Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Saya penasaran deh, kenapa ya ada orang yang makannya masih gak habis? Padahal, yang ambil porsinya kita sendiri, kita juga yang menakar cukupnya seberapa, kan? Kok masih juga gak habis. Udah gitu, disisainnya kayak cuma 1-2 suap doang. Yaampun geregetannn.... soalnya bagi saya tuh 2 suap itu masih bisa masuk ke mulut loh, ya kalau udah kekenyangan banget sih saya bakal stop sebentar terus lanjut abisin. Daripada malah disisain terus kebuang. Beda kalau kondisinya lagi gak sehat, gak nafsu makan, pasti akan berat banget ngabisin makanannya karena gak mau makan tapi ya memang tetap harus makan. Itu pun sebenarnya masih bisa diakali, kok. Ya, ambil nasi dan lauknya dikit banget aja. Yang penting perutnya keisi, lalu bisa minum obat, dan gak takut mual karena kekenyangan. Jadi, perkara isi piring yang kebuang itu mencerminkan bagaimana kita bisa mengontrol diri sendiri. Cara kita mengontrol seberapa banyak, seberapa cukup, dan seberapa mampu kita menghabiskan isi piring tanpa ada sisa yang terbuang, cuma kita yang tahu. Itu adalah tanggung jawab kita masing-masing terhadap apa yang kita kasih ke tubuh, juga berpengaruh terhadap bumi.

https://widyasty.com

Yes, kalau makanan sisa akhirnya kebuang, ya yang rusak bumi juga, dong? Sampah makanan satu orang dalam sehari aja bisa jadi banyak kalau setiap hari kita melakukan hal yang sama. Artinya kita belum punya control system terhadap kebutuhan kita sendiri. Lalu, diakumulasi selama seminggu, sebulan, bahkan setahun. Belum lagi sampah makanan yang dihasilkan dari restoran, katering, perjamuan arisan, resepsi pernikahan, dan acara besar lainnya. Belum lagi ditambah sampah makanan satu RT, satu kelurahan, satu provinsi. Pantas saja kalau Indonesia bisa menduduki peringkat kedua penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Jika dikutip dari artikel di website Bandung Food Smart City, setiap orang di Indonesia bisa menyumbang sampah makanan sebanyak sekitar 300kg selama setahun. Ajegile! Itu banyak bangettt. 

Yang bikin lebih dilema, masih ada banyak banget wilayah di Indonesia yang mengalami krisis pangan. Anak-anak mengalami stunting, kurang gizi, dan bahkan gizi buruk, karena kekurangan asupan makanan yang baik. Padahal, 300kg sampah makanan tadi bisa untuk makan berapa ratus/ribu orang coba? Harusnya kita bisa mulai melek sama isu ini, karena ini termasuk isu global, gak hanya Indonesia yang mengalaminya. Tapi, walaupun hal ini terjadi di banyak negara, bukanlah alasan kita untuk gak memperbaiki diri, kan? Justru, kalau kita bisa mengurangi, kenapa nggak? Emang gak takut tuh liat TPA-TPA udah pada penuh dan gak cukup lagi buat menampung sampah kita semua? Apalagi sampah makanan yang digabung dengan sampah non-organik lainnya tuh bisa memicu gas beracun yang berbahaya. Masih ingat kan, kasus meledak dan longsor di beberapa TPA di Indonesia? Bayangin deh kalau gak ada lagi tempat kita buat buang sampah, mau dibuang ke mana lagi? Sedangkan lingkungan bumi yang tercemar sampah tuh gak hanya lingkungan darat aja, tapi air di sungai dan bahkan laut juga udah mulai tercemar sampah juga, loh. Huhuhu bumikuuu...

https://bandungfoodsmartcity.org/

Saya pribadi juga belum benar-benar bisa sepenuhnya menerapkan hidup bebas sampah makanan. Tapi, saya setidaknya belajar untuk tidak membuang sampah makanan agar tidak mubazir. Gemesss aja gitu sama makanan yang akhirnya kebuang karena gak dimakan. Contoh paling nyata yang hampir selalu setiap hari terjadi di depan mata saya adalah nasi kering. Mana bisa ya kita makan lagi? Mentok-mentok kasih ke ayam deh, atau ya buang tempat sampah. Siapa yang mau makan nasi kering? Kenapa, sih, kok bisa sampai ada nasi kering? Yap. Karena kita masih kurang pintar mengelola nasi. Apalagi ini termasuk bahan pokok warga Indonesia, yang wajib dan harus ada setiap hari. Gak makan kalau gak pakai nasi, katanya. Tapi, malah nasi yang paling sering kebuang. Pasti masalah ini juga banyak dialami orang lain dalam kesehariannya. Ngaku deehh, bener kaaan? Hahaha. Saya sering kasih masukan ke Ibu mertua saya, kalau masak nasi baru, setelah matang, nasi sisa yang lama ikut dicampur lagi aja ke dalam rice cooker, supaya gak keburu kering dan kebuang. Meski kadang Beliau masih sering kelupaan, tiap saya yang kebagian masak nasi baru, ketika matang pasti akan langsung saya campur dengan nasi lama karena bagi saya masih layak banget untuk dimakan. Nasi itu hanya perlu segera dihangatkan supaya gak keburu kering dan adem. Apalagi melihat kebiasaan orang rumah yang lebih doyan nasi hangat daripada nasi yang udah adem. Mereka cenderung akan ambil nasi yang baru matang untuk dimakan, padahal nasi yang lama masih layak makan, tapi karena udah adem jadi gak ada yang nyentuh deh. Kasihan si nasiii. 

Akhirnya karena isu itu udah jadi perhatian saya sejak lama, saya harus punya inisiatif untuk mengubah kelola makanan tersebut di rumah ini. Dari hal sederhana itu, akhirnya bisa kita temukan solusinya, yang bisa kita lakukan sama-sama. Nah, semenjak punya rice cooker yang ukurannya kecil di sini (kalau gak salah kado nikah adik ipar saya), akhirnya saya juga sering ngide untuk masukin nasi lama ke rice cooker kecil dulu sebentar, sembari memasak nasi baru. Kalau sudah matang bisa dicampur lagi dan rice cooker kecilnya dimatiin deh. Jadi gak ada yang namanya nasi lama jadi adem atau kering karena dibiarin di luar rice cooker kelamaan. Orang rumah pun bisa tetap makan semua nasi yang ada karena semua masih hangat dan layak makan.

Duh, ini baru perkara nasi, loh. Belum lauk dan sayurnya. Kalau dalam pembahasan ilmu gizi, saya memang kurang paham bagaimana kandungan gizi dalam masakan matang yang dimasukkan ke kulkas lalu dihangatkan kembali. Tapi, setuju atau tidak, itu adalah cara yang paling sering kita temui dalam rumah tangga. Yakan? Baik Ibu saya atau mertua juga melakukan hal itu soalnya. Nah, ada hal menarik dari cara Ibu saya dalam mengelola lauk. Kalau ada sisa lauk yang belum kemakan, biasanya Beliau masak ulang dan dicampur dengan lauk lain, atau ditambah bahan baru, yang kemudian malah jadi menghasilkan masakan baru. Surprisingly, tetap enak! Jadi, dari dulu gak pernah ada yang namanya buang lauk sisa. Saya gak pernah lihat Ibu saya membuang sisa lauk, atau dibiarkan sampai basi lalu kebuang. Beliau selalu punya cara untuk mengkreasikan masakan itu supaya gak kebuang dan justru malah dihabiskan. Di rumah mertua, hal tersebut pun diadaptasi. Lauk yang hari ini gak habis akan dimasukkan ke kulkas, besok dihangatkan kembali, dan masak masakan baru juga sebagai tambahannya jika perlu.

Saya gak paham apakah ini cara yang tepat, tapi setidaknya bisa mengurangi sumbangan sampah makanan rumah tangga. Opsi lain yang ada di benak saya dan sejauh ini sudah saya terapkan pelan-pelan di rumah tangga saya adalah:

  1. Masak secukupnya. Kalau anggota keluarga hanya 3 orang seperti saya, ya masaknya sedikit aja buat satu hari makan. Ini biasanya proses trial & error-nya bisa berhari-hari atau minggu sambil meraba porsi lauk yang pas. Gak kurang, gak kebanyakan. 
  2. Kalau masaknya kebanyakan, ada baiknya kasih ke tetangga juga. Itung-itung berbagi, sekalian kasih icip masakannya. Siapa tau enak dan banyak yang suka, jadi bisa jualan lauk juga deh, hehe. Tapi yang ini belum pernah saya coba sih karena masaknya selalu dalam porsi dikit hihi. 
  3. Terapkan foodprep, sehingga bisa memangkas waktu masak lauk untuk satu kali makan bersama keluarga. Jadi dalam satu hari bisa makan lauk beragam dan gak sama/bikin bosan. Biasanya kalau sudah disiapkan dalam bentuk foodprep, masaknya jadi lebih mudah dan cepat. Semisal punya bumbu dasar merah, pagi bisa dibuat sarapan nasi goreng, siang lauk balado, sore/malam sayur berkuah.
Contoh list weekly menu yang saya buat


Ngomong-ngomong soal foodprep, saya juga akhir-akhir ini sedang belajar rutin melakukannya, nih. Dulu pernah banget niat sampai beli banyak food storage, lalu ketimpa musibah malas sampai akhirnya gak pernah lagi dilakukan. Memang agak kacau akhirnya karena bahan makanan jadi gak terorganisir dengan baik. Nah, semenjak udah mulai masak untuk keluarga sendiri, saya mulai terapkan lagi foodprep demi bisa bebas sampah makanan dan menerapkan gaya hidup minim sampah. Jadi, semua bahan makanan mentah yang saya beli tidak akan terbuang karena semua sudah diatur jumlahnya agar bisa dimasak untuk seminggu ke depan. Foodprep juga bisa memudahkan ketika masak, karena semua bahan (mulai dari sayuran, daging, dan bumbu) sudah disiapkan dan dipisahkan sesuai porsi masakan, jadi tinggal cemplung-cemplung dan kasih bumbu deh di kompor. Biasanya, yang saya beli dalam jumlah banyak itu adalah bumbu-bumbu dasar, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, tomat, dan bawang bombay. Untuk sayur dan lauk pauk, saya membuat list masakan dulu per minggu, jadi saya hanya akan membeli sayur yang sesuai dengan kebutuhan. Ini dibuat supaya meminimalisir sayur yang membusuk/layu sebelum digunakan, lalu berakhir menjadi sampah. 

Contoh foodprep, sumber: Buzzfeed di Pinterest


Nah, kalau cara kalian kelola sampah makanan tuh gimana? Saya butuh ide nih supaya bisa lebih mantap ngurus sampah di rumah. Jadi, kita juga bisa pelan-pelan menjaga bumi dari banyaknya sampah yang dihasilkan rumah tangga. Duh, kalau ngomongin sampah memang gak ada habisnya. Ini aja baru sampah makanan, belum lagi sampah non-organik, sampah elektronik, dan sampah-sampah lainnya. Kita masih perlu banyak bebenah diri nih, teman-teman. Hihi.

Oiya, saya juga pernah share tulisan dengan tema pengupayaan gaya hidup less waste, tentang penggunaan menspad saat menstruasi agar tidak menghasilkan sampah pembalut sekali pakai. Ada juga tulisan tentang proses toilet training kepada anak, salah satunya adalah dengan menggunakan clodi dan training pants untuk bebas dari sampah popok sekali pakai. Silakan dibaca ya kalau tertarik! 😊

Semenjak nikah, saya jadi lebih insecure terhadap kebersihan diri. Ya, karena males aja kalau setiap hari kasih muka lusuh dan kumal ke suami, walaupun dia gak pernah komentar atau nuntut apa-apa. Saya pun gak pernah paksa dia untuk harus gimana-gimana, paling cuma saling kasih saran dan masukan aja. Soalnya kesadaran untuk menjaga diri ini kan harus berasal dari kemauan masing-masing, bukan cuma tuntutan salah satu pihak aja. Kebayang dong kalau serumah sama orang yang gak mau banget jaga kebersihan? Pasti satu pihak lainnya akan kena ruginya juga.

Untuk kebersihan area vital, saya biasanya pakai Lactacyd soalnya wanginya enak banget plus ada kandungan lactoserum susu alami yang katanya bisa menjaga keseimbangan pH vagina. Saya biasanya pakai dua kali sehari, tiap mandi pagi sebelum berangkat kerja dan malam hari sepulang kerja sebelum istirahat. Jadi kebersihan area vital saya tetap terjaga plus gak insecure takut lembab, bau, atau gatal-gatal karena bakteri. Padahal waktu masih gadis saya jarang banget loh beli-beli pembersih untuk area kewanitaan. Rasanya maleeees banget deh, terus saya pikir pakai sabun aja cukup kok. Padahal kan pH sabun biasa gak cocok untuk melindungi vagina. Ini juga rekomendasi dari teman saya, makanya saya mulai beli dan coba. Eh, jadi kebiasaan deh sampai sekarang untuk selalu membersihkan vagina pakai Lactacyd.

Nah, ternyata Lactacyd baru banget ngeluarin varian baru nih kemarin. Namanya Lactacyd Herbal. Tadinya saya gak begitu tahu apa bedanya dengan Lactacyd yang lain. Pas dengar-dengar dari teman dan baca review dari beberapa Blogger, ternyata Lactacyd Herbal ada tambahan ekstrak sirih dan mawar, jadi bisa bikin vagina lebih harum. Hm, saya awalnya pikir wanginya akan jadi sirih banget. Saya gak terlalu suka wangi sirih yang terlalu tajam. Eh, ternyata wanginya malah lebih enak dan lembut dari Lactacyd yang biasa saya pakai. Jadilah saya beli dan coba produk ini.

Penampakan produk Lactacyd Herbal

Teruji secara dermatologi, komposisinya aman untuk dipakai setiap hari


Yang bikin saya seneng, ekstrak susunya itu tetap ada. Jadi saya suka pakainya karena tekstur cairannya lembut banget di tangan. Wanginya juga gak terlalu tajam banget. Apalagi sekarang saya lagi hamil, jadi saya perlu hati-hati banget pilih produk kebersihan tubuh, terutama untuk area vital yang mudah banget terserang bakteri. Menurut teman saya, Lactacyd itu produk yang aman banget dipakai sama ibu hamil kayak saya gini karena sudah teruji secara dermatologi. Wah, jadi makin banyak nilai plus-nya dong, hahaha.

Pokoknya so far sih saya suka banget sama produk-produk Lactacyd, walaupun baru cobain dua varian doang, hehe. Kalau kamu udah pernah pakai Lactacyd varian yang mana? Kalau udah pernah tulis review-nya, boleh ya bagi link-nya untuk saya baca. Siapa tahu nanti kapan saya mau cobain.


Nama produk: Lactacyd Herbal
Harga: sekitar Rp21,000 (untuk ukuran 60ml)
Dapat dibeli di: Alfamidi, Watsons, Indomaret, dll

➕
• Wanginya enak banget, gak tajam
• Packaging-nya pas banget untuk ukuran travelling (yang 60ml)
• Tekstur cairannya gak terlalu cair atau kental
• Aman untuk dipakai setiap hari
• Aman untuk dipakai ibu hamil

➖
• Harganya termasuk mahal dibandingkan produk pembersih sirih lainnya
• Persediaan produk masih belum merata di beberapa mini market


Untuk info lebih lanjut, silakan kunjungi:
• www.lactacyd.co.id
• FB: Lactacyd ID
• TW: Lactacyd_ID

Dengan Lactacyd Herbal, saya bisa jadi apa saja yang saya mau. Jadi diri sendiri, jadi istri terbaik, jadi perempuan Indonesia yang percaya diri.
Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes