Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Berbicara tentang peringatan hari Anak Nasional, saya jadi ingat sesuatu. Waktu saya berumur 3.5 tahun, saya diasuh oleh bude dan berpisah tempat tinggal dengan orangtua; ibu bekerja di Jakarta Pusat, bapak bekerja di Brunei Darussalam, sedangkan saya menetap di Jakarta Selatan. Perbedaan lokasi ini membuat kami terasa sangat jauh dalam hal family bonding.

Ibu saya hanya datang dan menginap di rumah bude setiap Sabtu malam, libur di hari Minggu saja, dan berangkat bekerja kembali di hari Senin hingga Sabtu. Begitu seterusnya. Bapak saya hanya pulang ke Indonesia dua kali setahun, dan menetap selama dua minggu saja di rumah.

Ketika saya beranjak remaja, saya pindah dari rumah bude dan ibu memutuskan untuk mengontrak di dekat rumah bude, tapi ibu masih tetap bekerja, sehingga saya di rumah sendirian dari siang sepulang sekolah hingga malam. Saya akhirnya sering mengundang teman-teman untuk bermain di rumah saya agar gak merasa kesepian. Bapak sering mengirim surat dan foto-foto selama Beliau di Brunei. Setiap saya berulang tahun, Bapak selalu mengirim hadiah bagus; PlayStation, sepatu roda, remote control, boneka yang besaaaar sekali, tapi kehadirannya tetap terasa asing karena hubungan jarak jauh.

Pola asuh bude saya mungkin juga banyak mempengaruhi kehidupan dan cara pandang saya hingga dewasa. Belum lagi, ada banyak peristiwa yang gak bisa saya lupakan hingga sekarang, dan mungkin ini yang sering disebut orang-orang sebagai inner child yang terluka. Kehidupan masa lalu saya kerap menjadi beban dan dendam yang secara gak sadar saya bawa hingga dewasa, dan mempengaruhi kehidupan saya di masa depan.

Hubungan sosial saat saya dewasa pun jadi banyak kendala, apalagi sejak ibu dan bapak saya resmi berpisah dan mengakhiri kehidupan rumah tangga mereka. Banyak kejadian yang cukup membuat masa kecil saya mengalami trauma. Saya mungkin adalah salah satu anak yang gak bahagia.

Baca juga: Masalah Pernikahan yang Paling Sering Dikeluhkan


INNER CHILD YANG TERLUKA


Saya sendiri belum pernah menjalani konsultasi dengan psikolog/psikiater terkait permasalahan saya, tetapi saya cukup menyadarinya, bahwa saya memiliki sedikit masalah dalam bersosialisasi, karena sering menyimak informasi mengenai self-healing dan inner child dari beberapa tokoh psikolog yang membagikan kontennya di sosial media atas dasar edukasi. Salah satunya adalah konten dari Mbak Anastasia. Beliau berkata bahwa proses mencintai dan menerima diri sendiri itu butuh latihan yang harus dijalankan terus-menerus.

View this post on Instagram

A post shared by Anastasia Satriyo M.Psi., Psi (@anassatriyo)



Dari Mbak Anastasia pula saya tahu video di YouTube yang berjudul 'I Had a Dog, His Name is Depression' yang di-upload oleh WHO, sebagai edukasi bahwa kita bisa terus berusaha dan berjuang melawan depresi di dalam kepala kita. Inner child yang terluka mungkin terbentuk di semua masa lalu orang, tapi hanya segelintir orang yang bisa lepas dari beban itu, memaafkan diri sendiri, dan menerima bentuk dirinya di hari ini.


Sembuh dari inner child yang terluka mungkin sulit, dan bahkan saya belum sampai juga pada tahap itu. Tapi, saya pernah dengar dari ucapan seorang Blogger dan Influencer, Alodita, dari Instagram Story-nya, bahwa kita gak bisa berharap pasangan kita dapat menyembuhkan inner child kita yang terluka, karena itu adalah hal yang personal, semua itu adalah tanggung jawab kita sendiri, bukan orang lain.

Masa lalu yang belum sembuh ini mungkin tanpa sadar selalu dibawa hingga kita dewasa, menikah, dan memiliki anak. Kemudian proses membesarkan dan mendidik anak juga akan terhambat, atau bermasalah, lalu anak juga akan merasakan masa kecil yang gak bahagia. Ia akan membawa memori ini hingga ia besar, dan ini semua akan selalu berulang tanpa ujung seperti lingkaran setan.


MEMBENTUK KARAKTER ANAK YANG SEHAT SECARA MENTAL


Ketika kita menjadi anak, kita akan selalu merasa bahwa segala sesuatu yang orangtua lakukan adalah salah, menghambat, dan banyak aturan. Ketika kita menjadi orangtua, kita akan selalu merasa paling tahu apa yang seharusnya anak lakukan, demi kebaikan mereka. Padahal, anak hanya butuh bahagia, butuh keluarga yang hadir secara fisik dan mental, agar anak merasa selalu 'fully content' dalam keluarga intinya. Maka, perkembangan anak pun akan berjalan dengan baik.

Anak yang bahagia adalah anak yang akan selalu merasa bahwa rumah dan keluarga menjadi hal yang paling penting dalam hidupnya, sehingga apapun nilai dan karakter yang dibentuk oleh orangtuanya dapat terserap dengan baik. Maka, kita sebagai orangtua, harus lebih dulu berdamai dengan diri kita di masa lalu. Saat semua hal sewaktu kecil tidak bisa kita rasakan secara penuh dan lengkap, maka berikan dan dukung sepenuhnya untuk anak, bukan justru menuntut anak menjadi lebih baik daripada orangtuanya di masa lalu.

Kita pasti sering dengar, kan, kasus anak yang dipaksa sekolah dan bekerja oleh orangtuanya di bidang tertentu, karena dulu orangtuanya gak kesampaian? Padahal, kalau kita mau tanya ke anak dulu, apakah ia juga setuju dengan keputusannya? Apakah ia keberatan dengan hal itu? Apakah ia juga suka dengan bidang itu?

Anak tetap punya hak menentukan pilihannya, meskipun orangtua merasa pilihannya adalah yang terbaik, tapi belum tentu itu semua sama di mata anak. Menjaga kesehatan mental anak sejak dini adalah sesuatu yang sangat penting, yang harus menjadi agenda utama semua orangtua.


MEMPERINGATI HARI ANAK NASIONAL


https://widyasty.com

Hari ini, tanggal 23 Juli 2021, bertepatan dengan hari Anak Nasional, yang sudah setiap tahun kita peringati. Dengan adanya hari Anak Nasional, kita semua juga berharap bahwa anak-anak memiliki perkembangan yang baik dan sehat, serta mendapatkan hak yang sudah seharusnya mereka dapatkan, sesuai dengan Konvensi Hak Anak PBB. Konvensi ini dibuat agar tiap anak dijamin oleh negara untuk tumbuh sehat, bersekolah, dilindungi, dan mendapat perlakuan yang adil.

Apa hubungannya dengan orangtua yang harus berdamai dengan masa kecil?
Orangtua yang sudah dapat menerima dirinya sebagai versi terbaik hari ini, adalah orangtua yang telah berdamai dengan masa lalu, menyembuhkan luka, dan membuang beban yang selama ini dipikulnya, untuk dapat membesarkan dan mendidik anak dengan cara yang sangat baik, sehingga anak bisa tumbuh sehat secara fisik dan mental. Dengan begitu, anak gak akan punya trauma atau luka masa kecil yang ia bawa hingga ia dewasa kelak.

Di hari Anak Nasional ini, mari kita berkesadaran lagi bahwa kita dapat menghabiskan waktu bersama anak dengan penuh cinta. Mereka harus memiliki kenangan masa kecil yang bahagia bersama orangtua dan keluarganya. Di hari Anak Nasional ini, mari kita apresiasi kehadiran anak dengan memberikannya kebutuhan dan rasa aman saat bersama keluarganya.


SEJARAH HARI ANAK NASIONAL


Penggagas utama adanya hari Anak Nasional adalah Kongres Wanita Indonesia (KONGWANI) pada tahun 1951. Setelah melalui berbagai sidang dan perubahan tanggal, maka akhirnya sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984, ditetapkanlah hari Anak Nasional di tanggal 23 Juli, sedangkan hari Anak Internasional jatuh pada tanggal 1 Juni.

Mengapa memilih 23 Juli?
Pemilihan tanggal ini juga bertepatan dengan pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979. Hingga saat ini, peringatan hari Anak Nasional selalu menyelenggarakan berbagai aktivitas dari tingkat pusat hingga daerah untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara ramah anak.


IDE MENGHABISKAN HARI ANAK NASIONAL BERSAMA KELUARGA SAAT PANDEMI


Saat pandemi, anak-anak menjadi kehilangan kebebasan untuk bermain di luar. Kegiatan sekolah pun terbatas hanya dengan cara online saja, karena kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Meskipun begitu, masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan bersama anak di rumah saat hari Anak Nasional.

Tunjukkan ke anak-anak, bahwa ini adalah hari spesial yang ditujukan khusus untuk mereka! Pasti mereka akan excited banget dan merasa dianggap penting oleh orangtuanya.

Nah, saya punya beberapa ide menarik untuk diterapkan di rumah nih! Mau tahu? Yuk baca list di bawah ini:

  1. Memasak camilan kesukaan bersama: popcorn, sandwich, keripik, atau dessert semacam pudding, mug cake, dan bolu.
  2. Menonton film dengan tema keluarga sambil makan camilan buatan sendiri.
  3. Membeli board game yang bisa dimainkan dengan 3-4 orang: ular tangga, uno, monopoli. Ini bisa jadi media nostalgia juga buat orangtuanya, lho!
  4. Lomba menggambar di kanvas, lalu hasilnya dipajang di dinding kamar.
  5. Unjuk kebolehan sesuai dengan minat masing-masing, misalnya: Ibu menyanyi, anak menari, Ayah sulap. Lalu kita bisa saling mengapresiasi keahlian tersebut.
  6. Pasang tenda di halaman depan rumah malam hari, ngobrol bareng tanpa gadget, serasa camping di atas gunung hihi.
Punya ide lain? Yuk share di komentar, hari ini kalian sekeluarga ada rencana atau kegiatan apa aja nih?




Source:
  • https://www.unicef.org/indonesia/id/konvensi-hak-anak-versi-anak-anak
  • https://tirto.id/sejarah-hari-anak-nasional-alasan-diperingati-setiap-23-juli-eeSs
  • https://youtu.be/XiCrniLQGYc

Udah pada familiar belum sama Sekolah Murid Merdeka? Hmm, kayaknya ibu-ibu jaman sekarang udah banyak yang pernah tahu deh, soalnya konsep sekolah ini tuh blended learning gitu, dan kayaknya cocok banget sama konsep sekolah jaman sekarang yang banyak dicari orangtua-orangtua masa kini. Kebetulan saya udah riset sekolah ini tuh dari akhir tahun lalu. Tapi, karena pandemi masih menggila, dan belum merasa butuh menyekolahkan Biandul, jadi saya urungkan niat untuk ikut trial-nya. Kemudian, karena algoritma media sosial yang kini semakin canggih, saya jadi kayak diuber sama iklannya mulu nih. Makin lah merasa tergoda untuk riset lebih dalam. Dasar emak-emak! 🤣

https://widyasty.com


APA ITU BLENDER LEARNING?

Sekolah Murid Merdeka menyebutkan bahwa mereka adalah sebuah sekolah inovatif yang berfokus pada metode belajar blended learning; yaitu sebuah metode belajar dengan pengalaman belajar baru yang menggabungkan sistem belajar luring dan daring. Jadi, sistem belajar di SMM ini adalah gabungan antara online dan tatap muka. Tapi, karena masih pandemi, sepertinya kegiatan tatap muka belum dilaksanakan lagi. Oleh karena itu, murid SMM berada di seluruh Nusantara, tidak hanya mencakup daerah tertentu saja seperti sekolah pada umumnya. Tetapi, SMM tetap bisa dijadikan pilihan sebagai sekolah utama, dan murid-muridnya tetap bisa mendapatkan NISN dan ijazahnya diakui secara resmi.

Nah, poin ini sebenarnya yang paling membuat saya tertarik sejak awal, karena ke manapun kami pindah rumah nantinya, Biandul masih tetap bisa bersekolah di SMM, karena gak terikat dengan lokasi tertentu.

https://www.sekolahmuridmerdeka.id/
Akun Biandul sebagai murid di Sekolah Murid Merdeka


APA SAJA ISI DAN PROGRAM SEKOLAH MURID MERDEKA?

SMM memiliki program untuk jenjang PAUD (KB, TK A, dan TK B), SD, SMP, dan SMA. Yap, selengkap itu. Dan untuk PAUD, mereka juga punya program trial dan PAUD gratis selama 3 bulan. Jadi, sebelum mendaftar program regular-nya yang berbayar, kita boleh banget nih coba trial/PAUD gratisnya dulu. Kalau anaknya tertarik, baru deh melanjutkan yang berbayar. Asik deh!

Kurikulum di SMM menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (nasional), dengan bahasa pengantar adalah bahasa Indonesia. Mereka memiliki 6 program dan menggunakan cara 5M, yang bertujuan untuk mengembangkan 9 kompetensi masa depan. Lebih lanjutnya lagi, silakan perhatikan chart berikut (sumber: booklet SMM 2021)

https://www.sekolahmuridmerdeka.id/

Tipe aktivitas yang dilaksanakan di SMM adalah sebagai berikut:
  1. Belajar mandiri
  2. Live teaching
  3. Pembelajaran luring (masih belum dilaksanakan karena pandemi)
  4. Laporan hasil belajar

Oiya, selain program akademis, SMM juga memiliki program non-akademis, lho. Untuk lebih jelasnya bisa cari tahu di website Sekolah Murid Merdeka.


KENAPA AKHIRNYA MEMUTUSKAN ANAK UNTUK MASUK PAUD?


Selama ini, Biandul hanya belajar secara mandiri melalui gadget aja. Dia banyak belajar tentang bahasa Inggris, alfabet, dan berhitung dari video YouTube yang ditontonnya (saya yang atur apa saja video yang bisa ia tonton). Tapi, ia belum memiliki perkembangan sosial yang matang, dan saya cukup kesulitan untuk mengajarkannya sendiri, seperti misalnya ketika ia salah menyebutkan sesuatu dan saya mengoreksinya, ia menolak untuk dikoreksi. Ia juga gak sering bermain dengan anak-anak sebayanya di sekitar rumah selama pandemi. Jadi, saya ingin ia masih tetap punya kesempatan untuk berkegiatan sosial dengan orang lain selain anggota keluarga di rumah.

Baca juga:
  • Berkomunikasi dengan Anak Menggunakan Bahasa Inggris
  • Menanam Nilai Kebaikan

Biandul juga lebih sering mau belajar sendiri daripada duduk diam didikte, jadi saya rasa perlu metode belajar yang tepat untuk bisa mulai mengajarkannya hal lain seperti membaca, menulis, dan bercerita. Selain itu, Biandul adalah tipikal yang sering berbicara sendiri tapi sulit mendengarkan apa yang orang lain katakan padanya. Saya lebih sering kelepasan marah ketika omongan saya gak didengarkan, dan dia malah ngotot cuma mau dia yang ngomong dan saya harus mendengarkan. Saya juga butuh bimbingan dari pihak lain yang dapat membantu Biandul dalam hal kemandirian, inisiatif, dan kreativitas, yang mana saya harap bisa kami dapatkan melalui lembaga SMM.

Huh, anak-anak yang lagi fase perkembangannya serba cepat ini kadang memang memusingkan ya. Mereka merasa dapat menyerap segala hal dengan cepat, tapi kadang sulit menerima informasi lain yang gak sesuai dengan kemauannya. Semoga dengan mengajaknya untuk ikut program PAUD di lembaga SMM, dapat membuat Biandul memiliki perkembangan yang maksimal.


BAGAIMANA CARA IKUT TRIAL DAN PROGRAM PAUD GRATIS?


Untuk dapat mengikuti trial di jenjang PAUD, cukup buka halaman website  https://www.sekolahmuridmerdeka.id, klik TRIAL GRATIS, dan ikuti panduan daftarnya. Setelah itu, kita akan diminta untuk men-download aplikasi sekolah.mu di Android (sayangnya belum tersedia untuk iOs) dan membuatkan akun khusus anak. Di dalam aplikasi tersebut juga sudah tersedia info lengkap dan bisa berdiskusi juga dengan orangtua murid lainnya melalui chat group.

Setelah semuanya selesai, akan ada pemberitahuan selanjutnya via email dan Whatsapp tentang daftar aktivitas yang bisa diikuti oleh murid.

Ini pemberitahuan via email dari SMM

Kemarin, saat trial, Biandra dapat undangan kelas LIVE via Zoom. Ada topik tentang pengenalan "Mengapung dan Tenggelam" menggunakan alat dan bahan yang disiapkan sendiri, terdiri dari: dua buah gelas berisi air, dua buah telur ayam mentah, dan garam. Anak-anak diajak melakukan praktik yang menunjukkan bahwa telur bisa mengambang dan tenggelam di dalam air. Awalnya, Biandul masih malas mengikuti rangkaian live-nya, dan malah sibuk sendiri, gak mendengarkan apa yang gurunya bahas. Tapi, lama-lama kayaknya dia mulai ngerasa seru deh, apalagi beberapa kali gurunya memanggil namanya untuk bertanya secara interaktif.

Biandul ikut live teaching bareng guru dari SMM saat trial

Setelah kelas live selesai, dia malah minta ngajakin sekolah lagi hahaha. Akhirnya, saya putar rekaman kelas live yang sudah pernah berjalan, tapi karena gak bisa ikutin praktiknya dan gak punya alat dan bahan seperti di video, dia akhirnya bosan sendiri dan minta udahan sekolahnya. Hmm, harus super sabar dan siap-siap dengan kerepotan ya saat mengawali kegiatan sekolah anak. Apalagi ini jadi hal yang baru, jadi kemungkinan anak untuk menolak masih banyak terjadi. Itulah gunanya mengikuti trial dan program gratisnya dulu sebelum lanjut ke program regular.


PERBEDAAN PROGRAM PAUD GRATIS DAN REGULAR


Saya akhirnya mendaftarkan Biandul ke program PAUD regular (berbayar) setelah mendiskusikan sama suami. Saya menjelaskan tujuan saya ingin mengajak Biandul sekolah, manfaatnya sekolah online saat pandemi begini, dan rincian biayanya ke suami, lalu ia setuju dan saya mulai mengatur segala keperluan administrasinya. Yayyy! Senanggg banget sekaligus nerveous sih akhirnya anak saya udah mulai ada kegiatan sekolah 🥲 rasanya kemarin masih bayi aja gitu kan, huhu. Tapi takut juga kalau di tengah jalan dia gak mau sekolah lagi dan semuanya jadi kebuang percuma. Jadi saya harus bisa lebih meyakinkan dia lagi kalau belajar dan sekolah itu seru, jadi dia tetap senang menjalaninya.

Program PAUD gratis yang saya daftarkan lebih dulu gak memiliki akses pembelajaran live dengan guru dan murid lainnya, jadi hanya diberikan akses video rekamannya saja. Murid juga gak mendapat playkit/toolkit yang menunjang pembelajaran, tapi bisa membelinya secara mandiri di toko resminya di Tokopedia. Sedangkan program PAUD regular memiliki jadwal pembelajaran live dengan guru sebanyak dua kali seminggu. Murid juga akan dikirimkan playkit/toolkit setiap tiga bulan sekali. Orangtua murid juga memiliki fitur diskusi dan komunikasi dengan guru terkait, dan jika tidak sedang pandemi, akan ada pembelajaran tatap muka juga.

Sebenarnya, setelah saya pertimbangkan lagi, PAUD regular lebih memberikan banyak manfaat dan perkembangan positif karena adanya interaksi sosial yang nyata dengan guru dan murid lainnya, sedangkan PAUD gratis hanya bisa melihat rekaman video saja. Tapi, program PAUD gratis ini juga akan bermanfaat jika orangtua masih ragu apakah anaknya sudah tertarik untuk sekolah, atau ingin melihat antusias anaknya jika bersekolah di SMM. Jadi, saran saya, silakan ambil program PAUD gratis terlebih dahulu sambil menimbang-nimbang keputusan selanjutnya, apakah akan berlanjut ke program regular, atau pindah ke sekolah lain, atau menikmatinya dulu sambil mengumpulkan biaya lanjutannya.

Untuk rekapan biaya program PAUD di SMM, silakan cek website-nya, ya. Ada tiga program PAUD yang tersedia dan bisa dipilih: yaitu program PAUD gratis, PAUD refundable, dan PAUD regular.

Saya gak sabaaarr mau mulai belajar bulan ini, hihi. Semoga Biandul senang dan betah dengan sekolah pertamanya ini. Ibu-Ibu yang mau daftar juga, mungkin masih ada waktu untuk ikut periode triwulan pertama di bulan Juli ini, atau silakan ikut program gratisnya dulu sambil menunggu mulainya periode triwulan kedua di bulan Oktober 2021. 😊
Bulan Juni ini nih bulan yang paling kayak roller coaster deh! Gimana gak, kalau tiba-tiba 3 anggota keluarga di rumah berbarengan positif Covid-19, termasuk suami saya. Bersamaan dengan itu juga mertua saya habis vaksin AZ, lalu merasakan efek samping yang lumayan bikin gak bisa beraktivitas selama 3 hari. Total orang sakit di rumah adalah 5 orang, jadi cuma saya dan Biandul yang sehat dan harus kuat supaya gak ikut tumbang juga. Whoah, can't describe anything with words!

Kali ini, saya mau cerita gimana saya merawat pengidap Covid-19 yang melakukan isoman di rumah. Kalau gejalanya ringan, gak perlu ke RS ya, biarkan orang-orang yang lebih butuh ditangani yang ke RS, karena persediaan kamar kosong dan tabung oksigen pun menipis dan udah langka banget. Pasti sembuh kok kalau ditangani dengan baik dan gak panik 😊

https://widyasty.com


Baca juga: Optimalkan Daya Tahan Tubuh Keluarga


GEJALA AWAL COVID-19


Sabtu, 12 Juni 2021
Yang pertama kali merasakan gejala awal adalah suaminya adik ipar saya, Arief. Mereka kebetulan habis keluar rumah buat refreshing, sekadar jalan-jalan sebentar karena mungkin penat dengan kegiatan WFH yang memakan waktu, tenaga, dan pikiran yang super heavy. So, go walk for a while is fine, they think. But, I think they're going to the wrong place. Mereka mengakui kemungkinan terpapar adalah setelah mereka pergi ke bioskop. Yap, mereka ke mall dan nonton di bioskop Sabtu siang.

Gak pakai tar-sok, malamnya sepulang mereka nonton, suaminya adik ipar saya langsung demam. Secepat itu, iya.

Rabu, 16 Juni 2021
Arief mulai anosmia. Adik ipar saya, Sely, belum menunjukkan gejala apapun. Mereka langsung curiga dan berencana untuk swab mandiri, dibantu oleh sepupu yang bekerja di klinik dan berpengalaman di bidang medis.

Kamis, 17 Juni 2021
Kedua mertua saya berangkat untuk vaksin, dan kemungkinan akan merasakan efek demam atau keluhan lainnya sehingga saya minta untuk absen bekerja dulu sementara. Sedangkan Arief dan Sely melakukan swab test mandiri di rumah. Hasil keduanya positif. Mereka langsung isoman di ruangannya dan memakai masker.

Saya dan suami saya, Tian, belum kelihatan ada gejala terpapar, tapi sesuai prosedur, kami akan melakukan swab test juga karena ada keluarga yang positif dan kami memiliki riwayat kontak erat.

Malam harinya, setelah kami juga membeli alat swab antigen, kami ikut test. Hasil saya negatif, lega. Hasil Tian awalnya hanya menunjukkan garis satu, yang artinya negatif. Tapi, lama-kelamaan muncul satu garis susulan yang warnanya sangat samaaar sekali. Bingung, penasaran, kita coba sekali lagi. Hasilnya negatif. Lega, tapi masih ada perasaan yang mengganjal. Bingung mau percaya dengan hasil yang mana. Tian disarankan untuk test ulang 2 hari kemudian, sambil memantau lagi apakah ada gejala yang menyusul, karena gak bijak aja kalau sampai melakukan 3x test di saat yang bersamaan.

Hasil swab test yang pertama kali, Tian melakukan dua kali swab karena hasilnya samar

Kalau diperhatikan banget, emang garis yang di T itu samaar banget hampir gak kelihatan, yakan?

Esok harinya, Sely mulai menunjukkan gejala demam.

Sabtu, 19 Juni 2021
Suami mulai menunjukkan gejala demam, meriang, badan lemas. Saya panik dan mulai menyiapkan mental kalau memang Tian benar-benar terpapar. Malam harinya, sesuai dengan rencana, sepupunya membantu lagi untuk test dan memastikan apakah Tian terpapar atau tidak. Ternyata hasilnya kali ini sangat jelas menunjukkan kalau Tian positif. Saya, yang masih kontak erat dengan Tian sejak kemarin, juga ikut test lagi, dan hasilnya tetap sama, negatif. Biandul, karena gak menunjukkan gejala apapun, saya anggap negatif juga ikut saya, tapi tidak ikut swab test.

Garisnya jelas banget kali ini, menunjukkan hasil positif huhu

Malam itu juga, saya menyiapkan ruangan kerja Tian yang disulap menjadi kamar rawat inap juga untuk isoman dua minggu ke depan. Bersyukur, ruang kerja Tian gak jauh dan hanya di samping kamar kami, dan ada kamar mandi terpisah. Jadi semua kebutuhan Tian saya siapkan di ruangan itu. Kami resmi berpisah sementara, sedih.

Dengan saran medis dari sepupunya Tian yang membantu kami swab test, saya juga mulai membeli berbagai vitamin dan obat-obatan yang mungkin dibutuhkan oleh Tian. Tapi, saran obat-obatan ini gak bisa saya bagikan karena saya merasa gak bijak dan di luar ranah saya yang bukan tenaga medis. Pasien yang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan sebaiknya langsung berkonsultasi dengan Dokter melalui aplikasi online sebelum membeli obat-obatannya, supaya pengobatannya bisa lebih disesuaikan dengan kondisi masing-masing.


HAL PERTAMA YANG HARUS DILAKUKAN


Setelah Tian confirmed positif Covid-19, saya langsung menyiapkan ruangan studio kerjanya yang kemudian disulap menjadi kamar rawat inap. Saya taruh kasur dan sprei baru, menyiapkan selimut dan jaket, menyiapkan masker medis, obat dan vitamin, dan memisahkan alat makan. Sabun, shampo, handuk, dan sikat gigi pun langsung saya pindahkan ke kamar mandi studio. Hand sanitizer saya siapkan sebotol besar untuk ditaruh di dekat pintu, karena saya akan sering keluar-masuk ruangan untuk merawat Tian.

Balik ke kamar tidur, saya ganti sprei dan sarung bantal guling karena Tian masih tidur di kamar kemarin, saya semprot alkohol ke seluruh ruangan kamar dan benda-benda yang masih sempat disentuh Tiann sebelumnya, lalu mandi dan ganti baju.

Bian nangis di malam pertama misah sama Ayahnya. Dia bersikeras mau ke ruangan Ayahnya sambil nangis teriak-teriak tapi kami larang. Setelah tenang, baru saya jelaskan pelan-pelan kalau Ayah lagi sakit kena virus dan kita gak boleh mendekat dulu sampai Ayah sehat. Sejak pandemi, Bian memang sudah kami berikan edukasi bahwa kondisi saat ini sedang ada banyak orang sakit yang terkena virus, makanya kita gak bisa keluar rumah sering-sering, dan harus pakai masker.


YANG PERLU DIPERSIAPKAN


Meskipun sudah mempersiapkan mental sebaik mungkin sejak sebelum swab test, saya tetap terkena serangan panik, mendadak gak tahu harus gimana. Padahal kalau setiap hari memantau kasus di media sosial, saya paham bagaimana saja hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan ketika kita terpapar. Setelah saya menyiapkan semua kebutuhan Tian di ruangan terpisah, saya merenung dan menenangkan diri di kamar, sampai akhirnya saya merasa bisa kuat dan sanggup menghadapi dua minggu ke depan.

Bila kalian masih takut dan bingung harus mempersiapkan apa saja ketika ada anggota keluarga yang terpapar, mungkin catatan berikut bisa sedikit membantu.

  • TERMOMETER
Gejala awal hampir selalu menunjukkan demam. Ada baiknya kita harus selalu menyediakan termometer dan paracetamol sebagai obat penurun panas. Suhu tubuh harus selalu dipantau tiap 5-6 jam sekali. Usahakan jangan menggunakan baju tebal atau selimut berlapis, supaya panas tubuh bisa keluar. Dalam hal ini, pasti rasanya gak enak banget karena menggigil dan merasa kedinginan, jadi tetap sediakan selimut hangat tapi tetap pakailah baju dan celana panjang yang tipis.

  • PULSE OXIMETRY
Saturasi oksigen juga butuh dipantau dengan alat Oximetry, tapi dengar-dengar sekarang harganya melonjak naik ya? Adik ipar saya punya satu alatnya, sesekali saya pinjam. Alhamdulillah saturasi Tian selalu berada di 97-98. Jika tidak dipantau, kita gak bisa tahu level oksigen dalan tubuh lalu bisa tiba-tiba terserang sesak napas. Biasanya, saturasi oksigen di bawah 95 persen segera membutuhkan penanganan medis.

  • MASKER MEDIS
Masker medis juga salah satu kebutuhan yang wajib dimiliki oleh pengidap Covid-19, agar tidak menularkan ke anggota keluarga yang lain. Saya pun selalu ikut menggunakan masker selama merawat dan membersihkan ruangan Tian.

  • CAIRAN ALKOHOL
Saya gunakan untuk semprot-semprot ke ruangan dan benda-benda yang sering disentuh Tian, misalnya gagang pintu kamar. Sesekali Tian ke depan pintu kamar buat ajak ngobrol Biandul dari jauh, peluk ciumnya pun cuma bisa dari jauh, huhu sedih. Biasanya, kalau Tian udah balik ke ruangannya sendiri, ya pintu dan lantai yang tadi dipegang Tian saya langsung semprot alkohol. Boleh juga pakai Saniter Spray yang banyak dijual di minimarket.


MASA PEMULIHAN COVID-19


Menurut saran para Dokter online di media sosial, masa pemulihan pengidap Covid-19 adalah 14 hari atau dua minggu. Masa isolasi mandiri untuk pasien bergejala ringan adalah 10 hari sejak gejala awal ditambah 3 hari tanpa gejala, sudah bisa dianggap sembuh dan tidak menularkan virus ke orang lain.

Bagaimana jika hasil antigen/PCR masih positif? Hasil test PCR masih menunjukkan positif karena masih terdeteksi ada virus di dalam tubuh, tapi sudah mati/tidak aktif sehingga tidak dapat menularkan ke orang lain. Hanya tinggal bangkai saja dan bisa terbuang hilang dari tubuh secepatnya jika metabolisme tubuh bagus.

Selama 14 hari tersebut, gejala Tian cukup berbeda dari gejala umumnya. Hari pertama dan kedua, Tian demam dan menggigil. Hari kedua juga, Tian mual-mual terus tapi gak bisa muntah dan BAB. Hari ketiga, Tian mulai diare selama dua hari. Hari kelima, baru muncul anosmia selama seminggu penuh. Jadi gejala lima hari pertama memang lumayan menyiksa, tapi setelah hari keenam dan seterusnya, Tian udah mulai segar dan normal, hanya saja indera penciuman dan perasanya yang belum normal.

Jadi, inilah yang saya berikan ke Tian selama masa pemulihan:
  1. Paracetamol untuk demam
  2. Obat maag sebelum makan untuk mual
  3. Obat diare selama dua hari, stop saat udah gak diare lagi
  4. Madu diminum setiap hari
  5. Vitamin dan suplemen (silakan konsultasi terlebih dahulu dengan Dokter)
  6. Setiap hari, mertua membuatkan rebusan rimpang (jahe, kayu manis, sereh, dll) yang dicampur dengan madu dan jeruk nipis
  7. Minyak kayu putih untuk dihirup-hirup selama anosmia, dan diusap ke perut saat mual
  8. Obat kumur
  9. Berjemur setiap pagi, tapi kemarin Tian cuma berjemur beberapa hari karena sering mendung dan hujan
Empat belas hari kemudian, tepatnya tanggal 3 Juli 2021, Tian swab test lagi dan hasilnya sudah negatif. Alhamdulillaaaaaaaaah

Hasil test saat awal terpapar dan setelah 14 hari, akhirnya negatif


CARA MERAWAT PENGIDAP COVID-19 SELAMA MASA ISOMAN


Selama masa isoman, tentu gerak dan aktivitas Tian sangat terbatas di dalam ruangan kerjanya saja, sehingga saya yang mengurus semuanya. Setiap sore, saya membersihkan seluruh ruangan, disapu dan dipel, dilap semua meja, bangku, dan menyemprot seluruh ruangan dan benda-bendanya dengan alkohol. Setiap 3 hari sekali, saya ganti sprei, selimut, dan sarung bantal guling. Saya cuci sendiri bersama baju kotor yang lainnya juga. Gak tega euy kasih ke laundry karena takut mereka terpapar hehehe. Piring dan gelas kotor pun saya cuci terpisah dari wastafel dapur.

Setelah saya selesai membersihkan ruangan, saya semprot sapu dan pel dengan alkohol, saya semprot juga seluruh badan saya sebelum masuk ke kamar, lalu langsung lepas seluruh baju dan segera mandi sebelum main lagi sama Biandul.

Baca juga: The Hardest Part of Life - 2020

Edukasi tentang virus Covid-19 juga makin saya gencarkan ke Biandul, supaya dia paham kalau di rumah ini lagi banyak yang sakit dan Bian gak bisa ketemu untuk main dulu. Kadang, kalau lagi lupa, Biandul suka refleks buka pintu kantor Ayahnya terus langsung saya ingatkan untuk gak masuk ke dalam dulu karena Ayah lagi sakit dan sementara stay di sana dulu. Selebihnya kegiatan di rumah berjalan seperti biasa aja sih. Mertua saya demam dan istirahat total selama tiga hari setelah vaksin, lalu lanjut kerja dan beraktivitas lagi kayak biasanya.

Sebelumnya, akhir tahun lalu, bapak mertua saya udah terpapar lebih dulu dan harus dirawat di RS selama dua minggu lalu lanjut isoman di rumah selama seminggu. Total penyembuhan selama tiga minggu, dan kami semua bergantian mengurus keperluannya. Sekarang, keadaannya berbalik, yang diurus banyak, yang mengurus cuma dua orang aja. Semoga ibu mertua gak terpapar, dan lumayan lega karena udah vaksin, dan saya juga akan sesegera mungkin vaksin setelah semua yang terpapar di rumah dinyatakan negatif. Semoga kasus ini adalah yang terakhir dan gak terjadi lagi. Capek banget guys, dua minggu serasa lama banget.


TINDAKAN PREVENTIF YANG HARUS DILAKUKAN


Gak lain dan gak bukan hanyalah pakai masker terus dan selalu sedia hand sanitizer. Jangan lupa cuci tangan setiap habis pegang barang atau kontak dengan pasien. Saya juga sering semprotin seluruh badan dengan cairan alkohol setiap habis masuk ruangan Tian. Saya sangat menjaga jarak dan membentengi diri super ketat demi Biandul supaya dia juga gak terpapar. Gak tau bakal kayak apa jadinya kalau anak saya kena juga sih, apalagi gak bisa pisah dari saya, kan. Semua akan serba ribet. Jadi, lebih baik jaga diri seketat mungkin, lebih taat prokes lagi, dan banyakin sabar. Selama masa isoman pasti akan ada banyak yang menguji kesabaran, akan ada banyak senggolan yang bikin sensitif dan ngambek-ngambekan. Misalnya pasien ngerasa bosan dan sering ngajak ke luar rumah, yang harusnya gak boleh cyinnn. Atau jarang pakai masker saat lewat-lewat ke ruangan lain, karena takut menularkan ke orang rumah yang lainnya. Wajar banget bakal rewel, namanya juga lagi sakit, tapi sebisa mungkin diminimalisir tuh emosiannnya. Apalagi penyakit ini tuh gak cuma menyerang fisik aja yang dibikin lemah, tapi juga mentalnya dihajar habis-habisan.

Jangan lupa satu hal penting lagi, DI RUMAH AJA, YUK. Kita nonton Netflix kek, bikin mainan sama anak kek, masak-masak resep baru kek, apapun deh asal jangan keluyuran hang out dulu. Biar yang keluar rumah itu yang butuh bekerja aja, terus pulang lagi. Jangan bikin kerumunan yang gak penting dulu.

Baca: List Drama Lucu untuk Ditonton #diRumahAja

Semoga cerita saya yang panjang banget ini bisa berguna dan bermanfaat buat pembaca, yaa. Tetap semangat terus bertahan sampai pandemi selesai dan hilang dari negara kita, dan kita bisa bebas keluar beraktivitas tanpa worry. Huhu entah kapan tapi saya selalu berdoa semoga disegerakan.

Yuk share tips dan saling semangatin di kolom komentar supaya kita bisa saling menguatkan bagi semua yang sedang merawat diri/keluarga yang terpapar Covid-19 😊
Kamu pasti pernah deh ngerasa penat banget sama rutinitas harian dan masalah yang kadang adaaa aja munculnya di hidup ini. Apalagi dua tahun belakangan ini kita lagi overwhelmed banget sama kasus pandemi Covid-19 yang gak selesai-selesai di Indonesia. Kapan bisa hidup bebas tanpa khawatir lagi ya? Kalau udah begini, kamu butuh rehat dulu deh dari suasana yang gak enakin, berusaha santai dan lakuin hal-hal yang disukai dulu. Kalau udah tenang dan ngerasa refresh, baru bisa mulai lagi menata kehidupan yang kadang kayak benang kusut ini, hehe. Ayok tetap semangat dong!

Baca juga: Masalah Pernikahan yang Paling Sering Dikeluhkan

Kalau saya sendiri, semenjak menikah sering banget nonton film bareng sama suami sambil makan/ngemil. Semenjak punya anak, kegiatan itu jadi hilang. Sekarang bahkan kita masih sering nonton tapi di ponsel sendiri-sendiri karena beda jam santainya. Saya lebih sering nonton kalau anak udah tidur, atau sambil nunggu ngantuk terus ikut ketiduran deh. Yang penting sih tetap punya aktivitas yang menyenangkan ya supaya gak stres karena di rumah mulu dan ngurus toddler yang lagi kritis-kritisnya ini.

Kebanyakan film yang saya tonton itu ada di Netflix dan Disney+ karena cuma langganan dua aplikasi streaming itu aja. Dulu sih waktu belum ada aplikasi ini, nontonnya dari website bajakan bareng suami hehe jangan ditiru yaaa, kadang minta copy-annya sama teman sekantor dulu yang hobi banget ngumpulin film sampai punya dua hard disk external yang isinya cuma film semuaa.

https://widyasty.com

Saya tuh penonton dari semua genre film, dari semua negara, dari semua kategori. Mulai dari romance, komedi, thriller, animasi, mulai dari western, lokal, Korean, Thailand, Bollywood, semua yang saya suka ya saya tonton. Gak spesifik cuma suka nonton drakor doang atau western doang. Ketika saya lagi butuh film yang memacu adrenaline, saya cari film thriller, psychological mystery, horror, atau action. Ketika saya lagi bete banget dan butuh hiburan, saya akan cari film komedi. Ketika saya lagi overwhelmed banget dan butuh santai, saya cari film drama yang konfliknya gak terlalu tegang, drama keluarga, atau re-watch aja film-film yang pernah saya tonton dan gak ada konfliknya, jadi cuma drama biasa aja yang santai dan nyaman ditonton kayak drakor Hospital Playlist dan Reply 1989. BTW, sekarang lagi on going Hospital Playlist Season 2, lho.

Baca juga: Review Episode Favorit Black Mirror di Netflix

Nah, karena sekarang saya lagi santai juga, jadi kepikiran mau kasih review singkat tentang film-film dengan genre drama yang super santai buat ditonton dan konfliknya gak berat deh. Ini campuran dari beberapa negara ya, jadi gak terlalu Asian banget atau Western banget, dan pastinya ada di Netflix. Here we go!


YES DAY NETFLIX MOVIE (2021)

Sepasang kekasih selalu menghabiskan waktu bersama dengan seru, setiap ada kemauan, gak pernah ada kata TIDAK. Mereka selalu melakukan banyak hal gila bersama, hingga akhirnya mereka memiliki tiga anak, dan kondisi itu membuat mereka selalu khawatir dan lebih sering berkata TIDAK daripada YA. Ini kayaknya relate banget ya sama semua ibu-ibu. Anaknya loncat-loncat, gak boleh. Anaknya manjat-manjat, gak boleh. Anaknya mau ikutan masak, gak boleh. Bahkan saat anaknya udah mulai remaja dan mau pergi sama teman-teman aja gak boleh juga karena khawatir ini itu.

Suatu hari, anak-anaknya yang selalu kesal karena orangtuanya gak seru, bertaruh apakah orangtuanya mampu menghabiskan waktu 24 jam bersama anak-anak dengan satu syarat: NEVER SAY NO, JUST SAY YES! Orangtuanya mengiyakan YES DAY ini karena berharap itu bisa memperbaiki hubungannya dengan anak-anak, dan mengembalikan masa-masa seru dulu waktu mereka masih bebas melakukan apa saja.



Ternyata, itu semua gak mudah. Ayahnya hampir menyerah di pertengahan hari, dan masih colongan ngurusin pekerjaannya (padahal peraturannya adalah gak boleh kerja dan pegang hp selama 24 jam). Ibunya hampir masuk penjara karena berkelahi dengan orang di arena permainan anak. Anak tertuanya nekat datang ke konser meskipun sebelumnya sudah dilarang. Setelah hari ini, hubungan keluarga ini akan memiliki pandangan yang berbeda dari hari kemarin.


THE DEADLINE SERIES (8 EPISODES, 2018)



Tiga perempuan bersaudara memiliki struggle masing-masing dan harus terus melanjutkan kehidupan setelah kehilangan Ayahnya yang meninggal karena penyakit kanker. Mereka memiliki deadline dalam hidupnya masing-masing, dan itu semua gak mudah untuk dihadapi.



Anak pertama, Aom, berusia hampir 40 tahun. Ia sudah menikah tetapi belum juga memiliki anak. Ketika sedang menjalankan program hamil, atasan tempatnya bekerja juga memberikan challenge kepada Aom dalam sebuah projek yang akan membuat Aom naik jabatan, dan dua hal itu gak mudah dicapai sekaligus.

Anak kedua, Ai, berusia 30 tahun namun belum juga menikah dan punya pasangan. Ia sangat terobsesi menjadi artis terkenal. Berbagai audisi sudah diikuti tapi kariernya tetap saja belum membuahkan hasil. Setelah berjuang terus, Ai akhirnya berhasil menjadi actrees dan bahkan menang Award.

Anak ketiga, Aey, mengidap penyakit kanker di umurnya yang ke-20. Ia harus terus menjalani kemoterapi yang menyakitkan, bolak-balik ke rumah sakit, tapi memiliki dua kakak dan satu sahabat yang selalu supportive. Apakah ia akan sembuh, atau menyerah seperti Ayahnya?


THE HOUSE ARREST OF US SERIES (13 EPISODES, 2020)



Sebelumnya, saya belum pernah nonton drama Philippines sih, jadi ini kayaknya pertama kalinya deh gak sengaja nonton karena lihat preview-nya di Netflix lucu banget. Ternyata sepanjang nonton benar-benar dibikin sakit perut karena ketawa terus. Apalagi setelah nonton jadi cari tahu tentang aktornya, yang ternyata pasangan sungguhan di real life. Daniel Padilla dan Kathryn Bernado tuh udah 7 tahun pacaran dan udah banyak main film bareng jugaaa, mana cakep banget lagi astagaaaa! 😍

Drama ini bercerita tentang sepasang kekasih yang berencana menikah, tapi terhalang restu orangtua. Keluarga pihak perempuan, Q (Queencess), adalah keluarga kaya raya. Q sendiri adalah anak tunggal yang sangat dimanja oleh orangtuanya. Sedangkan Korics adalah seorang Director yang berasal dari keluarga sederhana. Perbedaan inilah yang membuat keluarga Q menolak lamaran keluarga Korics.

Saat Korics datang bersama keluarganya untuk melamar, bersamaan juga dengan itu himbauan lockdown datang di negara Filipina karena virus Corona, yang membuat keluarga ini gak bisa pulang dan terjebak di rumah keluarga Q selama berminggu-minggu. Selama tinggal dalam satu rumah, banyak banget hal yang bikin dua keluarga ini berantem, dan yang gemesnya lagi, jadi makin menguji kekuatan cinta Q dan Korics, apakah tetap yakin untuk melanjutkan pernikahan atau malah menyerah dan mengakhiri hubungan.



Yakin deh nonton film ini gak bakal nyesel karena terhibur banget! Ditambah lagi opening song-nya catchy banget deh, lagu Marry Your Daughter juga jadi soundtrack di series ini, lagu paling romantis yang di-play sejuta umat sebagai wedding playlist 🤣

Ketiga drama tersebut sebenarnya punya parenting advice masing-masing yang tersembunyi dan bisa kita jadikan pelajaran selama berperan menjadi orangtua dalam mengasuh anak. Ambil baiknya, lupakan buruknya. Jadi makin punya cerminan dan gambaran bahwa menjadi orangtua itu gak hanya mikirin bahwa anak bisa tumbuh sehat dan pintar, makan makanan bergizi, dan punya kehidupan ideal. Masalah lainnya juga akan datang seiring pertumbuhan anak hingga mereka siap menempuh hidupnya masing-masing. Siapkah kita menghadapi segala fase hidup yang anak kita alami, dan kita tetap bisa menjadi orangtua terbaik di mata mereka?

Sebenarnya masih banyak lagi film yang mau disebut, tapi kayaknya udah kepanjangan. Akan saya bahas di lain kesempatan ya. Udah ada yang pernah kamu tonton belum? Untuk melihat review film lainnya, silakan kunjungi LAMAN INI.

Kamu juga kalau punya rekomendasi film seru dan santai boleh banget loh tulis di komentar, supaya saya bisa nambah watch list nih. Selamat menonton! 😉
Tahun 2017 lalu, saya pernah membuat tulisan tentang pernikahan saya, yang surprisingly, ternyata mendapat atensi yang luar biasa dan gak disangka-sangka. Page views-nya saya dapatkan secara organik, hanya modal share ke media sosial aja lalu tiba-tiba tiap tahun makin banyak yang baca dan tanya-tanya di komentar tentang hal itu. Kaget sih, karena tulisan saya yang lainnya gak ada yang seheboh itu. Apalagi dulu blog saya isinya benar-benar cuma tulisan iseng aja. Belum diurus dengan fokus dan gak diberdayakan untuk dapat penghasilan. Gak kayak sekarang yang udah benar-benar serius dan fokus dikembangkan.

Baca juga: Sarana Menghasilkan Pendapatan dari Hobi Menulis

Terus... emang apa sih isi tulisannya, kok bisa sampai ramai pengunjung begitu? Hm.. jadi, temanya adalah pernikahan yang saya gelar di akhir tahun 2016, dan yang bikin menarik adalah pernikahan saya dilaksanakan tanpa resepsi. Dulu, saya pikir, semua orang yang mau menikah pasti punya list kebutuhan apa aja dan tinggal cari vendor-nya aja di website-website wedding organizer yang sudah banyak tersedia sekarang. Pusing karena banyak yang diurus tapi udah tahu harus ngapain aja. Tapiii, gimana kalau ada yang mau nikah tanpa resepsi? Terus, harus ngapain aja dong setelah akad? Bingung kan? Clueless kan? Dari pemikiran itulah makanya saya tulis semua rinciannya di blog supaya bisa membantu pembaca yang memiliki rencana serupa, tapi bingung harus siapin apa aja.

Baca dulu tulisannya di sini: Nikah Tanpa Resepsi, Bisa?

https://www.widyasty.com/search/label/astyxtian%20wedding


NIKAH TANPA RESEPSI


Konsep ini memang terdengar sederhana, tapi tetap aja bikin pusing karena bingung harus mempersiapkan apa aja. Tapi, nilai tambahnya adalah kita jadi hanya berpusing-pusing selama 1-2 bulan aja, lalu semuanya selesai. Gak perlu rebutan sewa gedung dan bentrok sama tanggal nikah, dan yang paling penting adalah gak butuh modal sebesar pergelaran pesta resepsi HEHEHE.

Lalu, apa aja dong yang bikin bingung?
Banyak juga, tapi tetap bisa diatasi. Kalau pengalaman saya pribadi, beberapa hal yang paling menyita pikiran dan emosi di antaranya adalah: diskusi ke orangtua tentang pilihan nikah tanpa resepsi, diskusi mencari tanggal baik untuk pernikahan, dan cara mengkomunikasikan ke orang-orang tentang acara pernikahan tanpa membuat mereka tersinggung karena gak ada undangan.

Sebenarnya pusing-pusing yang lainnya juga masih banyak lagi tapi masih terbilang receh lah ya kalau bagi saya hahaha, karena ngurus baju, make up, dan masak perjamuan itu lebih capek fisik aja sih gak sampai mengganggu pikiran gitu dan bikin susah tidur. Kali ini, saya cuma mau bahas tentang cara diskusi ke orangtua tentang pilihan nikah tanpa resepsi.

Pertama kali suami saya mengajak nikah, dia udah bilang dari awal kalau dia gak suka harus diadakan acara besar. Dia gak suka dipajang seharian sampai capek dan ketemu sama tamu undangan yang mungkin banyak gak dikenal, karena kan tamu undangan resepsi biasanya gak cuma dari teman dan kerabat pengantin aja, tapi juga ada tamu dari kedua belah pihak orangtua, yang pasti kita gak akan kenal dong. Menurutnya, itu cuma buang-buang uang dan waktu aja. Saya langsung sepakat.

Meskipun begitu, saya sempat pernah punya impian menikah dengan konsep pesta intimate garden, yang mana tamunya cuma sedikit dan pestanya cuma beberapa jam aja secara casual di tempat terbuka. Tapi, akhirnya diurungkan setelah tahu bahwa biayanya gede juga (dulu mikirnya kirain tamu sedikit ya biaya juga akan sedikit haha). Karena setelah saya diam-diam riset, venue nikah dengan tema outdoor itu kebanyakan jauh dari rumah, yang mana jadinya lebih ribet, dan butuh lighting tambahan jika pestanya malam hari sehingga juga bikin budget bertambah, dan masih banyak hal lain yang setelah saya tahu, saya cuma bisa bilang, "AH UDAH LAH GAK USAH PESTA-PESTAAN AJA." Wkwk anaknya gampang pundung 🤣🤣

Setelah kita berdua sepakat (karena yang paling penting adalah kita sepakat dan sepaham dulu sama pasangan sebelum akhirnya dikomunikasikan ke pihak lain), kita berdua saling memberi tahu orangtua masing-masing. Kalau gak ada masalah dan bisa langsung dilaksanakan, barulah pihak keluarga pasangan datang ke rumah untuk bertemu keluarga saya.


RESPON ORANGTUA SAYA TENTANG NIKAH TANPA RESEPSI


"Bu, nanti Asty nikahnya gak mau pakai resepsi ya."
"Lha, terus?"
"Ya, akad aja di KUA."
"Emang kenapa?"
"Males ah, capek pasti. Terus kan duitnya gak ada hahaha." (Jujur aja laahhh, emang kita udah mau nikah tapi cuma punya uang sedikit dan gak mau ngebebanin orangtua).
"Emang pihak Tian gak siapin uang?"
"Mana sempet, orang minta nikahnya aja cepet-cepet. Biar gak kelamaan dan ribet ngurus-ngurusnya."
"Bener juga. Yang ngurus acara kan pihak cewek. Yaudah lah, kebeneran Ibu jadi gak usah repot."
"YES!"

Case closed! Segampang ituuu hahaha. Ibu saya termasuk yang "terserah anaknya" tiap mau menentukan apa-apa. Saya dikontrol orangtua hanya sampai tamat SMA. Selebihnya, semua diserahkan ke pilihan saya sendiri selama saya bisa tanggung jawab sampai seterusnya, mulai dari pilih jurusan kuliah, pilih kampus, pilih pekerjaan, sampai pilih pasangan hidup.

Pun termasuk memilih untuk nikah tanpa resepsi, saya gak boleh menyesal setelahnya lalu ngedumel karena minta pesta, yang nantinya malah jadi bikin repot suami. Sampai sekarang pun saya gak menyesal sama sekali. Cuma satu yang pengin saya ulang: photoshoot nikahan! 🤣


RESPON ORANGTUA TIAN TENTANG NIKAH TANPA RESEPSI


Nah, orangtua dari pihak suami saya beda lagi ceritanya. Saya gak tahu pasti gimana cara Tian bilang ke orangtuanya, dan apa respon langsungnya. Tapi, ketika pihak keluarga Tian datang ke rumah saya untuk meminta restu dan melamar saya, bahkan sampai saya udah menikah pun, saya masih terus ditawari untuk mengadakan resepsi susulan. Saya dan Tian masih bersikeras menolak dengan sopan karena resepsi susulan itu justru repotnya makin banyak. Ditambah lagi, saya positif hamil di bulan kedua setelah menikah, makin jadi alasan untuk gak melakukan resepsi susulan. Belum lagi salah satu saudara Tian sampai bertanya-tanya, "Ada apa nih, kok buru-buru banget?" dikiranya saya hamil duluan makanya menggelar pernikahan cepat-cepat haha.

Bahkan, sampai tahun 2018, saat adiknya Tian menikah, saya masih ditawari untuk ikut didandani sebagai pengantin dan dipajang bareng. Ya, saya jelas gak mau. Anak saya masih berumur 11 bulan, dan ini acara adik ipar saya, jadi sungkan banget rasanya kalau saya harus "numpang dipajang". Setelah itu, mereka pasrah dan gak membujuk kami lagi. Sebagai gantinya, karena anak mertua saya cuma dua, pernikahan adik ipar saya jadi pesta pernikahan sekaligus menjadi hajat terbesar mereka yang pertama dan terakhir. Pesta pernikahan itu digelar di rumah, dengan adat Jawa dan musik-musik keroncong kesukaan bapak mertua. Mereka harus bahagia dan puas di resepsi anak terakhirnya, karena itulah satu-satunya momen mereka bisa menggelar pesta pernikahan anaknya, setelah anak pertamanya menolak untuk diadakan resepsi.

Saya ingat diberi pesan sama ibu mertua sebelum adik ipar saya menikah, "kamu gak iri kan karena Sely nikahnya pakai resepsi? Gak apa-apa, kan?"

Saya jawab, "Gak apa-apa banget, Bu. Kan yang minta nikah gak pakai resepsi kita sendiri. Gak ada rasa iri-irian, kokk." Gemes banget ibu mertuakuuu 🥰

https://widyasty.com
Biandul sama Uti & Bapak 💕


MEMBUAT KESEPAKATAN DENGAN KELUARGA


Case di keluarga saya dan suami kebetulan gak terlalu ruwet saat memilih untuk nikah tanpa resepsi. Meskipun dari pihak bapak mertua masih kental dengan adat Jawa, tapi mereka akhirnya gak memaksakan kehendak mereka karena paham bahwa anaknya juga punya pilihan yang harus dihormati. Akan beda kondisinya jika salah satu keluarga masih sangat kolot dan berpendirian kuat bahwa acara pernikahan anaknya adalah acara orangtua, dan anak wajib manut aja dengan keputusan orangtua. Meski begitu, kita sebagai calon pengantin harus mencari jalan keluar agar semua pihak bisa saling merasa terpenuhi keinginannya.

Coba dengan mulai berkomunikasi dengan kepala dingin. Kumpulkan banyak berita sekaligus alasan yang paling masuk akal tentang pilihanmu untuk nikah tanpa resepsi. Jelaskan kenapa kamu gak suka mengadakan resepsi. Tanyakan kepada orangtua, apakah ada permintaan lain untuk menggantikan pelaksanaan resepsi, seperti misalnya mengadakan pengajian yang semua tamunya berasal dari teman-teman orangtua sehari sebelum atau setelah akad nikah, atau mengumpulkan keluarga besar dan bikin party kecil di rumah/villa sambil bbq, atau ide-ide lainnya yang membuat orangtua merasa tetap dihargai keinginannya. Biasanya, orangtua ingin resepsi karena supaya bisa mengundang teman dan kerabatnya dan mengabarkan bahwa anaknya sudah menikah.

Kalau pihak orangtua masih gak mau kalah dan tetap minta diadakan resepsi, yaudah tantangin aja. Ada budget-nya gak untuk diadakan di gedung atau venue lain di luar rumah? Supaya resepsinya cuma dilaksanakan maksimal 3 jam aja setelah itu selesai dan pulang. Kalau resepsi di rumah biasanya akan sampai malam dan pengantin yang ngerasain paling capek dipajang seharian dengan make up tebal dan kostum super ribet dan gerah. Juga, pastikan semua tema pesta sampai gaun/kebaya yang digunakan sepenuhnya sesuai dengan keinginan calon pengantin. Dengan begitu, semua pihak merasa keinginannya terpenuhi dan gak ada yang merasa terpaksa lalu jadi keributan.

Hmm... sebenarnya topik ini tuh bisa panjang banget kalau dibahas semuanya. Tapi, setidaknya poin-poin di atas itu yang paling kepikiran di kepala saya untuk dibahas, berhubung masih banyak juga komentar yang masuk dan menanyakan ke saya gimana caranya supaya bisa dapat sepakat dengan orangtua. Cara komunikasi ke orangtua adalah hal yang sangat pribadi dan pasti berbeda-beda satu sama lain, tapi yang pasti, semua harus dibicarakan dengan nada santai, kepala dingin, dan pikiran terbuka. Meskipun acara ini adalah acara calon pengantin, tapi kebanyakan orangtua tetap masih merasa perlu ikut ambil peran.

Saya jadi penasaran, Biandul kalau udah dewasa dan mau nikah nanti, bakal minta acara yang kayak gimana ya? Apakah saya bisa langsung setuju dan menyerahkan sepenuhnya, atau bahkan masih meninggikan ego untuk ikut mengatur pilihannya? Hmm...
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes