Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Pekerjaan rumah apa yang paaaaling bikin kamu semangat dan paling gak suka nih, teman-teman? Hmm... kalau saya sih paling suka cuci-cuci; entah cuci piring, cuci baju, cuci sepatu & sendal, bahkan cuciin sampah kemasan yang bakal dikirim ke bank sampah, hehe. Pokoknya yang berhubungan sama air-air, saya suka banget deh. Termasuk ngepel rumah dan bersihin kamar mandi. Makanya di rumah saya selalu berjejer banyak tuh pembersih rumah tangga yang sering saya pakai.

Sebaliknya, yang paling saya gak suka tuh nyetrika. Percaya gak percaya, nih. Kebanyakan teman-teman saya pun setuju, kalau nyetrika itu kegiatan paling gak disukai. Jadi, saya paling sering nyetrika baju-baju untuk bepergian dan yang paling gampang kusut aja. Sisanya, baju rumahan dan kaos biasa ya cuma disemprot pewangi aja terus langsung masuk lemari 😅.

Anyway, masih berkaitan tentang kegiatan bebersih rumah, saya lagi berpetualang mencari produk pembersih rumah tangga yang aman untuk digunakan dan ampuh menghilangkan kerak dan kotoran, khususnya untuk membersihkan kamar mandi. Soalnya, produk yang saya pakai sekarang tuh tajem banget, mulai dari baunya, terus efek di tangan juga kalau kena cairannya langsung sakit, belum lagi bikin sesak napas dan batuk-batuk, makanya saya gak lupa pakai masker supaya gak ikut menghirup bau cairan pembersihnya itu. Emang sih, bisa cepettt banget ngilangin kerak dan noda di kamar mandi, tapi kalau dipakai jangka panjang kan takutnya bahaya juga buat saya yang sering terpapar bahan kimianya.

Dulu, saya pernah pakai bubuk citrun untuk membersihkan kerak di ember dan bak mandi, tapi harus didiemin lamaaa dulu. Dan kadang, saya jadi keburu lupa kalau harus ditinggal. Pernah juga pakai larutan eco-enzyme, tapi kan panennya harus tiga bulan ya, dan saya masih belum rajin bikin eco-enzyme sendiri. Akhirnya stop bikin eco-enzyme dan balik lagi pakai produk pembersih yang dijual di pasaran.

https://widyasty.com

BAHAN BERBAHAYA YANG MUNGKIN ADA DALAM PRODUK PEMBERSIH RUMAH TANGGA

Sebagai seorang ibu yang masih memiliki anak kecil, sebenarnya agak takut juga kalau harus menyimpan produk pembersih rumah tangga yang gak aman di rumah. Apalagi, kalau saya lagi bebersih, kadang Biandul suka pengin ikutan juga. Kan gak mungkin saya bolehin pegang cairan pembersih yang bahannya tajam banget itu.

Berikut ini adalah beberapa bahan berbahaya yang sering terkandung dalam produk pembersih rumah tangga, dan efek buruknya jika kita sering terpapar.

https://widyasty.com

Sebenarnya, masih banyak lagi bahan berbahaya yang terkandung dalam produk pembersih rumah tangga yang biasa kita gunakan. Mungkin, efeknya gak kita rasakan langsung sekarang, tapi ada juga yang memiliki kulit sensitif langsung merasakan efek iritasinya atau bahkan merasa panas di kulit setiap menggunakan produk-produk tersebut.

Sekarang ini, banyak juga opsi lain untuk mengganti produk pembersih tersebut ke bahan yang lebih aman untuk tubuh dan bumi, seperti salah satunya adalah sabun lerak. Dulu, saya pernah mencoba membuat sabun lerak sendiri, tapi saya gak nyaman sama baunya. Jadi, saya stop bereksperimen. Ah, ya, saya memang masih banyak gagalnya dalam beralih ke produk-produk buatan sendiri yang menggunakan bahan alami 100%. Mungkin lebih ke belum terbiasa dalam beradaptasi ya.


CIRI-CIRI PRODUK PEMBERSIH RUMAH TANGGA YANG AMAN

Jika kamu masih belum sanggup untuk beralih ke bahan pembersih rumah tangga yang 100% alami dan sustainable, setidaknya cobalah untuk mengenal bahan-bahan kimia yang berbahaya tadi dan melihat komposisinya dulu sebelum membeli produk pembersih rumah tangga. Produk dengan bahan yang aman gak akan membuat kulit kita cepat kering dan iritasi, juga akan aman jika tersentuh oleh anak-anak.

Biasanya, dalam kemasan juga tertulis komposisi dengan jelas, seperti bebas alkohol dan SLS, halal, dan telah terdaftar BPOM sebagai produk pembersih rumah tangga yang aman. Jika mau memilih produk pembersih rumah tangga yang ramah lingkungan, kamu bisa juga berbelanja di toko resmi online yang khusus menjual produk-produk sustainable, yang biasanya menggunakan bahan alami.


ALASAN MENCARI PRODUK PEMBERSIH RUMAH TANGGA YANG AMAN

Selain karena alasan kesehatan dan demi ramah anak, saya juga sedang berusaha menjalani hidup minim sampah. Selain mengurangi sampah, konsep hidup tersebut juga mengenalkan saya untuk menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan. Tapi, buat saya pribadi, membuat cairan pembersih sendiri dari bahan alami lumayan menyita banyak waktu, dan saya masih belum sanggup melakukan eksperimen tersebut, sehingga saya masih memilih untuk membeli produk jadi dan tinggal pakai aja.

Sejauh ini, meskipun masih memakai produk pasaran, tapi saya udah berusaha untuk mengurangi plastiknya dengan cara berbelanja melalui Siklus. Ulasannya pernah saya tulis di sini: Mengatasi Sampah Kemasan dengan Layanan Isi Ulang.

Baca juga: Pengalaman Menggunakan Menstrual Pad

Lalu, suatu hari, ada satu produk pembersih yang mengenalkan diri ke DM Instagram saya. Mereka klaim bahwa produk mereka itu ramah lingkungan dan tanpa kemasan plastik. Wah, saya langsung amazed. Apakah ada bisikan angin yang lewat di depan merekasehingga mereka menemukan kontak saya dan seakan memberitahu, bahwa "Sstt... udah, jangan bingung lagi. Sekarang ada kita yang akan membantu segala kesulitanmu!"

Gak pakai pikir panjang, saya mau lah coba. Kenapa enggak? Yakan... yakan.


SENORMAL, INOVASI BARU TABLET PEMBERSIH YANG SUSTAINABLE

Awal saya cari tahu tentang produk pembersih ini, satu yang menarik perhatian saya adalah: bentuknya tablet. Yap. Effervescent. Lucu banget. Selama ini saya tahunya cuma suplemen penguat tulang doang tuh yang kayak gitu, hihi. Ini juga yang jadi poin plus mereka dibanding produk lain. Dengan kemasan yang bisa didaur ulang dan simple, Senormal mencoba untuk mengubah banyak hal menjadi lebih ringkas.

View this post on Instagram

A post shared by Senormal (@senormal_)


Kita yang biasanya belanja cairan pembersih di dalam botol atau kemasan plastik, pasti repot karena bawanya berat dan makan tempat ketika disimpan di rumah. Tapi, dengan tablet Senormal, semua jadi ringkas karena satu tablet kecil bisa jadi 500ml cairan pembersih setelah dilarutkan! Wow... udah naksir dan penasaran belum? Yuk, lanjut!

Saat saya pengin beralih dan cari produk pembersih rumah tangga yang aman, problem saya adalah sebagai berikut:
  • Bahan kimianya sangat keras >> Senormal klaim bahwa produknya parabens free, chlorine free, ammonia free, phosphate fee, harsh petrochemicals free, vegan friendly, dan naturally derived ingredients.
  • Sampah botolnya banyak, boros dan cepat habis >> Senormal gak memakai kemasan plastik sekali pakai, dan kemasannya bisa didaur ulang. Botolnya pun reusable. 500ml tuh sebulan dipakai berkali-kali aja belum habis.
  • Takut kepegang anak karena bahaya >> Senormal klaim bahwa produknya baby & pet friendly. Cairannya pun gak panas ketika tersentuh tangan. Wanginya gak menyengat, bahkan hampir gak kecium.
  • Belanjanya berat karena botolnya besar >> Senormal berbentuk tablet effervescent yang keciiil banget jadi super ringkas, bisa dibeli online dan rempong-less, hehehe.
Segitu banyaknya kemampuan Senormal dalam memenuhi kebutuhan saya selama ini. Gimana saya gak seneng banget, bisa tiba-tiba kenal dengan produk ini.


VARIAN SENORMAL

Nah, Senormal ini sebetulnya tablet pembersih all in one. Tapi, mereka punya tiga varian yang berbeda sesuai dengan fungsinya.
  • Multi-Surface Cleaner
Nah ini yang paling boros karena super berguna buat membersihkan apapun. Meja kerja suami, meja makan, permukaan kompor, laci dan rak sepatu, bahkan saya pakai untuk bersihin keyboard aja bisa bersih banget hasilnya, loh. Tinggal semprot aja lalu lap pakai kain kering dan bersih.
  • Glass & Mirror Cleaner
Ini khusus untuk kaca/cermin. Jadi awet banget pemakaiannya karena bersihin cermin & kaca kan gak sering banget.
  • Bathroom Cleaner
Saya gunakan untuk membersihkan semua permukaan kamar mandi. Mulai dari dinding keramik, rak tempat sabun dll, juga bak mandi. Cukup disemprot di area yang kotor, tunggu sebentar kalau noda/keraknya lumayan bandel, terus sikatin deh. Auto kincloooongg!

 

https://widyasty.com

Oiya, mereka juga jual sepaket dengan botol spray-nya loh. Jadi, kalau awal pembelian kamu butuh botol spray-nya juga, bisa beli yang bundling aja. Selanjutnya, beli refill tabletnya aja karena botolnya reusable. Tinggal isi airnya terus larutkan deh.

Kemarin saya coba larutkan sih butuh 30 menitan untuk sampai benar-benar larut dan habis tabletnya. Kalau dilihat dari tips yang ditulis di Instagram @senormal_, mereka suggest jangan ditutup dulu botolnya sampai tabletnya benar-benar larut.


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SENORMAL

Sejauh ini, saya udah coba pakai Senormal untuk bebersih rumah selama sebulan terakhir, terutama ketika deep cleaning. Kesan saya dalam menggunakan Senormal adalah happyyy! Hasilnya cukup bersih, paling kalau nodanya agak banyak dan bandel perlu didiamkan dulu beberapa menit baru disikat/dielap. Khusus untuk membersihkan permukaan kompor yang banyak minyaknya, saya butuh mengulang 2 kali sampai benar-benar bersih.

Harganya juga masih standar, kok. Gak mahal tapi gak murah juga. Dengan tablet sekecil itu dan bisa dilarutkan dalam 500ml air, ya termasuk hemat banget. Estimasi saya baru akan habis setelah 3 bulan pemakaian, tapi kalau benda yang dibersihkan banyak banget atau rumahnya lumayan luas sih mungkin bisa kurang dari itu.

https://widyasty.com
Harga produk Senormal, Rp60,000 udah dapat dua tablet. Bisa dipakai berbulan-bulan.

Kekurangannya adalah botol rilisan pertama itu sering bocor di ujung spray-nya. Lalu tuasnya suka macet kalau dipencet. Botolnya pun terlalu gendut dan agak susah dipegang satu tangan. Tapi, sekarang Senormal sudah launching botol baru yang lebih ramping. Mungkin karena sudah banyak yang komplain tentang botolnya yang sering bermasalah, jadi mereka mendengar keluhan itu dan langsung melakukan perubahan. Good job!

Selain terkait botolnya yang suka macet dan bocor, saya rasa produknya masih belum bermasalah. Oiya, saya kurang tahu Senormal ini tahan berapa lama jika sudah dilarutkan, karena saya baru pakai sebulanan dan isinya pun masih banyak. Kalau saya amati sebulan ini, gak ada perubahan warna atau baunya sih. Semoga bisa awet berbulan-bulan yaaah.

Nah, sekarang udah tertarik mau purchase Senormal belum? Kamu bisa langsung beli di toko resminya:
  • Shopee Senormal
  • Tokopedia Senormal
Kalau masih mau kepo dan baca-baca info lengkapnya lagi, silakan berkunjung ke Instagram @senormal_ atau website-nya senormal.com. Oiya, jangan lupa pilah kemasannya dan kirim ke dropbox manajemen sampah ya, supaya bisa didaur ulang! 😉
Bohong rasanya kalau menjalani hidup minim sampah itu mudah, apalagi di zaman serba irit tenaga dan praktis, apapun mau pilih yang lebih mudah, hingga akhirnya gak peduli jika harus menambah sampah. Misalnya malas masak, akhirnya beli makanan online. Malas belanja langsung ke toko, akhirnya belanja online, yang mana kemasan packaging-nya jadi lebih tebal dan banyak, dan kemudian berakhir menjadi sampah plastik yang gak bisa terurai, lebih milih pembalut sekali pakai yang tinggal buang daripada menspad/menscup yang harus dicuci dan dikeringkan setiap ganti pembalut, belanja kebutuhan rumah di mini market/pasar tanpa membawa tas belanja sendiri sehingga harus pakai plastik, dan masih banyak lainnya.

Baca juga: Pengalaman Menggunakan Menspad

Saya sendiri gak menyangka bahwa salah satu musuh terbesar selama belajar hidup minim sampah itu adalah MALAS. Malas pisahin sampahnya, malas cuci bekas kemasannya, malas cari bank sampahnya karena ternyata di deket rumah saya belum banyak bank sampah yang mau terima sampah kemasan rumah tangga. Ya, mentok-mentok sih emang kirim aja ke Waste4Change atau tempat lain yang menerima kiriman sampah kemasan. Yang belum pernah bisa saya coba juga adalah bikin kompos dari semua sisa sampah organik. Jadi ya kebuang aja deh di tempat sampah yang setiap harinya diangkut sama petugas kebersihan. Semoga ke depannya semakin tinggi semangat dan komitmennya untuk belajar hidup lebih baik lagi.

https://www.siklus.com/
Sumber image: website Siklus Refill
Nahhh, ngomong-ngomong tentang mengurangi sampah kemasan, setahun terakhir ini saya tertarik banget sama salah satu cara belanja baru, yaitu layanan refill alias isi ulang. Awalnya, saya tahu dari Instagram tentang bulkstore, yaitu beli bahan makanan dengan cara isi ulang di tokonya dan membawa wadah sendiri, sehingga kita gak akan pakai plastik kemasan apapun. Saya sendiri akhirnya nyobain datang ke dua tempat bulkstore terdekat dari rumah ibu saya di Jakarta Selatan. Rasa penasaran saya akhirnya terbayarkan setelah coba belanja di sana. Experience belanja dengan wadah sendiri itu memang menyenangkan, meskipun harus repot dulu sedikit. Tapi, sayangnya, di dekat rumah saya belum ada toko seperti itu. Jadi, saya tetap masih belanja ke pasar untuk stok bahan masakan dan makanan huhu.

View this post on Instagram

A post shared by ASTY (@astyipw)


Setelah itu, beberapa bulan terakhir ini, muncul lagi konsep belanja isi ulang yang baru. Kalau bulkstore itu lebih banyak ke kebutuhan makanan dan dapur, kali ini yang disediakan adalah berupa kebutuhan rumah tangga yang bersifat lebih general dan gak untuk dikonsumsi, seperti misalnya sabun, deterjen, softener, pembersih lantai, dan sebagainya. Kalau bulkstore itu sifatnya lebih ke offline dan kita harus datang sendiri membawa wadah, kali ini bisa delivery dan kita tinggal tunggu di rumah aja. Irit tenaga, irit waktu, dan irit sampah kemasan kan, Bun? Hehehe.

Baca juga pengalaman saya tentang Mengurangi Sampah Makanan

Udah bisa nebak belum?
Yap, 1000000 point buat kamu yang udah pernah kenal sama Siklus Refill! Layanan isi ulang ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi sampah kemasan dan sachet yang dihasilkan kalau kamu belanja di toko biasa. Meskipun produk-produknya masih terbatas, kabarnya Siklus Refill akan terus menambahkan daftar produk yang bekerjasama dengan mereka, lho!

Cara pesannya juga gampang banget. Kalau kamu pengguna Android, mereka udah punya aplikasi yang bisa di-download dan kamu bisa pesan belanjaan kamu di aplikasi tersebut. Nantinya, akan ada motoris yang datang ke rumahmu membawa semua pesanan kamu dalam jumlah banyak, dan kita tinggal siapin wadah kosong aja untuk diisi ulang. Bayarnya juga bisa transfer, cash, atau pakai berbagai jenis uang elektronik yang ada. Kalau di iPhone, aplikasinya belum ada nih. Jadi, kamu harus chat sendiri ke operator Siklus Refill, tulis list belanjaan kamu untuk didata, lalu tinggal tunggu deh pesanan kamu diantar.

Ini contoh list belanjaan saya kemarin
Oiya, selain layanan antar ke rumah, Siklus Refill juga tersedia di beberapa warung, lho. Tapi, untuk saat ini, kayaknya lokasi warungnya masih sedikit juga deh. Nah, coba siapa tahu kamu punya warung dan mau coba apply sebagai agen Siklus Refill, siapa tahu bisa ajak semua tetangga sekitar untuk mulai belanja isi ulang. Saya bakal senang banget sih kalau Siklus Refill bisa tersedia di warung dekat rumah saya hehehe.




Kalau kamu gak punya wadah kosong, kamu juga bisa beli di Siklus Refill, harganya murah-murah banget kok. Bisa dipakai lagi untuk isi ulang berikutnya kalau udah habis. Ada tiga jenis wadah yang disediakan; wadah storage besar dengan ukuran 1,6L dan 2,2L, wadah botol pump dengan ukuran 100ml dan 500ml, dan wadah jeriken dengan ukuran 1L, 2L, dan 5L.

Kemarin pertama kalinya saya coba order karena kebetulan beberapa stok di rumah saya udah habis. Saya juga mengajak ibu mertua dan adik ipar untuk pesan bareng sekalian. Harga produknya relatif murah, walaupun ada beberapa produk yang harganya sama aja kayak di mini market, tapi mereka selalu meng-update harganya di Instagram Siklus Refill. Jadi, kamu bisa rutin cek harganya dulu sebelum mulai pesan untuk bisa dapat harga terbaru.

Ini motoris yang datang ke rumah saya, bapaknya ramah banget
Nah, enaknya belanja isi ulang kayak gini, selain bisa mengurangi sampah kemasan plastik, kita juga jadi gak repot harus keluar rumah terus untuk belanja, sampai rumah harus bukain kemasannya dulu satu per satu untuk dituang, dan yang paling penting buat orang malas kayak saya jadi mengurangi pekerjaan saya untuk memilah sampah dan mencuci kemasannya dulu sebelum dikirim ke bank sampah, hahahaha. Jadi, tempat sampah di rumah juga bisa gak gampang penuh karena sampah kemasan. Oiya, pengiriman ke Jabodetabek juga udah tersedia setiap hari, lho. Jadi bisa lebih cepat nunggunya.

Kekurangan dari layanan ini adalah belum semua motoris diberikan dispenser untuk menyimpan produk-produknya karena keterbatasan, sehingga motoris masih harus menuang sendiri produk dari jeriken besar ke wadah-wadah kecil yang kita siapkan. Kemarin sempat ada insiden saat menuang Wipol, jadi ada yang tumpah sedikit dan kena timbangannya. Ya, namanya juga manual ya, Bun. Pasti ada faktor-faktor human error juga hehe. Meskipun jadi agak ribet, tapi ini bukan masalah besar sih. Untungnya, motoris yang kemarin datang ke rumah saya orangnya ramah banget. Jadi ajak ngobrolnya juga seru selama proses isi ulang.

https://widyasty.com
Semua produk ditimbang dan diukur sesuai dengan pesanan kita

Ini diaaa hasil belanjaan saya! Ada minyak goreng juga yang gak masuk frame hehe
Tunggu apa lagi? Yuk order kebutuhan rumah tanggamu dengan layanan isi ulang Siklus Refill! Cek akun Instagram-nya ya untuk info lengkap dan cara pemesanan! 😊
Berhubung hari ini adalah hari Bumi sedunia, saya jadi pengin berkeluh kesah sedikit. Tentang betapa banyak hal yang belum pernah bisa saya lakukan untuk menjaga bumi. Tentang betapa menyesalnya saat sampah yang saya hasilkan masih banyak. Ternyata, niat saja memang belum cukup untuk menggerakkan saya melakukan aksi nyata. Ternyata, saya masih butuh menata situasi dan kondisi di depan mata, sebelum melakukan hal lain yang jauh lebih penting untuk dilakukan. Memang benar, jika sudah ada niat, harus langsung bergerak. Karena tanpa gerakan, niat tersebut hanyalah menjadi gagasan yang memuai lalu hilang tanpa jejak. Tapi, masih banyak hal yang belum saya benahi untuk bisa memulai sesuatu yang baru.

Saya masih belum bisa meninggalkan plastik kresek dan sampah plastik di rumah. Saya masih selalu lupa membawa alat makan sendiri saat bepergian. Saya masih tidak bisa berkomitmen panjang untuk memilah sampah rumah tangga. Saya masih belum mampu mulai mengompos sampah organik. Saya masih belum memiliki kesempatan untuk menanam tanaman di rumah. Saya masih menghasilkan sampah kemasan dari belanja online. Sampah sisa makanan di rumah masih banyak, meskipun saya sudah berusaha untuk mencegahnya. Masih banyak kegagalan yang saya alami dalam proses ini. Tapi, proses belajar dan memahami semua hal masih terus saya serap, meskipun belum bisa saya terapkan. Saya banyak belajar dari internet, media sosial, dan orang-orang yang berpengaruh, sambil terus berpikir, "suatu saat saya akan menerapkan gaya hidup sebersih itu". Bukan hanya untuk bumi, tapi juga untuk kenyamanan keluarga kami. Saya menulis ini sebagai catatan dan pengingat, bahwa saya pernah memiliki ambisi untuk memiliki hidup yang lebih baik dari kemarin. Dan, semoga, entah berapa tahun yang akan datang, saya bisa menghasilkan aksi yang lebih dari sekadar harapan seperti sekarang.

Omong-omong tentang menjaga bumi, aksi-aksi yang saya sebutkan di atas itu sebenarnya hanya aksi kecil yang sesederhana bisa kita lakukan terhadap diri sendiri di rumah, tapi kalau semua orang sanggup menerapkan, efeknya pasti akan dirasakan sama seluruh manusia di dunia, dong? Karena untuk menggerakkan hal lain yang lebih besar lagi, kita gak sanggup sendirian. Kalau milah sampah di rumah aja masih gagal, kenapa harus mikirin gimana cara pemerintah mengurangi penggunaan mobil/motor pribadi untuk mengurangi polusi udara? Kita bahkan gak tahu gimana caranya. Jadi, memang lebih bijak kalau kita kendalikan diri sendiri dulu. Nah, saya masih banyak gagalnya di sini. Padahal, akses informasi saya udah lumayan terkumpul nih. Sedih kan? Huhu. Tapi gapapa, saya masih terus belajar dan memahami dulu, aksi apa yang akan dan bisa saya lakukan sedikit demi sedikit. Karena memang saya gak mampu melakukan semuanya sekaligus, padahal proses belajar saya masih sedikit.

Baca juga: Pengalaman Menggunakan Menstrual Pad

Semoga teman-teman semua juga bisa memulai perlahan aksi nyata untuk menjaga bumi dari ancaman bahaya manusia. Semoga akses informasi dan pembelajaran juga lebih mudah kita dapatkan, sehingga semua orang bisa tergerak untuk memulai. Semoga saya juga bisa menemukan cara untuk memulai hidup yang lebih bersahabat dengan alam. Mendekat dengan bumi. Memelihara kesederhanaan dan tidak terlena dengan semua yang serba instan, tapi berujung tanpa tanggung jawab atas apa yang saya konsumsi.

Tulisan ini bukan dibuat untuk menggurui atau menghakimi siapapun atas apa yang sudah atau belum diperbuat. Tulisan ini hanyalah opini pribadi untuk menyentil diri saya sendiri, sebagai upaya pengingat, bahwa saya masih jauh dari kata berhasil untuk melakukan aksi nyata dalam menjaga bumi. Maaf ya, bumi. Tolong jangan marah. Tolong bertahan sebagai rumah kami yang tetap indah.

Selamat hari Bumi sedunia...


Saya penasaran deh, kenapa ya ada orang yang makannya masih gak habis? Padahal, yang ambil porsinya kita sendiri, kita juga yang menakar cukupnya seberapa, kan? Kok masih juga gak habis. Udah gitu, disisainnya kayak cuma 1-2 suap doang. Yaampun geregetannn.... soalnya bagi saya tuh 2 suap itu masih bisa masuk ke mulut loh, ya kalau udah kekenyangan banget sih saya bakal stop sebentar terus lanjut abisin. Daripada malah disisain terus kebuang. Beda kalau kondisinya lagi gak sehat, gak nafsu makan, pasti akan berat banget ngabisin makanannya karena gak mau makan tapi ya memang tetap harus makan. Itu pun sebenarnya masih bisa diakali, kok. Ya, ambil nasi dan lauknya dikit banget aja. Yang penting perutnya keisi, lalu bisa minum obat, dan gak takut mual karena kekenyangan. Jadi, perkara isi piring yang kebuang itu mencerminkan bagaimana kita bisa mengontrol diri sendiri. Cara kita mengontrol seberapa banyak, seberapa cukup, dan seberapa mampu kita menghabiskan isi piring tanpa ada sisa yang terbuang, cuma kita yang tahu. Itu adalah tanggung jawab kita masing-masing terhadap apa yang kita kasih ke tubuh, juga berpengaruh terhadap bumi.

https://widyasty.com

Yes, kalau makanan sisa akhirnya kebuang, ya yang rusak bumi juga, dong? Sampah makanan satu orang dalam sehari aja bisa jadi banyak kalau setiap hari kita melakukan hal yang sama. Artinya kita belum punya control system terhadap kebutuhan kita sendiri. Lalu, diakumulasi selama seminggu, sebulan, bahkan setahun. Belum lagi sampah makanan yang dihasilkan dari restoran, katering, perjamuan arisan, resepsi pernikahan, dan acara besar lainnya. Belum lagi ditambah sampah makanan satu RT, satu kelurahan, satu provinsi. Pantas saja kalau Indonesia bisa menduduki peringkat kedua penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Jika dikutip dari artikel di website Bandung Food Smart City, setiap orang di Indonesia bisa menyumbang sampah makanan sebanyak sekitar 300kg selama setahun. Ajegile! Itu banyak bangettt. 

Yang bikin lebih dilema, masih ada banyak banget wilayah di Indonesia yang mengalami krisis pangan. Anak-anak mengalami stunting, kurang gizi, dan bahkan gizi buruk, karena kekurangan asupan makanan yang baik. Padahal, 300kg sampah makanan tadi bisa untuk makan berapa ratus/ribu orang coba? Harusnya kita bisa mulai melek sama isu ini, karena ini termasuk isu global, gak hanya Indonesia yang mengalaminya. Tapi, walaupun hal ini terjadi di banyak negara, bukanlah alasan kita untuk gak memperbaiki diri, kan? Justru, kalau kita bisa mengurangi, kenapa nggak? Emang gak takut tuh liat TPA-TPA udah pada penuh dan gak cukup lagi buat menampung sampah kita semua? Apalagi sampah makanan yang digabung dengan sampah non-organik lainnya tuh bisa memicu gas beracun yang berbahaya. Masih ingat kan, kasus meledak dan longsor di beberapa TPA di Indonesia? Bayangin deh kalau gak ada lagi tempat kita buat buang sampah, mau dibuang ke mana lagi? Sedangkan lingkungan bumi yang tercemar sampah tuh gak hanya lingkungan darat aja, tapi air di sungai dan bahkan laut juga udah mulai tercemar sampah juga, loh. Huhuhu bumikuuu...

https://bandungfoodsmartcity.org/

Saya pribadi juga belum benar-benar bisa sepenuhnya menerapkan hidup bebas sampah makanan. Tapi, saya setidaknya belajar untuk tidak membuang sampah makanan agar tidak mubazir. Gemesss aja gitu sama makanan yang akhirnya kebuang karena gak dimakan. Contoh paling nyata yang hampir selalu setiap hari terjadi di depan mata saya adalah nasi kering. Mana bisa ya kita makan lagi? Mentok-mentok kasih ke ayam deh, atau ya buang tempat sampah. Siapa yang mau makan nasi kering? Kenapa, sih, kok bisa sampai ada nasi kering? Yap. Karena kita masih kurang pintar mengelola nasi. Apalagi ini termasuk bahan pokok warga Indonesia, yang wajib dan harus ada setiap hari. Gak makan kalau gak pakai nasi, katanya. Tapi, malah nasi yang paling sering kebuang. Pasti masalah ini juga banyak dialami orang lain dalam kesehariannya. Ngaku deehh, bener kaaan? Hahaha. Saya sering kasih masukan ke Ibu mertua saya, kalau masak nasi baru, setelah matang, nasi sisa yang lama ikut dicampur lagi aja ke dalam rice cooker, supaya gak keburu kering dan kebuang. Meski kadang Beliau masih sering kelupaan, tiap saya yang kebagian masak nasi baru, ketika matang pasti akan langsung saya campur dengan nasi lama karena bagi saya masih layak banget untuk dimakan. Nasi itu hanya perlu segera dihangatkan supaya gak keburu kering dan adem. Apalagi melihat kebiasaan orang rumah yang lebih doyan nasi hangat daripada nasi yang udah adem. Mereka cenderung akan ambil nasi yang baru matang untuk dimakan, padahal nasi yang lama masih layak makan, tapi karena udah adem jadi gak ada yang nyentuh deh. Kasihan si nasiii. 

Akhirnya karena isu itu udah jadi perhatian saya sejak lama, saya harus punya inisiatif untuk mengubah kelola makanan tersebut di rumah ini. Dari hal sederhana itu, akhirnya bisa kita temukan solusinya, yang bisa kita lakukan sama-sama. Nah, semenjak punya rice cooker yang ukurannya kecil di sini (kalau gak salah kado nikah adik ipar saya), akhirnya saya juga sering ngide untuk masukin nasi lama ke rice cooker kecil dulu sebentar, sembari memasak nasi baru. Kalau sudah matang bisa dicampur lagi dan rice cooker kecilnya dimatiin deh. Jadi gak ada yang namanya nasi lama jadi adem atau kering karena dibiarin di luar rice cooker kelamaan. Orang rumah pun bisa tetap makan semua nasi yang ada karena semua masih hangat dan layak makan.

Duh, ini baru perkara nasi, loh. Belum lauk dan sayurnya. Kalau dalam pembahasan ilmu gizi, saya memang kurang paham bagaimana kandungan gizi dalam masakan matang yang dimasukkan ke kulkas lalu dihangatkan kembali. Tapi, setuju atau tidak, itu adalah cara yang paling sering kita temui dalam rumah tangga. Yakan? Baik Ibu saya atau mertua juga melakukan hal itu soalnya. Nah, ada hal menarik dari cara Ibu saya dalam mengelola lauk. Kalau ada sisa lauk yang belum kemakan, biasanya Beliau masak ulang dan dicampur dengan lauk lain, atau ditambah bahan baru, yang kemudian malah jadi menghasilkan masakan baru. Surprisingly, tetap enak! Jadi, dari dulu gak pernah ada yang namanya buang lauk sisa. Saya gak pernah lihat Ibu saya membuang sisa lauk, atau dibiarkan sampai basi lalu kebuang. Beliau selalu punya cara untuk mengkreasikan masakan itu supaya gak kebuang dan justru malah dihabiskan. Di rumah mertua, hal tersebut pun diadaptasi. Lauk yang hari ini gak habis akan dimasukkan ke kulkas, besok dihangatkan kembali, dan masak masakan baru juga sebagai tambahannya jika perlu.

Saya gak paham apakah ini cara yang tepat, tapi setidaknya bisa mengurangi sumbangan sampah makanan rumah tangga. Opsi lain yang ada di benak saya dan sejauh ini sudah saya terapkan pelan-pelan di rumah tangga saya adalah:

  1. Masak secukupnya. Kalau anggota keluarga hanya 3 orang seperti saya, ya masaknya sedikit aja buat satu hari makan. Ini biasanya proses trial & error-nya bisa berhari-hari atau minggu sambil meraba porsi lauk yang pas. Gak kurang, gak kebanyakan. 
  2. Kalau masaknya kebanyakan, ada baiknya kasih ke tetangga juga. Itung-itung berbagi, sekalian kasih icip masakannya. Siapa tau enak dan banyak yang suka, jadi bisa jualan lauk juga deh, hehe. Tapi yang ini belum pernah saya coba sih karena masaknya selalu dalam porsi dikit hihi. 
  3. Terapkan foodprep, sehingga bisa memangkas waktu masak lauk untuk satu kali makan bersama keluarga. Jadi dalam satu hari bisa makan lauk beragam dan gak sama/bikin bosan. Biasanya kalau sudah disiapkan dalam bentuk foodprep, masaknya jadi lebih mudah dan cepat. Semisal punya bumbu dasar merah, pagi bisa dibuat sarapan nasi goreng, siang lauk balado, sore/malam sayur berkuah.
Contoh list weekly menu yang saya buat


Ngomong-ngomong soal foodprep, saya juga akhir-akhir ini sedang belajar rutin melakukannya, nih. Dulu pernah banget niat sampai beli banyak food storage, lalu ketimpa musibah malas sampai akhirnya gak pernah lagi dilakukan. Memang agak kacau akhirnya karena bahan makanan jadi gak terorganisir dengan baik. Nah, semenjak udah mulai masak untuk keluarga sendiri, saya mulai terapkan lagi foodprep demi bisa bebas sampah makanan dan menerapkan gaya hidup minim sampah. Jadi, semua bahan makanan mentah yang saya beli tidak akan terbuang karena semua sudah diatur jumlahnya agar bisa dimasak untuk seminggu ke depan. Foodprep juga bisa memudahkan ketika masak, karena semua bahan (mulai dari sayuran, daging, dan bumbu) sudah disiapkan dan dipisahkan sesuai porsi masakan, jadi tinggal cemplung-cemplung dan kasih bumbu deh di kompor. Biasanya, yang saya beli dalam jumlah banyak itu adalah bumbu-bumbu dasar, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, dan bawang bombay. Untuk sayur dan lauk pauk, saya membuat list masakan dulu per minggu, jadi saya hanya akan membeli sayur yang sesuai dengan kebutuhan. Ini dibuat supaya meminimalisir sayur yang membusuk/layu sebelum digunakan, lalu berakhir menjadi sampah. 

Contoh foodprep, sumber: Buzzfeed di Pinterest


Nah, kalau cara kalian kelola sampah makanan tuh gimana? Saya butuh ide nih supaya bisa lebih mantap ngurus sampah di rumah. Jadi, kita juga bisa pelan-pelan menjaga bumi dari banyaknya sampah yang dihasilkan rumah tangga. Duh, kalau ngomongin sampah memang gak ada habisnya. Ini aja baru sampah makanan, belum lagi sampah non-organik, sampah elektronik, dan sampah-sampah lainnya. Kita masih perlu banyak bebenah diri nih, teman-teman. Hihi.

Oiya, saya juga pernah share tulisan dengan tema pengupayaan gaya hidup less waste, tentang penggunaan menspad saat menstruasi agar tidak menghasilkan sampah pembalut sekali pakai. Ada juga tulisan tentang proses toilet training kepada anak, salah satunya adalah dengan menggunakan clodi dan training pants untuk bebas dari sampah popok sekali pakai. Silakan dibaca ya kalau tertarik! 😊
Hello!

Hari ini saya akhirnya menstruasi guyssss setelah menunggu keterlambatan selama sembilan hari wowww. Hampir aja rasanya mau beli testpack karena insecure hahahaha, soalnya saya masih belum siap untuk hamil lagi dan merasa kayaknya main aman deh kemarin masa sih bisa kecolongan? 🤣🤣🤣 dan ternyata yaa cuma telat ajaaaa, tapi lama banget sampai sembilan hari padahal biasanya cuma 2-3 hari aja.

Oke anyway, berhubung lagi menstruasi, saya jadi kepikiran untuk tulis review dan pengalaman saya menggunakan menstrual pad. Apa sih menstrual pad ituuuu?

Nah, ini dia penampakannya:



Jadiii... menstrual pad adalah pengganti disposable sanitary pad alias pembalut sekali pakai, yang bisa dicuci dan digunakan berulang kali, gak langsung buang gitu aja lalu jadi sampah. Saya agak lumayan nyesel karena baru dapat pencerahan untuk menggunakan menstrual pad di umur saya yang sudah lebih dari 1/4 abad ini, karena itu artinya saya udah pakai disposable sanitary pad selama puluhan tahun dan menjadi salah satu penyumbang sampah di Indonesia yang tidak bisa terurai huhuhu. Tapi yasudahlah, saatnya saya sadar dan melakukan sesuatu untuk berupaya mengurangi sampah yang dihasilkan dari diri saya sendiri. FYI, disposable sanitary pad itu adalah salah satu jenis sampah yang membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai, bahkan lebih lama daripada botol plastik loh. NAHLOH! (Sumber: Instagram Story @sustaination)



Jadi, saya memang berniat untuk mengganti pembalut sekali pakai dengan menstrual pad karena saya belum berani pakai menstrual cup walaupun sudah baca banyak sekali review yang menenangkannnn hahaha. Tapi, setelah saya melahirkan dan nifas, saya lama sekali gak mens, sampai akhirnya setelah anak saya hampir masuk di tahun kedua, barulah saya mens hahaha lama bangettt. Akhirnya buru-buru deh saya beli di Shopee pakai instant delivery dan sampai sekarang, sudah lima kali menstruasi, akhirnya saya bisa tulis review sekarang tentang penggunaan menstrual pad ini, karena sangat yakin, bahwa ini adalah salah satu opsi terbaik untuk mulai beralih dan tidak menyampah.

Menstrual pad yang saya gunakan ini mereknya GG. Saya gak tahu banyak merek lain, tapi kayaknya ada banyak sekali merek menstrual pad, bahkan lokal punya, yang bisa jadi pilihan. Silakan cari review-nya di Google sendiri ya. Nah, GG ini memiliki dua lapisan dan tanpa inner tambahan, jadi langsung dijahit jadi satu gitu ya, tapi menurut saya, tidak mengurangi kualitas penyerapan darah menstruasi. Lapisan dalam terbuat dari microfleece, sangat lembut dan nyaman digunakan, serta breatheable. Sedangkan lapisan luar terbuat dari Polyurethane Laminate/PUL (0,8 mil) yang waterproof dan dapat mencegah kebocoran. So far, saya gak pernah tembus selama menggunakan menstrual pad, bahkan saat malam hari dan di hari pertama yang notabene arusnya masih sangat deras. Yang bikin nyaman lagi, menspad memiliki kancing di bagian sayapnya untuk mengunci di celana dalam, jadi mencegah geser atau terlipat dan menyebabkan kebocoran. Beda banget deh sama kalau kita pakai pembalut biasa yang sayapnya gak nempel kuat di celana, sering kelipet dan nyelip akhirnya pembalutnya geser lalu bocor deh.

Lapisan microfleece-nya lembut banget yaa.

Kancingnya sangat kuat dan gak gampang lepas.


Terus cara penggunaannya gimana?
Sama persis kok kayak pakai pembalut biasa. Diganti setelah pemakaian beberapa jam atau kalau sudah terasa penuh, lalu dicuci aja langsung. Yang paling disarankan adalah mencuci tanpa menggunakan sabun/deterjen dengan pewangi, pelembut, serta pemutih, karena residu deterjen dianggap dapat merusak lapisan penyerap pada menstrual pad, sehingga nantinya lapisan tersebut lama kelamaan tidak dapat menyerap cairan darah menstruasi secara maksimal. Tahu kan, kalau residu deterjen dapat tetap menempel di kain, meskipun sudah dibilas berkali-kali dengan air hangat? Nah, residu deterjen tersebut juga bisa membuat area vital alergi atau kemerahan atau gatal-gatal jika tidak cocok dengan penggunaan deterjennya. Lalu paling aman pakai apa dong? Ada yang bilang pakai deterjen khusus clodi dan pakaian bayi, tapi ada juga yang beranggapan bahwa deterjen tersebut tetap meninggalkan residu, walaupun mungkin tidak sebanyak residu deterjen biasa. Ada juga yang menyarankan dicuci dengan menggunakan lerak, atau ya direndam aja pakai air hangat lalu dibilas seperti biasa. Takut masih bau amis karena gak pakai pewangi? Tenang, darah menstruasi gak sebandel itu kok hilangnya, bau amisnya pun gak ada setelah dicuci. Kalau nodanya susah hilang, bisa direndam di air campuran white vinegar dan baking soda. Untuk metode ini, saya belum pernah coba, karena di rumah gak nyetok white vinegar dan baking soda, dan lerak juga (tapi soon saya memang ada rencana untuk membelinya). Nah, saya pribadi masih mencuci dengan deterjen biasa setiap saya mau ganti menstrual pad yang baru, lalu langsung jemur. GG menstrual pad ini cepet banget kering loh, I'm happyyyy! Kebetulan, saya juga gak ada keluhan apa-apa di area vital selama ini. Untuk menyiasati residu deterjen yang mungkin tersisa, setiap bulannya, setiap selesai masa menstruasi, saya langsung melakukan stripping. Sama seperti apa yang selalu saya lakukan dengan clodi dan training pants milik Biandul. Setiap bulan atau maksimal dua bulan sekali harus dilakukan stripping.

Ini penampakan lerak yang bisa digunakan untuk mencuci menstrual pad. Sumber gambar ambil dari Google.

Step by step melakukan stripping. Sumber gambar ambil dari Google.


Gimana sih, caranya stripping?
Direndam dengan air hangat/panas, lalu dicuci dan bilas seperti biasa dan dijemur. Tanpa sabun, tanpa pemutih, tanpa pelembut/pewangi. Kalau clodi dan training pants Biandul masih sering meninggalkan bau pesing, makanya saya harus sering-sering stripping. Mungkin karena residu itu juga kali ya. Nah, tapi GG menstrual pad ini gak pernah kecium amis sama saya. Yaa, paling ada nyisa noda coklat yang samar banget, cuma keliatan kalau kita lihat dari dekat banget aja gitu. Sisanya aman banget. Kalau mau aman cuci pakai lerak boleh banget loh karena bisa memperpanjang umur penggunaan menstrual pad. Untuk metode pencucian pakai lerak boleh cari di Google sendiri.

Berapa lama menstrual pad bisa digunakan?
3 tahun, 7 tahun, bahkan saya pernah dengar ada yang masih bisa dipakai hingga 10 tahun! Waw! 10 tahun gak pakai pembalut sekali pakai tuh sungguh sebuah langkah penghematan pengeluaran lohhh! Belum lagi juga ikut partisipasi dalam mengurangi sampai yang sulit terurai. Bayangin aja berapa buah kamu membutuhkan pembalut, kalau masa menstruasi kamu sekitar 7-8 hari? Dengan menstrual pad, kamu cuma beli satu kali untuk penggunaan bertahun-tahun, berpuluh-puluh kali menstruasi. Asal penggunaan dan cara mencucinya bisa apik, pasti menstrual pad akan bisa digunakan terus selama bertahun-tahun, just like your whole clothes. No more buying disposable sanitary pad! Byeee...

Berapa harga satuannya?
Gak mahaaaal... Asli! Untuk ukuran menstrual pad yang paling kecil, seukuran pantyliners, bisa kamu dapatkan seharga Rp20,000. Lalu untuk ukuran medium, seukuran pembalut harian, harganya sekitar Rp30,000. Dan untuk night mode yang lebih panjang lagi ukurannya, harganya sekitar Rp40,000. Kamu bisa aja dapetin harga yang lebih murah atau mahal, tergantung diskonan atau mungkin merek yang berbeda. Murah kaaaaannn. Nah, karena gak mungkin cuma nyetok 1 buah doang, kita harus beli banyak dulu doong? Gapapa modal agak besar di awal, tapi kan setelahnya gak perlu beli-beli lagi.

Harus nyetok berapa buah?
Tergantung kebutuhan, beb. Kalau saya, mungkin akan lebih banyak butuh yang day mode, apalagi kalau di hari pertama lagi heavy banget, pasti akan lebih sering ganti pembalut daripada di hari ke-4 atau 5, dst. Jadi saya beli 4 day, 2 night, dan 2 pantyliners. Nanti beli lagi kalau ternyata dirasa kurang. Tapi ternyata karena GG menstrual pad ini cepet banget kering pas dijemur, saya jadi merasa cukup punya segitu aja. Karena hari ini pakai dan cuci, besok pakai yang lain dan yang kemarin dicuci udah kering dan siap dipakai lagi. Begitu terus setiap hari selama masa menstruasi. Apalagi saya lebih banyak di rumah dan jarang ke mana-mana yang sampai seharian di luar rumah gitu kan. Nginep-nginep atau liburan selama tanggal menstruasi aja belum pernah selain ke rumah Ibu saya. Kebutuhan ini akan sangat berbeda untuk kalian yang sangat tinggi tingkat mobilitasnya atau pekerja kantoran.

Gimana untuk wanita kantoran yang seharian ada di luar rumah dan gak bisa nyuci langsung?
Tiap mau ganti menspad, yang kotor taruh dulu di sanitary napkin bag (alias pouch untuk nyimpen menspad yang kotor sementara), ada juga kok yang jual banyaaakk banget, boleh cari sendiri yaah.

Contoh sanitary napkin bag yang diambil dari salah satu toko di Shopee:


Nanti sampai rumah baru deh rendam pakai white vinegar dan baking soda trs cuci dan jemur. Tapi jadinya musti nyetok lebih banyak lagi karena seharian aja kita bisa ganti berapa kali yakan? Apalagi di hari pertama dan kedua yang lagi heavy banget. Memang, jadinya akan agak ribet dan extra effort, but I prefer doing this dibanding bayangin berapa banyak sampah pembalut kotor dari 1 wanita aja selama seminggu menstruasi? Dikali ada berapa juta wanita subur yang masih aktif menstruasi di negeri ini? Wkwk pusing ya mikirinnya berat banget 🤣🤣🤣 Tapi ya namanya perubahan memang akan butuh lebih banyak usaha karena meninggalkan yang instan. Again, ini harus disesuaikan dengan kondisi kalian ya. Kalau memang dirasa belum mampu, ya nabung aja dulu sampai kebeli. Jangan maksa. Kalau di rumahnya, akses air bersih sulit, juga jangan memaksakan untuk menggunakan menstrual pad, karena kalau treatment pencuciannya gak bisa bersih dan malah menimbulkan penyakit di area vital, lebih repot lagi loh. Jadi, cobalah untuk membuat perubahan saat kita memang sudah siap dan mampu. Bukan cuma karena ikut-ikutan orang karena lagi hype, atau malah gak dipelajarin dulu cara-caranya lalu malah jadi pake dengan cara asal. Nooo...

Kayaknya udah kepanjangan deh pembahasan kali ini, hehe. Maaf yaa kalau lebih banyak basa-basi dan curhatnya, tapi semoga manfaatnya lebih banyak lagi :) Saya akhiri dengan kesimpulan plus dan minusnya yaa untuk penggunaan menstrual pad kali ini. Semoga bisa membantu!

(➕) Kelebihan penggunaan menstrual pad
  • Dapat mengurangi sampah pembalut sekali pakai.
  • Dapat menghemat anggaran pengeluaran, karena hanya butuh sekali beli saja.
  • Dapat digunakan berkali-kali selama bertahun-tahun.
  • Treatment dan pencucian sangat mudah.
  • Tidak meninggalkan bau amis setelah dicuci, noda darah menstruasi juga mudah hilang.
  • Cepat kering saat dijemur.
  • Terdapat kancing di bagian sayap yang bisa mengunci di celana dalam, sehingga mencegah kebocoran.
  • Tekstur kain lembut dan breatheable, rasanya gak kayak pakai pembalut, gak ganggu.
  • Gak pernah bocor dan nembus ke celana/baju luar.
  • Harga relatif murah dan mudah dicari di online shop.
  • Bisa dilipat sehingga ukurannya kecil dan tidak memakan banyak tempat.

(➖) Kekurangan penggunaan menstrual pad
  • Agak lebih ribet karena harus dicuci dan jemur dulu setiap mau ganti pembalut baru, tidak seperti pembalut sekali pakai yang bisa langsung buang.
  • Modal awal pembelian agak mahal karena harus nyetok beberapa buah untuk ganti-ganti sehari-hari.
So far, saya coba ingat-ingat lagi tapi gak kepikiran lagi kekurangan menstrual pad selain dua poin di atas. Mungkin akan saya update kalau tetiba kepikiran lagi nanti. See? Lebih banyak banget kelebihannya kan daripada kekurangannya? Buat yang udah yakin mau beralih, semoga dilancarkan dan istiqomah sama pilihannya yaa! (Jih kayak lagi ngajak orang nutup aurat aja hahahaha). Dannnn, terima kasih telah mau berusaha untuk mengurangi sampah :)


Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

Cheers.
Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes