam pikiranmu?
Hari ini, kita sudah memasuki hari ke-17 puasa. Tapi, pasti udah banyak deh dari kita yang bolong-bolong, hehe. Perempuan yang masih mengalami siklus menstruasi pasti akan ada waktunya "libur" berpuasa. Gak sampai di situ aja, nih. Selain itu, kondisi badan yang gak fit juga bisa jadi penghalang kita berpuasa. Belum lagi kalau masih punya anak kecil. Duh, kadang ngurus anak nih kan butuh kesabaran ekstra ya, gak cuma menahan haus dan lapar, tapi kita juga harus menahan emosi. Kalau udah kecapean, akhirnya badan nge-drop deh, terus sakit dan batal puasa. Huhu, semoga yang sakit bisa cepat dipulihkan dan dilancarkan lagi puasanya ya, Moms!

Selama bulan puasa, aktivitas Biandul tetap seperti biasanya. Saya menemaninya main, kadang juga mengajaknya berjalan-jalan pagi atau sore agar bisa menghirup udara segar sambil olahraga kecil. Walaupun agak capek, ternyata puasa saya tetap lancar. Karena menurut saya, aktivitas fisik yang sederhana tetap dibutuhkan, apalagi seusia Biandul gak mungkin mau dibiarkan diam lama-lama. Jadi, saya harus jaga daya tahan tubuh agar tetap fit nih supaya bisa tetap nemenin Biandul jalan-jalan dan main. Konsumsi suplemen juga menjadi salah satu cara yang saya dan keluarga pilih untuk menjaga tubuh tetap fit dan jarang sakit. Apalagi sistem imun anak-anak juga masih berkembang. Kadang sebulan bisa dua kali flu, kadang malah berbulan-bulan gak sakit, tapi sekalinya udah sakit flu/batuk ya lumayan lama pulihnya. Hmm, sakit flu di masa pandemi gini? Bikin gak tenaaang. Makanya mending jaga imun tubuh aja deh daripada susah nyembuhin penyakitnya.

Baca juga: Biandra jalan-jalan ke Sea World

https://www.widyasty.com/2021/02/parent-life-menanam-nilai-kebaikan.html
Jalan-jalan pagi keliling komplek

Ngomong-ngomong tentang imun/daya tahan tubuh, siang hari ini saya baru aja selesai ikut virtual event via Zoom bareng Stimuno & Mommies Daily, bersama Dokter Shafira Ninditya. Pembahasannya seru dan penting banget loh tentang cara menjaga imunitas tubuh. Apalagi menjelang Idul Fitri begini, kita harus menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit saat silaturahmi ke keluarga dan saudara di hari Lebaran nanti. Kalau imun tubuh kuat untuk berperang melawan penyakit di tubuh, pasti kita jadi gak gampang sakit, puasa juga jadi lancar jaya. Dari penuturan Dokter Ira, ada tanda-tanda imun tubuh sedang melemah, contohnya saat kita ngerasa gak enak badan dan lemas. Itu ciri-ciri bahwa imun kita lagi menurun, itu adalah rambu kuning yang diberikan tubuh, alias warning! Kalau gak dijaga baik-baik, pada akhirnya tubuh akan memberikan rambu merah alias gawat terhadap kondisi tubuh. Kita udah jatuh sakit dan butuh pengobatan untuk memulihkannya lagi.


PENYEBAB IMUN MELEMAH DAN KENA PENYAKIT

Saat imun kita melemah, penyakit dapat lebih mudah menyerang tubuh. Akhirnya kita jadi gak berdaya deh. Kita butuh vitamin, obat-obatan, dan waktu untuk pemulihan sampai akhirnya penyakit kita hilang. Nah, apa sih yang bikin kita jadi gampang sakit? Dokter Ira menyebutkan beberapa hal, di antaranya:
  • Stressful life: energi yang dikeluarkan banyak, tetapi nutrisi yang masuk ke tubuh tidak cukup. Misalnya harus mengurus anak, pekerjaan banyak dan lembur terus, kurang istirahat, banyak pikiran, tapi makanan yang kita konsumsi tidak memiliki nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Akhirnya imun kita juga gak bisa bekerja dengan baik untuk melawan penyakit.
  • Intake yang diperlukan tubuh tidak tercapai: misalnya tidur tidak cukup, dehidrasi, makanan yang tidak sehat, dll.


CARA MENJAGA IMUNITAS TUBUH

Agar daya tahan tubuh kita dapat bekerja dengan baik, kita juga harus membantunya dong dengan melakukan hal-hal yang dibutuhkan tubuh. Misalnya:
  • Konsumsi buah dan sayur yang bervariasi setiap harinya.
  • Menjaga hidrasi tubuh dengan minum air mineral 2 liter per hari.
  • Tidur yang cukup selama 7-8 jam per hari.
  • Jaga higienitas diri dengan cara sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  • Melakukan olahraga/aktivitas fisik setiap harinya. Ets, tapi bebersih rumah tuh bukan termasuk aktivitas fisik ya, meskipun kita berkeringan dan merasakan lelah. 
Nah, kebetulan juga, kemarin saya dikirimin hampers Stimuno banyak bangetttt. Saya senang banget sih karena stok suplemen saya nih lagi abis. Saya dikasih dua packs Stimuno Forte untuk dewasa, dan tiga packs Stimuno sirup untuk anak dengan rasa yang berbeda; original, orange berry, dan anggur. Biandul belum cobain nih, tapi kayaknya enak deh rasanya. Sebelumnya, saya belum pernah mengonsumsi Stimuno, tapi setelah tahu bahwa bahan-bahan Stimuno Forte adalah 100% herbal, saya jadi tertarik banget mau coba.

https://sahabatdexa.com/stimuno

Perlu diingat bahwa suplemen bukan dikonsumsi sebagai pengganti nutrisi dari makanan ya, suplemen hanya berfungsi sebagai pelengkap dan penguat sistem imun. Jadi, tetap penting untuk memerhatikan isi piring yang setiap hari kita konsumsi. Dokter Ira juga sempat mention tentang My Healthy Plate, untuk tahu informasi nutrisi apa saja yang paling baik untuk disajikan setiap hari. Boleh loh googling kalau mau tahu lengkapnya. 😅



KEUNGGULAN STIMUNO

Setelah ikut Zoom meeting tadi, ternyata saya baru tahu kalau Stimuno ini udah punya izin edar berstandar fitofarmaka dari BPOM, artinya semua bahan-bahannya telah melalui tahap uji praklinis (terhadap hewan) dan uji klinis (terhadap manusia). Fitofarmaka ini standar tertinggi dari BPOM untuk produk obat-obatan setelah Jamu/Obat Tradisional dan Obat Herbal Terstandar (OHT). Jadi, Stimuno aman banget digunakan setiap hari, kecuali untuk ibu hamil dan menyusui, karena tidak disarankan. Bahan-bahan Stimuno ini juga 100% herbal dari ekstrak meniran. Stimuno juga dapat berfungsi sebagai imunomodulator, artinya memiliki zat yang dapat bekerja dalam tubuh untuk mencegah penyakit menular, seperti infeksi atau virus Covid-19. Tapi, Stimuno ini bukan obat lho ya. Stimuno dapat dikonsumsi berbarengan dengan obat-obatan, tapi kembali lagi harus sesuai dengan saran dan petunjuk dokter masing-masing. Stimuno juga bukan pengganti nutrisi makanan sehat. Stimuno berperan sebagai suplemen pendukung/tambahan nilai gizi, serta penguat imun agar tubuh dapat tetap menjalankan mekanisme imun yang berperang melawan penyakit di dalam tubuh. 


Melalui event siang ini juga saya baru tahu perbedaan vitamin dan suplemen, lho! Hahaha. Sebelumnya, saya kira semua sama saja. Fungsinya sama-sama untuk menjaga tubuh agar gak mudah sakit. Tapi, Dokter Ira menjelaskan bahwa ada perbedaan antara suplemen dan vitamin. Suplemen adalah produk yang dapat menambah nilai gizi pada makanan. Fungsinya adalah sebagai pendamping makanan, bukan pengganti. Sedangkan vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh, yang didapat dari makanan/suplemen, karena tubuh gak mampu memproduksi vitamin sendiri. Jadi, vitamin bisa disebut suplemen, tapi suplemen bukan termasuk vitamin. Hmm, awalnya agak bingung mencernanya, tapi paham juga dengan sendirinya setelah baca ulang catatannya, haha. Jadi, setelah ini, bisa lebih diperhatikan lagi sebelum membeli suplemen untuk dikonsumsi keluarga, nih. Karena kita harus memilih suplemen yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.


KAPAN SEBAIKNYA STIMUNO DIKONSUMSI?

Stimuno baik dikonsumsi setiap hari. Jika sedang sehat, Mommies boleh konsumsi 1x sehari saja. Tapi, jika sedang sakit, Mommies boleh menambahkan dosis hingga 3x sehari. 


TIPS LEBARAN BERSAMA KELUARGA

Sebagai penutup dari event hari ini, Dokter Ira dan Mbak Firda selaku Brand Manager dari Stimuno memberikan tips Lebaran bersama keluarga. Dokter Ira tetap menyarankan protokol kesehatan dan 3M; mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak. Selain itu, jangan lupa juga untuk selalu membawa hand sanitizer ke mana-mana. Mbak Firda menambahkan, bahwa kita harus mempersiapkan tubuh agar tetap yg fit sebelum berencana berkumpul bersama keluarga saat Lebaran. Jangan sampai saat Lebaran kita sakit dan tetap memaksakan bertemu dengan orang lain lalu menularkan penyakit yang kita bawa. Jadi, mulai hari ini, coba perhatikan asupan nutrisi kita agar daya tahan tubuh kita kuat, dan jangan lupa minum Stimuno setiap hari yuk, Mommies, sehingga ketika Lebaran tiba nanti, tubuh kita tetap sehat untuk bertemu keluarga besar. 😊
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes