3 Cara Sederhana Mengelola Emosi

Proses pola asuh yang selama ini saya jalani itu gak mudah, bahkan cenderung sulit. Masih banyak ilmu parenting yang gagal saya terapkan dan masih selalu saya coba perbaiki. Salah satunya adalah tata bahasa dan cara komunikasi saya ke anak yang masih jauh dari kata baik.

Saat emosi, saya lebih sering berteriak dibanding menyalurkannya secara aman. Tutur kata yang keluar dari mulut saya masih sangat perlu banyak diubah. Meskipun kadang saya merasa sangat terlambat, tapi saya masih percaya bahwa setiap proses kehidupan gak pernah memiliki bab akhir untuk dipelajari.

Biandul mungkin sudah menyerap banyak kalimat tidak baik yang ia dengar saat saya marah. Ia mungkin sudah melihat puluhan kali sisi monster yang ada dalam diri saya ketika marah. Selain itu semua, ia juga sudah melihat sisi paling rapuh, juga dinding ego yang masih belum mampu saya runtuhkan, meskipun saya sudah menjalani kehidupan menjadi orangtua selama lima tahun.

Mungkin sudah banyak input buruk yang terlanjur terekam dalam mata dan kepalanya. Tapi, bukan berarti kita bisa berhenti berusaha jadi lebih baik di hari berikutnya kan? Jangan lupa juga untuk mengapresiasi diri ketika pengelolaan emosi sudah lumayan membaik.

MENGELOLA EMOSI SEBAGAI ORANGTUA

Agar bisa mengelola emosi dan rasa marah yang muncul setiap kali tingkah anak sedang "aktif", tentunya saya harus objektif dulu untuk menilai apa alasan yang mendasari anak saya melakukan hal itu. Bila itu semua bukan sengaja ia lakukan untuk mencari kesalahan, saya tentunya lebih mudah mengelola emosi agar gak menyerang anak dengan omelan-omelan panjang saya.

https://widyasty.com

Yang menjadi masalah adalah ketika anak melakukan kesalahan, apalagi sudah saya ingatkan untuk gak melakukan itu. Untuk dapat meredam emosi yang hampir meledak di depan anak, saya harus diam sebentar, exhale-inhale berkali-kali, dan membuka diri untuk memaafkan kesalahannya dulu. Setelah itu, baru saya bisa mengajak anak berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan.

Salah satu kelemahan saya adalah, saya masih sering merasa anak harus tahu dan setuju tentang apa yang saya larang. Jika ia melanggar, saya merasa ia gak mau menuruti saya. Inilah yang membuat saya merasa harus dan wajib membuka diri untuk memaafkannya, bukan selalu menyalahkannya. Saya gak mau jadi orangtua diktator, yang memaksa anak setuju tentang semua keputusan yang saya buat. Tentunya ini sangat sulit bagi saya pribadi, meskipun mungkin mudah bagi sebagian orang lain di luar sana.

Seperti yang pernah saya tulis juga, "Kesalahan terbesar dan yang paling sering dilakukan ketika kita menjadi orangtua adalah memenangkan ego, dan mengalahkan diri sendiri. Kadang, tanpa sadar kita kalah dari ego kita sendiri, dan justru malah mengorbankan orang lain."

KATA TERBURUK YANG PERNAH DIUCAPKAN

Meskipun sering merasa menyesal, kenyataannya saya masih sering juga mengulang kesalahan yang sama; tidak bisa menahan emosi dan terlalu semangat ngomel ke anak saat ia melakukan kesalahan. Gak jarang juga kata-kata yang saya ucapkan sangat buruk sehingga membuat anak semakin menangis dan takut. Yap, saya mengakui ini, karena saya yakin banyak juga orangtua di luar sana yang sedih dan menyalahkan diri sendiri karena gak bisa mengelola emosi saat berhadapan dengan anak.

Saya juga yakin bahwa mengakui kesalahan sendiri lebih sulit, padahal ini adalah kunci utama untuk mulai mengubah pola asuh dan mengontrol emosi dengan cara yang tepat. Jika saya sudah merunduk dan mengakui kesalahan, saya lebih mudah mencari jalan keluar agar tidak mengulangi lagi di kemudian hari.

Saat marah, saya lebih sering berteriak dan menggunakan nada keras hanya agar anak dapat paham apa yang saya katakan. Padahal, ini adalah cara terburuk. Suami saya selalu marah saat mendapati saya berteriak ke anak, lalu saat itu juga saya lebih marah pada diri saya sendiri. Kenapa saya gak bisa tenang dalam menghadapi kelakuan anak? Kenapa saya gak bisa menurunkan nada bicara saya, dan malah membuat anak lebih takut?

Hal yang paling saya sesali adalah ketika saya mengucapkan sebuah kalimat pada Biandul, "Kamu punya telinga? Bisa untuk mendengar? Kalau gak mau mendengar apa kata Mama, apa fungsi telingamu itu?"
It's rude and cruel, yes indeed! I admit I regretting it for my whole life!

Manusia lebih mirip seperti monster ketika ia marah dan kecewa, tapi di dalam lubuk hati yang paling dalam, kemarahan hanya akan meninggalkan penyesalan panjang jika tidak dikelola dengan baik. Yang bisa mengubah itu semua hanya diri sendiri, dimulai dari membuka diri dan memperbaiki komunikasi.

BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK

Secara teori, komunikasi yang saya lakukan ke anak saat sedang marah merupakan komunikasi agresif, yang selalu mempertahankan sikap dan pendapat tanpa memikirkan lawan bicara. Saya paham bahwa jika saya terus-menerus menggunakan pendekatan ini, Biandul gak akan pernah paham alasan saya yang sesungguhnya. Di matanya, saya hanya seorang pengatur dan gak pernah mau memahami apa yang ia rasakan. Maka, saya bertekad untuk mengubah bentuk komunikasi asertif kepadanya.

Komunikasi asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan sebuah pesan dengan baik dan efektif, tanpa bersifat menyerang lawan bicara. Semua orangtua wajib dan harus paham tentang jenis komunikasi ini untuk dapat membentuk hubungan yang baik dengan anak. Dengan begitu, anak akan lebih mudah juga mengelola emosinya, karena semua hal yang anak lakukan bercermin dari apa yang orangtuanya lakukan.

Nah, saya pernah nonton sebuah Korean series, yang di dalamnya kaya akan pelajara berharga tentang pola asuh keluarga. Kamu pasti akan suka deh kalau sudah menonton, atau udah ada yang nonton juga berkali-kali?

Sebenarnya, umur 0-3 tahun adalah waktu yang sangat penting dalam membentuk sebuah karakter, sehingga anak juga bisa lebih mudah diajak mengelola emosi sama-sama. Anehnya, saya masih merasa lebih mudah mengelola emosi dan minim marah-marah ke anak saat usia ini. Saat anak semakin tumbuh besar, semakin sulit juga saya menghadapinya. Mungkin salah satu alasannya adalah karena kemampuan komunikasi anak semakin baik, dan ia sudah mulai tahu apa yang ingin ia lakukan. Yang perlu kita lakukan adalah pengelolaan emosi yang lebih baik lagi, memperbaiki komunikasi, dan memberikan kesempatan untuk anak mengeksplor keingintahuannya tanpa harus diinterupsi dengan memaksakan aturan yang kita buat.

https://widyasty.com

CARA MENGELOLA EMOSI

1. Cara paling mudah, efektif, dan sederhana yang sekarang saya coba untuk mengelola emosi adalah dengan secara sadar menerima emosi itu sendiri. Setiap hari, saya harus memiliki kesadaran tentang mood yang mungkin akan memengaruhi kondisi hari itu, misalnya saya sedang lelah dan gak bersemangat, maka saya harus mengatur kegiatan apa saja yang diprioritaskan hari itu, agar tubuh gak semakin lelah dan kuwalahan. Dengan begitu, anak gak akan menerima luapan emosi dari saya, hanya karena mood saya lagi buruk.

2. Saat saya sedang sedih, bosan, atau stres, saya harus menemukan kegiatan yang bisa memperbaikinya, misalnya mendengarkan lagu sambil bernyanyi, melakukan hobi yang menyenangkan, membuat makanan dan minuman enak, atau mengajak anak jalan-jalan ke taman terdekat. Pergi ke taman gak hanya membantu saya stress release, tapi juga membuat anak lebih bebas bergerak di luar rumah dan mengekspresikan kegembiraan. Sepulangnya ke rumah, kami berdua akan merasa senang dan refresh.

3. Last but not least, menjaga pikiran agar tetap positif dan optimis adalah kunci untuk menjalani hari-hari yang penuh dengan rasa tenang. Awali hari dengan doa dan harapan, serta syukur atas tidur nyenyak semalam. Lakukan rutinitas seperti biasa, dan buatlah skala prioritas, misalnya memasak, sarapan dengan keluarga, mandi, lalu setelah semuanya selesai bisa dilanjutkan dengan kegiatan tambahan lain yang menyenangkan. Saya sendiri biasanya membaca buku, menonton film, main game, dan menulis jurnal atau artikel di blog ini.

Share tips kalian juga dong! 😊

Share:

13 comments

  1. Thanks for reminder, saya juga sering marah ke anak dan tentu menyesal setelahnya. Belajar terus untuk menahan diri, yg paling bikin hari anak pernah bilang "laa taghdab walakal jannah, jangan marah maka bagimu surga"

    ReplyDelete
  2. Saya juga sulit kontrol emosi dan sering kelepasan mba, tapi habis itu jadi nyesel huhu
    Memang kita kudu melatih kesabaran dan menahan amarah yaaa apalagi jika sama anak kecil

    ReplyDelete
  3. Padahal, walaupun memang ternyata si anak itu salah, sebenarnya toh mereka belum mengerti ya, jadi memang perlu selalu bersikap bijak saat menghadapi anak.

    ReplyDelete
  4. Menahan emosi jiwa pastinya gak mudah.
    Butuh ketenangan dalam menyikapi dan menghadapiny. Artikel yang mencerahkan kak buat daku kedepannya

    ReplyDelete
  5. Penting memang mengendalikan dan mengelola emosi itu. Memang ga mudah kayak hari ini mau berubah cling besok udah baikan. Ada proses dan progresnya.

    ReplyDelete
  6. Wahh, terima ksih sudah berbagi pengalaman ini Mba… Aku yg bakal jadi calon ortu nanti kelak juga mesti banyak belajar mngelola emosi dan berkomunikasi yg baik kepada anak nih, agar apa yg kita sampaikan tsb mereka terima.

    ReplyDelete
  7. Dari 3 cara yang disuguhkan, sepertinya saya lebih sering menggunakan cara kedua, yaitu dengan mencari kegiatan lain yang bisa mengalihkan saya

    ReplyDelete
  8. jujur kadang engga bisa ngontrol kata-kata waktu marah tuh. Tapi seiring waktu mulai belajar mengendalikan

    ReplyDelete
  9. Saya merasakan banget saat merasa emosi terhadap anak setelah itu pas menatap anak dan melihatnya tidur nysel bngt dah marah2 makanya penting bngt seorang ibu mengelola emosinya

    ReplyDelete
  10. Baca ini jadi berkaca-kaca.. Aku juga kadang masih suka terlalu emosional menghadapi anak-anak yang ujung2nya jadi bentakan.. Setelah itu baru nyesel, takut kalau anak-anak jadi meniru dan trauma.. Untuk bisa ngelola emosi aku pun masih belajar, setelah baca ini jadi diingatkan lagi.. Terima kasih ya Mba...

    ReplyDelete
  11. mengelola emosi itu yang paling sulit mba, i've been there dan masih struggle. komitment sih yang paling dibutuhkan ya. juga ikutan kelas anger management its a must kayaknya

    ReplyDelete
  12. baca tulisan ini serasa diingatkan agar lebih cerdas mengelola emosi pada anak. saya termasuk ibu yang gak sabaran dan sering gak bisa kontrol emosi di depan anak, huhuhu

    ReplyDelete
  13. Ternyata, begitu cara mengontrol emosi apalagi sama anak kecil. Kadang, aku suka kelepasan sama ponakan aku.

    ReplyDelete

Thank you for meeting me here! Hope you will be back soon and let us connect each other 😉