Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Ibu,
Mengaku lelah itu, tak apa. Mengeluh itu, tak dosa. Menjadi ibu memang bukan tugas mudah, tapi sudah pasti mulia. Maka dari itu, Tuhan meletakkan janji surga di bawah telapak kaki kita. Tapi, bukankah kita juga manusia?

Ibu,
Bersandarlah sejenak, di atas tumpukan bantal lunak. Lupakan sejenak jumlah helai baju yang belum dicuci. Lupakan sejenak bau lemak minyak yang menempel di piring sisa makan tadi pagi. Ibu juga butuh ketenangan hati. Tataplah mata anakmu yang merindukan waktu main bersama.

Ibu,
Menjadi manusia serba bisa memang terasa hebat, tapi mengalah sebentar itu tidak salah. Mari beri ruang sejenak untuk kepala melunak dari kerasnya pikiran-pikiran tentang hari esok, serta masa depan anak. Mari beri tubuh angin sejuk agar keringat yang menetes bukanlah sebuah hal yang sia-sia. Ibu tetap terbaik, di mata anak-anak. Ibu tetap terbaik, meski dalam keadaan yang paling lemah sekalipun.

Karena penghargaan terbesar untuk seorang Ibu adalah...

pelukan.


Mari minta pelukan ke orang-orang terkasih. Keluhkan semua meski hanya dengan sebuah tangis. Mereka yang peduli, akan membuka dada dan menyambut dengan cinta.
Halo! Apa kabar?

Jadi gini, saya punya banyak refrensi tentang manajemen ASIP yang mau saya share di Blog, karena menurut saya hal ini sangat penting apalagi untuk working mom. Pemberian ASI merupakan salah satu hal penting karena ASI adalah hak anak ya, jadi, kita sebagai orangtua diharapkan mampu memberikannya hingga usia anak dua tahun. Apalagi banyak sekali manfaat yang diberikan oleh ASI, mulai dari sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat, pemberian nutrisi yang tepat, hingga bonding yang kuat terhadap ibu dan anak karena momen menyusui adalah momen paling romantis dan menyenangkan. Setuju kan? Nah, tapi saya bukan berarti men-judge ibu yang tidak memberikan ASI ya, karena biar bagaimana pun, banyak orangtua dengan kondisi medis tertentu yang tidak bisa memberikan ASI ke anaknya, tentu hal ini berbeda kasus dari yang ingin saya share di sini. Jadi, akan lebih baik jika pengetahuan tentang ASI dipahami sejak anak masih di dalam kandungan agar setelah melahirkan, kita sudah lebih paham tentang apa yang harus dilakukan untuk membuat ASI kita cukup sebagai makanan utama anak di usia enam bulan pertamanya, sebelum anak diberikan MPASI. Apalagi jika ibu sambil bekerja, bukan tidak mungkin loh tetap memberikan ASI pada si Kecil. Saya working mom hingga Bian berumur tujuh bulan, lalu resign dan bisa direct breastfeeding hingga sekarang umur Bian 18 bulan, semoga bisa hingga dua tahun ya. Perjalanannya tinggal sedikiiit lagi huhuhu lalu melow.


Meskipun pengetahuan tentang ASI sudah saya pelajari sejak masa kehamilan, ternyata semua itu tidak menutup kemungkinan saya memiliki beberapa kendala selama menyusui, seperti ASI saya tidak langsung keluar setelah melahirkan, sempat kena clogged duct hingga meriang (tapi untungnya tidak sampai mastitis), sampai penurunan produksi ASI di salah satu payudara. Belum lagi Bian sempet bingung puting, duh pucing lol.
Jadi, saya mau share tentang apa aja yang saya pernah tau tentang ASI dan manajemen ASIP untuk stok di rumah. Ini akan jadi bekal yang paling penting banget khususnya untuk working mom ya karena penyimpanan ASIP itu lumayan rumit tapi sesungguhnya sederhana kalau sudah dipelajari dari dasarnya. Nah akan ada banyak banget poin penting yang mungkin belum banyak diketahui orang, jadi mudah-mudahan artikel ini bisa membantu hehe.

Pada tulisan saya kali ini, sebelum kita mengenal lebih jauh tentang manajemen ASIP, saya akan membahas tentang beberapa poin penting mengenai ASI: 
  • Cara kerja produksi ASI 
  • Yang bisa terjadi dalam 0-7 hari pertama saat nifas 
  • Stimulasi LDR (Let-down reflex) 
  • Cara membuat produksi ASI jadi banyak 

Sudah siap? Yuk mulai!

A. Cara kerja produksi ASI
Dimulai dari conception, yaitu masa kehamilan, saat menginjak usia 16-22 weeks, tubuh sudah siap-siap memproduksi ASI. Jadi setiap ibu memang sudah pasti punya ASI ya karena memang ada hormon Prolactin di dalam tubuh yang menyiapkan produksi ASI ini, yang nantinya hormon tersebut akan dilepas setelah ibu melahirkan dan plasenta keluar dari rahim. Nah, saat melahirkan, hormon Progesterone (hormon kehamilan) akan menurun drastis dan hormon Prolactin (hormon pembuat ASI) akan meningkat. Makanya ASI akan keluar setelah ibu sudah melahirkan, walaupun banyak juga loh yang ASI-nya sudah keluar bahkan saat masih hamil. Saya termasuk yang kurang beruntung karena ASI-nya tidak langsung keluar setelah melahirkan. Saya baru bisa kasih ASI ke Bian di hari ke-4 setelah pulang dari RS. Apa kasih sufor dulu waktu 3 hari pertama? Hampir. Tapi gak jadi. Karena saya yakin kalau saya harus kasih ASI pertama saya yang mengandung kolostrum (karena ini PALING PENTING yang dibutuhkan bayi), dan bayi masih memiliki makanan cadangan dari plasenta hingga 72 jam pertama (yang mana itu berarti 3 hari). Kuning gak bayinya? Agak dikit, tapi semenjak hari ke-4 ASI keluar, saya gempur terus dan dijemur juga. Seminggu setelah lahiran, saat kontrol ke DSA, Bian gak harus sampai dirawat.

Kenapa sih ada ibu yang gak bisa langsung keluar ASI-nya? Hal ini masih wajar yah bu, karena ASI keluar rata-rata 30-40 jam setelah lahiran, jadi normal yah. Kalau masih ragu, boleh loh cari info lain lagi sebanyak-banyaknya. Yang penting tetap yakin bahwa kita bisa kasih ASI ke anak. Setelah itu, produksi ASI akan 100% bergantung pada supply & demand, yaitu semakin sering payudara dikosongkan, semakin cepat juga tubuh memproduksi ASI lagi sehingga jangan takut bahwa ASI kamu bakal abis atau kering karena terus-terusan menyusui. Malah kalau gak dikeluarin, tubuh akan menerima signal bahwa produksi ASI harus menurun karena kebutuhan ASI juga rendah. Jadi lama-lama akan mampet, terus kering, terus cuma keluar sedikit sampai lama-lama gak keluar sama sekali.

B. Yang bisa terjadi dalam 0-7 hari pertama saat nifas
Setelah konsep tersebut dipahami, kemudian yang harus kamu tahu adalah apa yang bisa saja terjadi selama 0-7 hari pertama nifas?
Ada dua kemungkinan; under supply atau over supply.
Under supply terjadi ketika ASI yang keluar hanya sedikit, atau bahkan hampir gak ada. Tenang aja, bukan gak ada kok. Kuncinya cuma satu: TERUS NENENIN KE BABY. Karena pancingan utama hanya sedotan si baby yang bisa membuat hormon Prolactin semakin aktif memproduksi ASI. Jadi jangan langsung pundung dan cari sufor, usaha dulu nenenin langsung, pakai breast pump, marmet (perah pakai tangan), apapun usahanya, lama-lama ASI akan keluar.

Nah, kebalikannya adalah over supply, di mana payudara rasanya kencenggg terus bahkan sampai dipegang aja sakit banget. Ini kunci utamanya juga cuma satu: NENENIN KE BABY. Karena payudara yang bengkak karena over supply kalau ASI-nya gak dikeluarin ya akan jadi mastitis nantinya (ini serem, silakan googling sendiri ya kalau mau tau penampakannya). Semakin sering ASI dikeluarin, semakin tinggi juga tubuh menerima perintah bahwa produksi ASI harus meningkat. Itulah mengapa pentingnya kita punya breast pump, untuk memompa dan mengeluarkan ASI ketika baby sudah kenyang menyusu. Jadi gak cuma working mom aja yang punya breast pump.

C. Stimulasi LDR
Sebelumnya musti tahu dulu bahwa LDR di sini bukan Long Distance Relationship ya HAHAHA. Let-down reflex adalah sebuah kondisi di mana ASI yang keluar itu tiba-tiba deras bangettt, bikin baby happy karena gak perlu ngenyot kenceng tapi ASI udah keluar banyak dan bikin kenyang glek-glek enyaaak. Ketika payudara distimulasi, akan terjadi rangsangan pada saraf-saraf di puting yang menyebabkan hormon Prolactin dan hormon Oksitosin meningkat sehingga mendorong ASI keluar dari payudara secara deras tanpa disedot. Rangsangan ini bisa dibuat dengan cara: ibu harus rileks sampai semua otot dan saraf di tubuh gak ada yang tegang alias santai aja bunn, terus buat senyaman dan sehepi mungkin, bisa juga dengan cara kilik-kilik puting, pijatan kecil, atau liat foto/video lucu si baby, nanti hormon happy akan bekerja dan membuat ASI akan mengalir deras.

Banyak ibu-ibu yang secara sadar tahu bahwa akan terjadi LDR, karena rasanya kayak geli-geli nyelekit dikit dan kayak ada yang ngalir kenceng gitu dari dalam payudara, terus baby akan menelan lebih santai karena gak perlu ngenyot dulu untuk bikin ASI keluar, dan nanti dia akan ada bunyi glek glek gitu karena minumnya enak. Tapi kalau aliran dirasa terlalu deras, bisa agak dipencet putingnya supaya untuk mengontrol aliran ASI, takut si baby keselek karena alirannya terlalu deras. Biasanya, LDR terjadi selama beberapa detik, lalu aliran ASI akan kembali normal seperti biasa. Dalam satu kali sesi menyusui, beberapa ibu bisa mencapai LDR beberapa kali walaupun ada juga yang hanya satu kali. Jadi LDR ini memang distimulasi agar bisa membantu mengosongkan payudara lebih cepat (saat sedang pumping) karena alirannya deras, serta membantu mengeluarkan hindmilk yang sifatnya agak lebih kental dari foremilk. Makanya penting untuk ibu bisa kasih stimulasi supaya bisa mencapai LDR di setiap sesi menyusui atau pumping.

D. Cara membut produksi ASI jadi banyak
Kuncinya cuma satu: LEBIH SERING KOSONGIN PAYUDARA. Caranya bisa dengan nenenin baby terus, pompa terus pakai breast pump, perah pakai tangan, apapun caranya yang penting jangan sampai payudara penuh dan bengkak karena bisa berujung dengan mastitis. Konsep ASI tuh cuma supply & demand. Semakin tinggi demand-nya, maka semakin cepat dan tinggi juga supply-nya. Semakin jarang kamu kosongin payudara, semakin lama juga ASI kamu akan reload dan lama-lama yang keluar cuma sedikit sampai akhirnya kering gak ada yang keluar sama sekali. Sedih kan? Jangan sampai ya.

Nah, sebenarnya tantangannya ada banyak nih, pelekatan (latch on) bayi pada payudara ibu saat menyusui bisa jadi salah satu masalahnya. Jika pelekatan salah, puting ibu bisa cepat luka karena perih rasanya tiap habis nen, akhirnya takut nenenin baby, terus baby-nya juga jadi gak kenyang dan rewel, berat badan susah naik tiap bulan, nah masalahnya jadi ke mana-mana deh, karena pelekatan mulut bayi tuh faktor paling penting dalam menyusui karena berhubungan dengan cara dia nyedot susu ibu. Apakah dia tongue tie/lip tie? Atau kamu punya flat nipple? Semua masalah menyusui harus segera diatasi. Kamu bisa cari klinik laktasi terdekat untuk dibantu agar bisa segera menyusui dengan benar sehingga produksi ASI pun tidak akan terhambat.

Untuk ibu yang harus pumping pun masalahnya bisa karena waktu. Setelah baby kenyang tapi payudara masih terasa penuh, pumping lagi aja sampai kosong. Dan jangan tunggu penuh baru pumping. Idealnya, pumping itu 2-3 jam sekali, agar supply ASI bisa lebih cepat. Kalau ditunda terus sampai berjam-jam dan nunggu payudara penuh baru pumping, hal ini juga bisa jadi salah satu faktor penurunan produksi ASI. Jadi kalau mau ASI-nya banyak, ya kuncinya cuma sering-sering dikosongin supaya supply-nya cepat reload dan bisa kumpulin stok ASIP lagi. Hingga akhirnya tiba masa akhir cuti melahirkan, kamu udah tenang karena stok ASIP gak harus kejar tayang. Bahkan jika harus pumping di tengah malam dan dini hari, AYO SEMANGAT! Saya pernah absen pumping karena ngantuk banget dan bablas sampai pagi, payudara udah kenceng banget dan ASI udah rembes di baju basah semua, alhasil dipegang pun sakit. Buru-buru pumping dulu sebelum Bian bangun dan kegiatan pumping jadi ketunda lagi.

Karena kayaknya udah kepanjangan, jadi artikel ini akan saya lanjut lain waktu yaa. Di artikel selanjutnya, saya akan mulai membahas tentang manajemen ASIP, mulai dari waktu dan cara penyimpanan, cara penyajian, sampai dengan poin-poin penting lainnya yang WAJIB banget jadi bahan pengetahuan kamu. Stay tuned ya! Terima kasih sudah membaca! :)
Sebelum saya sebahagia ini jadi fulltime mom, saya pernah ngos-ngosan jadi working mom dan membawa ke-stress-an itu setiap pulang kerja. Alhasil, semua gak fokus. Pikiran kebagi banyak, tenaga habis, ngurus anak jadi gak maksimal. Cupu? Call me whatever as you like. Tapi menurut saya, inilah pilihan yang akhirnya saya ambil karena beberapa faktor. Saya dan suami gak punya pilihan untuk masukin Biandul ke daycare (jangan tanya kenapa ya), dan opsi kami di awal hanyalah titip ke Utinya. Tapi karena saya pindah ke rumah ibu mertua, yang dititipkan jadinya ya ibu mertua saya. Sedangkan beliau juga masih sambil kerja. Gak tega rasanya liat beliau kurang tidur dan kecapean urus bayi saya (yang seharusnya menjadi tanggung jawab saya), sedangkan saya hampir selalu pulang kerja larut malam, entah karena lembur atau kejebak lalu lintas Jakarta yang amit-amit. Jauhhhh pun ya kantornya semenjak saya pindah ke rumah suami, rumah di Barat, kantor di Selatan, perjalanan bisa dua jam (evil cry). Suami yang kerja freelance di rumah pun jadi kebagi juga waktunya karena sambil jaga anak kami saat ibu mertua dapat shift kerja pagi hingga sore, karena yaa gak ada orang lain lagi di rumah. Ribet kan ya? 😅




Akhirnya dengan keyakinan penuh, yaudah saya yang ngalah untuk gak kerja supaya bisa full urus Biandul, karena semua di rumah ini masih pada kerja dan cuma ada di rumah waktu sore aja. Jelas akan memberatkan beban semua pihak kalau harus bergantian urus Biandul, dan kalau semua lagi gak ada di rumah, suami jadi yang harus turun tangan urus sendiri dan meninggalkan pekerjaan gambarnya.
Enam bulan pertama, semua mulai terbiasa. Saya sibuk urus ASIP dan kasih tau ke seisi rumah, ASIP mana yang harus diambil untuk diminum ke Biandul, tiap hari. Sepulang kerja masih harus pumping, cuci botol ASIP yang biasanya sehari abis 5-6 botol, bersihin badan, barulah bisa ikut Biandul istirahat (?), eh tentu tidaaak. Jika Biandul udah tidur pas saya belum sampai rumah, pasti pas saya udah di rumah, dia kebangun lagi. Ngajak main sampai jam 2-3 pagi, baru mau tidur lagi. Kadang saya gak bisa mandi, nyuci botol ASIP nunggu dia tidur dulu, kadang kecucinya baru paginya, harus sterilin juga. Eh dapet tidur cuma 2-3 jam terus berangkat kerja lagi. Gak jarang saya cuma bisa tidur sejam dan akhirnya minta izin untuk gak datang ke kantor, tapi di rumah tetap kerja. Untungnyaaa, punya bos yang pengertian banget. Asal kerjaan aman dan alasannya masuk akal, ya udah gapapa kerja di rumah. Lagian kalau cuma tidur sejam doang sih di jalan saya keburu pengsannn bisa-bisa. Kebayang gak rasanya kurang tidur dan nahan ngantuk? Muehehehe. Dan keseharian kita begitu terus sampai gak kerasa udah enam bulan.

Mulai lah Bian MPASI. WAAW SUPER EXCITED!
Mak ternyata inilah the next level of working mom karena tugas bertambah: MASAKIN MPASI. Jadi saya selalu masak di malam hari, masukin kulkas dibagi buat sekali makan di food container, baru bisa istirahatin badan. Kenapa gak pagi? Karena saya susah bangun pagi. Dibangunin bayi pun mata masih merem-melek, masih harus masak? Bakal buru-buru berangkat ngantor karena musti nyuapin sarapan dulu, mandiin, baru saya yang gantian mandi dan siap-siap ke kantor. Dan semenjak MPASI, saya berangkat ngantor jam berapa dong? JAM SEPULUH GAISSS! Sampai kantor jam berapa? HAMPIR JAM DUA BELAS WICIS JAMNYA LUNCH. Kantor bapak buyut??? Enaknya kerja di advertising ya gitu sih jam kerjanya fleksibel. TAPI KALO TIAP HARI YA BISA DIJUDESIN BOS JUGA LAH HEHEHEHE.

Lelah dan exhausted, sebulan kemudian saya minta resign! 🤣🤣🤣 Setelah berkompromi dan (akhirnya) dapat approval dari suami, saya ajuin resign. Karena selama di kantor semenjak saya masuk lagi setelah cuti melahirkan, pekerjaan saya semakin dikit, semakin terasa membosankan, jadi gampang ngantuk (ya kadang karena begadang sama bayi juga sih), dan ujung-ujungnya browsing: tentang MPASI bayi, menu MPASI, kenapa feses bayi berwarna anu, kalau bayi demam gimana penanganannya, kenapa bayi begini begitu, stimulus apa untuk bayi umur sekian bulan, bayi umur sekian bulan udah bisa apa, etc etc. Lahhh ini mah badan di kantor, kepala di rumah. Gak baik. Saya harus ambil keputusan. Kayaknya karena saya overthinking, saya bakal terus mikirin anak saya di rumah gimana, lagi ngapain, udah bisa apa, sedangkan saya di kantor harus kerja dan kadang harus dibawa ke rumah karena belum selesai dan gak mungkin lembur sampai larut malam kayak waktu belum punya bayi. Jadi, akhirnya saya putuskan untuk resign saja. Saya percaya rejeki saya akan datang dengan cara lain walaupun sebenernya udah enak banget tiap bulan dapet gaji lumayan dan bisa buat beliin baju dan mainan Biandul, bisa ketemu orang lain dan becanda, bisa colongan tidur siang dan me time (di kantor ada salon, lunch bisa ke mall sekalian cuci mata), tapi kok berat ninggalin rumah tiap hari? Ya saya mendingan stay di rumah. Cari kerjaan freelance bisa laaaah, gak akan seberat beban kerja fulltime di kantor. Lagipula, suami saya pernah bilang: "Ini anak kita, tanggung jawab kita. Sudah seharusnya kita yang ngalah untuk urus dia, bukan malah merepotkan orang dan kita tetep bertahan sama ego untuk kerja terus-terusan". Hmm, bener juga...
Ets, tapi jangan salah paham. Kalau kita titipin anak ke daycare atau nanny kan memang mereka bekerja untuk asuh anak dan dibayar, sedangkan untuk kasus saya, kami (bisa dibilang) lumayan merepotkan orangtua suami saya karena beliau harus ikut urus bayi kami SAMBIL BEKERJA JUGA. Jadi beban mertua saya ya juga jadi sangat berat karena harus merelakan jam istirahatnya untuk urus bayi yang pada masa itu masih demanding banget. Mereka sih keliatannya relaaaa banget, tapi saya yang kasihan. Gimana ya, capeknya juga saya ngerasain. Nah saya masih muda, sedangkan beliau sudah tua dan butuh lebih banyak waktu santai, jadi kami gak tega aja, hehe.

Dan benar aja, tawaran freelance ada aja untuk ngisi waktu senggang. Biasanya saya kerjain pas malam Biandul udah tidur. Makin gede, jam tidurnya udah lumayan teratur, jam delapan malam udah pasti ngantuk dan ngajak tidur. Lumayan deh bisa me time main hp sampe ketiduran wekekekek (atau nyuci baju, nyuci piring, beresin rumah, ngelipet baju, nyetrika, LAH MANA KATANYA ME TIME MAEN HAPE HAHAHA). Sampi akhirnya sekarang Biandul udah 15 bulan, saya ngerasa nyaman-nyaman aja jadi ibu rumah tangga. Bosan itu pasti, tapi suami saya untungnya sering ngajak jalan-jalan huehehehe, yaaa walaupun cuma jalan-jalan ke komplek sebelah sih bagi saya yang penting gak keluar duit banyak kayak ke mall AHAHAHA karena jajanan pinggir jalan lebih mure. Dan yang paling penting, GAK USAH NGITUNGIN CUTI TAHUNAN DULU KALAU MAU JALAN-JALAN (Yayy!).

Nah, kalau ada yang masih dilanda kegalauan mau fulltime jadi ibu di rumah, atau tetap bekerja, silakan jawab pertanyaan di bawah ini ke DIRI SENDIRI YA:

  1. Seberapa banyak kamu googling tentang semua hal yang berbau bayi, parenting, dan sejenisnya, selama di kantor?
  2. Seberapa berat beban pekerjaan kantor yang kamu rasain ketika belum punya anak vs sudah punya anak?
  3. Bagaimana manajemen waktu kamu selama di rumah dan di kantor selama punya anak?
  4. Bagaimana mood kamu selama di kantor? Membosankan, atau malah senang?
  5. Apakah kamu sedang memiliki tujuan untuk naik jabatan?
  6. Kalau kamu berada di situasi yang mengharuskan di rumah terus, bakal stres karena bosen gak?
  7. Apa kamu tipikal orang yang HARUS keluar rumah atau ketemu orang lain ketika kamu bosen?
  8. Apakah manajemen keuangan kamu sudah berada di titik aman?
  9. Sudah siap untuk terjun bebas ketika kamu resign, gak punya penghasilan lagi, dan harus menghemat uang dengan tidak sering belanja atau jajan?
  10. Apa kebutuhan sehari-hari sudah cukup, atau malah lagi berantakan?
  11. Masih punya utang atau tagihan yang belum lunas gak?
  12. Apa kamu cukup percaya dengan pola asuh yang diterapkan orang lain ke anak kamu? (Dalam hal ini, orang lain itu bisa orangtua, mertua, nanny, atau pihak daycare)
  13. Apakah anak kamu punya kegiatan yang memenuhi stimulasi tumbuh kembangnya dari pihak lain yang mengasuh anak kamu?
  14. Amati perkembangan anak dari bulan ke bulan, apakah ada perkembangan, atau biasa saja? Jika tidak ada perkembangan, maka harus ada yang dievaluasi dari pola asuh orang lain terhadap anak kamu.
  15. Siapkah untuk menerima hal pada poin ke 14 tadi? (Jika anak kamu masuk ke daycare, kemungkinan pola asuhnya akan lebih tepat dan bisa dipercaya.)
  16. Apakah kamu takut bahwa kamu dan anak jadi kurang bonding?
  17. Sudahkah punya cara efektif untuk memperkuat bonding dengan waktu yang terbatas karena sambil bekerja?
  18. Apakah kamu yakin dapat berkomitmen "hadir" sepenuhnya untuk anak kamu jika kamu fulltime menjadi ibu rumah tangga? (Dalam artian tidak hanya kasih makan, kelonin, mandiin aja tapi juga ajak main dan kasih stimulasi tanpa membagi pikiran ke hal lain.)
  19. Apakah kamu tetap butuh bantuan dari orang lain untuk mengasuh anak, mengurus keperluan suami, dan mengurus rumah?
  20. Pertanyaan terakhir adalah yang paling penting: Apakah kamu diizinkan oleh suami untuk resign??? 🤣🤣🤣

Silakan jawab dan buat kesimpulan sendiri, apakah kamu seharusnya sudah resign, atau tetap bekerja di kantor. Tapi untuk kamu yang punya masalah finansial jika resign, ya mungkin memang pilihan terbaik adalah tetap bekerja dulu supaya bisa menabung dan merencanakan sampai kapan bisa bekerja agar finansial aman jika suatu hari kamu mau resign. Kita harus tetap realistis, bukan? Jadi, semangat untuk apapun pilihan kamu!

Kalau menurut kamu, lebih pilih jadi working mom atau fulltime mom? Saya awalnya juga mikir kayaknya bakal jadi working mom terus tapi ternyata setelah melihat keadaan di lapangan secara langsung (halah), ada masanya kita memilih hal yang terbaik, bukan cuma untuk kita sendiri tapi juga untuk keluarga. Alhamdulillahnya lagi, rejeki dari suami yang (keliatannya cuma) freelance ternyata mencukupi kebutuhan keluarga kami loh. Kuncinya adalah ikhlas dan yakin, percaya bahwa pilihan yang terbaik itu gak pernah membawa kita ke keadaan yang salah.

Cheers!
Sebelum libur Natal, saya diberi tahu oleh seorang teman, bahwa sedang ada promo konsul gigi gratis di sebuah klinik dengan syarat: anak di bawah 2 tahun dan membawa buku RS sebagai validasi umur, serta membuat janji terlebih dahulu. Jadi gak ujug-ujug langsung datang gitu. Nah, kebetulan di dekat rumah lokasinya di Puri Indah nih, jadilah saya napsu bikin janji via telpon. Tapi karena sudah libur Natal, saya bikin janji di awal Januari 2019, tepatnya tanggal 3 kemarin. Saya excited banget plus deg-degan, takut Biandul nangis ketakutan, atau malah ada kenapa-kenapa sama giginya. 

Di umur 14 bulan, gigi Biandul baru ada enam; 4 buah di atas, dan 2 buah di bawah, tengah semua. Sejak giginya muncul di umur 11 bulan, saya langsung cari tahu pasta gigi apa yang aman digunakan bayi, karena belum bisa kumur dan pasti pastanya akan tertelan. Tapi, sikat giginya masih pakai silikon yang untuk bersihin lidah, bulunya juga masih silikon teksturnya. Sempat mau beli sikat gigi tapi masih ragu, apakah udah perlu? Perlu sih, tapi pakai silikon dulu deh supaya gak langsung kaget karena kan sikat gigi tuh panjang dan lebih besar. Saya maunya kenalin Biandul pelan-pelan supaya gak susah diajak sikat gigi. Alhamdulillah, Biandul selalu suka tiap sesi sikat gigi. Mungkin karena pasta giginya juga rasa strawberry dan dia doyannn. Nah, pasta gigi yang saya pilih akhirnya adalah Jack N' Jill rasa strawberry. Sempat baca beberapa artikel bahwa pasta gigi yang baik adalah yang berbahan organic dan fluoride free. Jadilah saya cari, tapi beberapa pasta gigi harganya terlalu mahal bagi saya. Nah, beberapa yang murah pun (contohnya merek komersil macam Kodomo, Pepsodent, dll) masih membuat saya ragu, aman gak sih kalau tertelan? Ya, jadi cari aman aja pakai yang organik sekalian tapi harganya gak terlalu mahal. Saya beli Jack N' Jill di Shopee Mall (di official akunnya) dengan harga Rp55,000. 

Beberapa sumber menyebutkan bahwa kita bisa membawa anak kontrol ke dokter gigi pertama kali saat umurnya 1 tahun dan sudah tumbuh gigi susu pertamanya. Tapi, dulu suami saya merasa belum perlu karena ya gigi pertama bayi pasti bagus-bagus aja dan baru sedikit juga. Makannya pun belum macem-macem kayak orang dewasa. Setelah saya coba komunikasikan lagi pentingnya cek gigi anak sejak dini, plus kebetulan ada promo juga, sekalian deh ajak suami kontrol aja biar kenalin Biandul ke dokter gigi juga. Sekalian banyak banget yang mau saya tanyain ke dokternya. Untungnyaaaa akhirnya si suami mauuuu anter saya dan Biandul cek gigi hihi. 

Tanggal 3 sore, kami berkunjung ke Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic di Puri Indah, bertemu dengan Drg. Asti (WAH NAMANYA SAMA NIH KITA WKWK). Pertama kali masuk ke kliniknya, beberapa mainan lucu sudah terlihat. Nah, ini jadi bikin Biandul teralih perhatiannya selagi saya sibuk registrasi, jadi gak rewel sendiri. Dia anteng banget loh karena saking banyaknya mainan yang belum pernah dia liat, ya kalau di rumah kan mainannya itu itu lagi. Setelah verifikasi data dan registrasi, saya diminta untuk pilih film yang akan diputar di dalam ruangan selama pemeriksaan untuk mengalihkan anak supaya gak terlalu takut selama giginya diperiksa. WIH, MENARIIIKK. Ini kan pertama kalinya juga saya ke dokter gigi anak, jadi kurang tahu apakah di semua tempat menerapkan hal yang sama atau tidak. Karena Biandul lagi suka sama fish, saya ambil deh film Finding Dory, kasih ke staff-nya. Setelah nama Biandra dipanggil, kami masuk ke ruangan praktek. Dokternya ramaaah banget dan menyapa kita dengan manis. Biasanya Biandul suka susah kenalan sama orang baru, bahkan bisa nangis. Tapi kemarin less drama banget dan cuma meringis dikit-dikit doang.


Ini ruangan tunggu, dari pintu masuk (warna cokelat di sebelah kanan) langsung ada mainan anak, dan sebelah kiri adalah meja registrasi. Pintu di samping sofa itu adalah ruang praktek. Kita cek gigi di dalam sana, tapi gak banyak ambil foto. 



Mainannya banyaaak dan warna-warni 



Muka happy liat banyak mainan 


Drg. Asti pertama-tama menanyakan ke saya beberapa hal: masih ASI? masih pakai dot? malam masih suka nyusu? makannya suka ngemut? udah bisa gosok gigi? pakai pasta gigi dan sikat gigi apa? Nah, sambil ngobrol, Biandul dikasih boneka buaya yang agak besar dan punya gigi. Biandul juga dikasih sikat yang agak besar dan panjang, lalu ditanya, 'Biandra tau gak cara sikat gigi? Gimana sih, coba tolong sikatin gigi buayanya yuk sayang.' Asli manis amat cara ngomongnyaaa. Nah, setelah udah ngobrol sedikit, mulailah pemeriksaan gigi. Di umur Biandul yang baru 14 bulan, dia pasti masih belum kooperatif untuk dicek giginya, jadi adegan nangis pasti ada. Oiya, Drg. Asti dibantu oleh 2 staff yang juga ramah-ramah. Film Dory mulai diputar, Biandul saya pangku, bangku mulai direndahkan, dan dia mulai cranky karena curiga bakal diapa-apain. 

Sambil dicek giginya, sambil Biandul nangis, saya terus sounding (kapan-kapan saya cerita tentang "sounding" ini ya) pelan-pelan bahwa ini cuma sebentar supaya giginya bagus terus dan gak sakit. Setelah selesai dicek, gigi Biandul disikat pelan pakai pasta strawberry (kayak rasa yang biasanya dipakai di rumah). Pas disikatin sih nangis, tapi gapapa jadinya mulutnya kebuka hehe. Abis selesai disikat, nangisnya langsung reda. Terus salah satu staff kasih balon gambar Paw Patrol buat Biandul. Dia seneng deh mainan balon, apalagi di rumah sering nonton Paw Patrol. 


Adegan cek gigi sambil nangis-nangis takut 



Balon Paw Patrol!
Sampai sekarang masih ada loh di rumah dan gak kempes-kempes haha 



Hasil pemeriksaan gigi Biandul:
Gigi Biandul masih bagus semua, kecuali SATU GIGI di sebelah kiri atas yang udah mulai ada bercak putih tanda pemicu karies gigi di masa depan. Kalau gak rajin dibersihin dan diperhatiin, nanti lama-lama bisa keropos giginya. WADAW, kayak ditabok! Selama ini gigi saya rapi dan sehat, gigi suami juga kayaknya gak berantakan kok. Jadi kalau nanti saya gak bisa jaga gigi anak dan jadi keropos mah aduh ampun jangan sampe deh. Sedih banget. Tapi Drg. Asti menjelaskan tanpa menakut-nakuti, karena sesungguhnya kondisi gigi Biandul masih bagus banget. Cuma memang perlu lebih diperhatiin lagi aja kebersihannya di satu gigi itu. Nah kan, kalau gak ke Drg mah pasti saya gak akan ngeh sama si satu gigi itu :( 

Hasil ngobrol dengan Drg. Asti tentang gigi anak: 
  • Beberapa artikel menyebutkan bahwa pasta gigi dengan kandungan fluoride BERBAHAYA jika tertelan bayi. Tapi sesungguhnya gigi susu bayi tetap butuh fluoride agar kuat dan tidak mudah keropos karena karies gigi, apalagi jika sudah MPASI dan rutin minum/makan manis, atau masih menggunakan media dot. 
  • Mengenai bahaya atau tidak jika fluoride tertelan, pemakaian jumlah pasta gigi harus disesuaikan dengan umur bayi sehingga risiko yang ditimbulkan sangat minim. Usia 1 tahun penggunaannya cukup dikiiittt bgt sebsar biji beras. Setelah 3 tahun, pemakaiannya sebesar kacang polong, dan setelah sikat gigi LANGSUNG dilap dengan handuk basah sehingga tidak banyak tertelan oleh bayi. FLUORIDE BERBAHAYA JIKA DIKONSUMSI DALAM JUMLAH YANG BANYAK DAN TERUS-MENERUS. Ya, tapi kan anak kita gak akan ngemutin pasta gigi banyak-banyak, kaaaan? Jadi ya ternyata aman aja sis kalau pemggunaannya masih sesuai anjuran, dan selama ini saya malah pakein yang free fluoride karena dulu belum cari informasi terlalu dalam. Akhirnya setelah cek gigi, saya langsung ganti pasta gigi hehehe. 
  • Biandul udah bisa mulai pakai sikat gigi yang stage untuk usia 1 tahun+, tidak lagi pakai silikon karena tidak terlalu bisa membersihkan dengan maksimal. Bye silikon, brb skroling online shop wkwkwk. 
  • Waktu sikat gigi gak harus tiap mandi, justru yang paling penting adalah pagi hari setelah sarapan dan MALAM HARI SEBELUM TIDUR, karena malam hari mulutnya sudah asam dan sudah banyak masuk bermacam jenis makanan. Sebenarnya buat yang masih nyusu malam hari pas jam tidur, itu juga lumayan memicu karies gigi karena ada susu yang mengendap di dalam mulut dan gigi bayi semalaman, tapi kan gak mungkin setiap malam abis nyusu kita bilas gigi bayi pakai kassa basah. Ribet sis kan ngantuk yah huhu. Yaudah gapapa deh asal pas waktunya sikat gigi ya disikat bersih aja. Opsi lainnya adalah tawarin air putih aja kalau kebangun malam. Itu bisa mulai dilakukan KALAU udah mau mengurangi jatah nyusu atau nen ya, biasanya dimulai dari mengurangi jatah nen di malam hari dan biasanya ini tuh untuk anak yang sedang dalam perjalanan mau disapih. Biandul sih masih jauh ya haha dan nen-nya masih sesukanya dia aja. 
Jadwal rutin cek gigi adalah setiap 6 bulan sekali (sama kayak kita aja orang gede, tapi pada jarang kan rutin cek gigi hayooo?) untuk memantau apakah gigi anak yang keliatannya bagus-bagus aja tuh beneran bagus atau sesungguhnya sudah ada bercak putih/kuning yang gak bisa hilang? Karena ternyata eh ternyata ya, KARIES GIGI TUH GAK BISA HILANG HUHUHU, baik yang masih baru bercak putih aja, udah mulai menguning, atau apalagi yang kariesnya udah lumayan tebal. Gak bisa dihilangkan. Bisanya direm/stop agar tidak semakin menggerus gigi sampai akhirnya bolong. Caranya ya dengan perawatan dan perhatikan makanannya. Awal-awal gigi masih sedikit sih masih gampang ya monitornya, nah nanti kalau udah penuh semua tumbuh, bakal lebih susah dan dramanya bisa jadi makin banyak. 
Biandul (dan semua bayi lainnya) sebaiknya DILARANG makan cokelat, permen, atau makanan manis lainnya yang lengket di gigi, apalagi susah dibersihkan dari gigi. Karena ya kayak yang kita tau sendiri, makanan manis kan pemicu utama masalah gigi. Biandul emang belum pernah sih dikasih permen dan cokelat, kecuali biskuit dan wafer dia pernaaah. Eskrim apalagiiii hehehehe. Tapi katanya masih gapapa selagi gak berlebihan dan gak menempel di gigi hingga sulit dibersihkan. Semakin lama sisa makanan menempel di gigi, akan jadi kuman yang siap merusak kekuatan gigi hiiiiii. 
Akhirnya, apa yang mamak lakukan setelah pulang cek gigi? Langsung beli pasta gigi baru (yang ber-fluoride) dan sikat gigi baru dooong wehehehe. Setelah bingung cari info sana-sini, bagusnya pasta gigi apa ya yang ada kandungan fluoride-nya? Akhirnya saya memutuskan untuk membeli Enzim Anak karena tanpa deterjen. Saya dan suami juga pakainya Enzim soalnya. Di saya sih ngaruh banget untuk mengurangi kambuhnya sariawan yang gak pernah sembuh selama hidup ya, makanya semoga bisa menjaga gigi Biandul juga. Sedangkan untuk sikat gigi, saya pilih beli Pigeon stage 3 untuk umur 1 tahun ke atas. Tapi aneh deh kok bulunya keras dan kaku banget gitu huhu saya jadi takut pakenya, takut sakit kena gusi karena lumayan tajam, apalagi giginya masih sedikit kan, jadi gusinya pasti akan kerasa banget kalau kena bulu tajamnya ini. Tapi akhirnya saya pakein pelan-pelan sih, Biandulnya gak kayak yang kesakitan atau gimana, malah seneng dan praktekkin sikat gigi sendiri, diemut dan gosok-gosok ke giginya sendiri hihi. Punya rekomendasi sikat gigi anak yang lebih bagus? Share dong :) 


Ini penampakan Pigeon Stage 3 (untuk 12 bulan+) 


Nah... bagi yang ada di sekitaran Jakarta Barat dan mau ke klinik Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic, berikut saya kasih kontak dan alamatnya di bawah ini ya: 

Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic
Jl. Kembang Indah 3 Blok G3-13, Puri Indah, Jakarta Barat
021-5835-1000 

Selain di Puri Indah, Kidz Dental Care & Orthodontic Clinic juga ada di BSD City dan di beberapa RS Siloam di Jakarta. Info lengkapnya bisa cek di IG @kidzdentalortho. Di IG-nya juga BANYAK BANGET lohhh informasi seputar masalah gigi anak dan tips & trick cara mengatasinya. Abis itu saya juga langsung baca-baca info yang ada di IG-nya supaya gak ragu lagi ambil keputusan untuk pemeliharaan gigi Biandul. 

Ayo tambahin tips cara menjaga kesehatan gigi bayi dong, yang tau boleh share di komen ya. Makasiiih udah bacaaa :)

Tahun 2018 bisa dibilang tahun yang gado-gado buat saya. Pengalaman nihil dalam peran seorang ibu menjadi faktor paling besar yang membuat saya merasa berat menjalani tahun ini. Susah, senang, kagum, haru, bahkan sampai sedih dan bingung pun bisa dirasakan semudah membalikkan telapak tangan. Ya, secampuraduk itu perasaan saya. Tapi, semua itu telah mengubah banyak hal dalam hidup dan pemikiran saya. Jelas, karena manusia akan selalu berubah; ke arah mana adalah kita sendiri sebagai pihak penentu. Jadi, gak usah lagi deh nyalahin takdir atau orang lain yang dianggap menjadi penyebab kenapa hidup kamu gini gak gitu, di sini gak di situ, atau malah ke mari bukan ke situ. Lho, ya, kalau ada orang lain "ngajak", kan tergantung kamunya mau atau gak, ya toh? So, I'll describe some of my journeys during 2018, like the others did.

Ceritanya mundur agak jauh dulu ya sebagai latar belakangnya. Anxiety adalah sejenis parasut terbesar yang menghambat sebagian banyak hal penting dalam hidup saya. Kekhawatiran itu menghambat saya untuk melakukan SEGALA HAL yang ada di depan mata saya. Literally segalanya. Dan ketika saya sadar bahwa hal ini udah bukan bisa dibilang hal biasa, saya mulai riset sendiri. Mencoba mengenal diri sendiri. Semua ini sudah lama saya lakukan, bahkan hingga membuat saya gak mengenal diri saya sendiri. Bingung? Sangat. Terus apa yang harus saya lakuin dalam hidup ini? Kalau gak tau mau ngapain, terus ngapain saya harus panjang umur? Bosan banget rasanya menghabiskan hari-hari biasa tanpa tahu mau ngapain dan buat apa, sehingga pikiran untuk mati sangat sering lewat. Yap, beberapa kali saya terserang depresi dan itu udah lama banget, bukan di tahun ini. Tapi, saya menceritakan ini karena hal ini adalah trigger terbesar yang lumayan membentuk saya menjadi diri yang sekarang ini.

Kenapa awalnya bisa anxiety dan depresi? Entah. Mungkin karena hidup dalam lingkungan yang gak sehat secara mental, banyak pengaruh yang tanpa sadar sebenarnya buruk, dan tidak adanya sosok orang yang bisa menuntun saya untuk lebih care dengan diri saya. Ketakutan saya terhadap apapun membuat saya jadi manusia yang gak gimana-gimana. Dapet ranking di sekolah, yaudah. Gak ranking 1 juga sih. Gak masuk ke sekolah favorit mah yaudah. Sekolah di mana aja bagi saya sama aja. Toh saya juga bakal takut sama guru dan segala hal yang terjadi di dalam kelas ketika ada sebuah situasi di mana saya harus menjadi pusat atensi bagi semua orang. Saya gak mau jadi juara karena takut dikenal, saya gak mau ikut lomba karena saya takut denger judge dari juri, saya gak suka ikut ekskul karena bagi saya lebih enak tidur di kasur, saya gak suka belajar di kelas karena saya takut bersosialisasi dengan sekumpulan orang dalam jumlah besar, tapi saya harus sekolah dan lulus untuk dapat ijazah dan melanjutkan hidup, itu kata banyak orang-orang. Hidup yang seperti apa, saya juga gak pernah tau jawabannya. Itu sebagian gambaran kelam dari masa lalu saya, sebelum akhirnya saya perlahan bisa bangkit dan mulai mengenal hidup.

2013 saya mulai membuka hidup baru karena sudah mulai bisa terbuka untuk orang lain. Ikut komunitas, belajar menulis, mulai kenal dunia kerja, bahkan kenal sama Tian dan "digodok" untuk jadi manusia, bukan robot kayak yang sebelumnya saya rasakan. Nah, untungnya Tian ini akhirnya jadi jodoh yang saya nikahi di akhir tahun 2016 hahahaha. Kemudian saya punya anak, transisi hidup kembali menampar saya. Sekarang semua hal bukan lagi hanya untuk hidup saya, tapi juga untuk hidup anak saya. Susah rasanya punya anak? Banget. Perjuangannya bisa dibaca di sini. Tapi saya lebih banyak bersyukur karena tempaan yang saya dapatkan membuat saya perlahan tahu jawaban atas semua pertanyaan yang sejak dulu saya gak paham: hidup itu kayak apa dan harus gimana? Dan saya jawab ke diri saya sendiri dengan tegas. Mulai saat itu, hidup saya perlahan berubah. Banyak fase yang mulai membuat level hidup saya naik. Akhirnya saya gak lagi ngerasa bahwa hidup itu cuma lewatin hari Senin sampai Minggu dan tiba-tiba udah ganti tahun lagi dan saya sadar kalau saya gak ngapa-ngapain setahun kemarin.

Di 2018, ujian kesabaran saya banyak bersumber dari Biandul. Kelakuannya yang super ajaib bikin mood saya naik turun. Kalau lagi pinter mah bisa sampe yang banggaaaaa banget ih kok bisa sih dia begitu, pinter amat, cepet amat belajarnya. Eh giliran lagi ngambek, wah kepala kayak dibakar panasnya. Ya, yang udah jadi emak-emak pasti paham betul. Apakah membuat saya kapok punya anak? Tentu tidak. Tapi, karena tanggung jawabnya besar banget, dititipin nyawa manusia cuy, ya saya gak mau asal nambah anak aja dong. Kalau memang merasa belum mampu bertanggung jawab lagi, saya gak akan mau nambah anak lagi. Ngurus anak susah makan sampai bbnya drop aja saya udah kalang kabut, takut anak kurang gizi lah, takut ada penyakit dalam yang serius lah, takut gak bisa keurus padahal saya udah telateeen banget bikinin makanannya. Tiap hari, sehari kadang bisa masak beberapa kali karena ditolak terus. Sejak umur Biandul delapan bulan, sejak kena diare pertama kali, di sinilah ujian kesabaran saya dimulai. Biandul jadi gampang sakit, badannya kuruuusss banget, tiap sesi makan jadi hal yang paling saya benci karena pasti akan berisik ngomel lah, ngotot lah, sedih lah, nanti tau-tau ngadu ke Tian sambil nangis-nangis minta peluk, minta kekuatan untuk terus sabar ngadepin Biandul.

Tantangan berikutnya muncul ketika di pikiran sudah mulai ribut, resign jangan? Kalau resign, uang buat sehari-hari cukup gak? Kalau gak resign, duh stres akutuh kerja setiap hari ketemu orang, meeting, takut dan capek. Belum lagi jaraknya jauh banget, sampai rumah udah kemaleman dan masih harus urus bayi. Saya bukan gak kuat sama capeknya, tapi gak kuat sama stresnya karena saya overthinking. Di kantor mikirin rumah, di rumah masih harus kerja lembur, di hari libur mikirin resign, masuk kantor lagi ketemu temen bisa seneng lagi. Siap emang di rumah terus setiap hari? Penghasilan jadi berkurang? Gak ada waktu main atau me-time karena full 24 jam pegang anak? Saya gak pernah nemu jawabannya, makanya keputusan ini maju mundur selama setahun belakangan. Akhirnya pertengahan tahun saya beranikan diri untuk resign. Dan hasilnya... LESS STRESS, SISTER! Saya gak perlu berantem sama anxiety tiap disuruh meeting, gak perlu takut terlibat masalah internal kantor, main sikut-sikutan demi bisa naik jabatan atau naik gaji. Dan pikiran saya fokus ke satu hal: anak. Kemudian masalah rejeki saya percaya aja kalau semua tetap baik-baik aja. Sebuah keputusan yang tidak saya sesalkan hehehe.

Dalam hal bisnis, saya gak pernah tau jago atau gak, karena saya gak pernah coba. Tapi selama ini saya selalu punya mindset: ketemu orang = takut. Yang namanya bisnis kan gak bisa sendirian dong, pasti ada kerjasama lah, kontribusi orang lain lah, dan saya aduh takuuuut. Saya sendiri aja lebih milih belanja online atau paling mentok di mini market aja karena tinggal ambil barang terus ke kasir buat bayar. Kalau ke warung, harus manggil penjualnya dulu, nanya ada barang ini itu atau gak, dan ini bisa saya sebut sebagai INTERAKSI. Takut? Jelas. Ketakutan saya berinteraksi sama sosial ini memang lama-lama agak mengganggu ya. Ada kenalan psikiater yang bisa bantu? Kalau ada, tolong komen ya hehehe (nitip sekalian). Oke, lanjut. Akhirnya yaudah kalau mau bisnis, online doang aja sekalian. Dapat dukungan dari suami, udah. Ditemenin sama adik ipar buat bantu, oke. Tapi karena dia juga mau nikah, fokusnya lumayan keganggu. Saking semangatnya, saya bikin plan sedetail mungkin. Kemudian gak ada kelanjutan. Dan gagal. Sedih. Tapi bingung juga mau mulai dengan gimana. Sedangkan gak ada satu langkah pun yang diambil, ya sebenarnya wajar kalau gak pindah tempat sesenti pun. Jadi kesedihan itu aku luapkan dengan marahin diri sendiri, lalu lupain semuanya. Karena bagi saya lebih gampang untuk marahin diri sendiri, lalu maafin dan lupain. Ketimbang nyalahin keadaan atau orang lain, walaupun udah maafin (katanya), pasti tetep masih susah untuk dilupain. Lagian emang gak ada pihak yang salah juga di sini selain diri sendiri yang gak ngelanjutin apa yang udah dimulai.

Hal lainnya yang sudah berani saya lakukan adalah: HIDUP MINIMALIS. Sebanyak dua dus total baju yang saya buang karena ternyata udah gak layak pakai dan gak akan pernah saya pakai lagi. Satu dus isi tas dan sepatu. Lalu beberapa kantong plastik isi make up dan perintilan centil yang walaupun masih ada isinya tapi kayaknya gak pernah saya sentuh (dan gak akan karena cuma seneng punya aja). Di sini saya belajar ikhlas banget untuk punya barang secukupnya dan sebutuhnya aja, sehingga saya harus ikhlas melepas sisanya. Semalam saya baru beresin isi lemari lagi dan melepas satu dus kecil isi jilbab yang banyak banget gak pernah kepake. Bisa dibilang, 75% barang saya sudah kebuang, dan yang saya punya sekarang hanya 25%-nya saja. Rasanya? Legaaaa banget karena bisa ikhlas. Dan isi rumah pun berasa enak karena cuma punya barang sedikit. Toh, yang dipakai bakal itu-itu lagi. Soon, saya bakal cerita lengkap tentang ini kalau udah beberes barang punya suami juga, karena saya masih belum berani untuk buang barang dia tanpa izin, apalagi baju. Karena bajunya kebanyakan hasil atrwork teman-teman senimannya, dan hasil gambarnya dia sendiri. Yang kayak gini kan pasti beda tujuan dong kalau gak mau dibuang?

Highlight saya yang paling keliatan di tahun 2018 sih itu kira-kira, tapi banyak juga hal kecil lainnya yang jadi keputusan penting bagi saya; semisal gak mau terlalu banyak posting video keseharian anak di IG Story, unfollow banyak banget orang-orang yang interest-nya gak sesuai lagi sama saya (termasuk beberapa selebriti fancy yang gak terlalu inspiring hidupnya, akun gosip bahkan gak pernah follow, jadi emang gak terlalu peduli sama update hidup seleb yang kebanyakan cuma gosiiippp, orang yang saya kenal pribadi, yang udah gak pernah saling tegur sapa, ngapain masih temenan di socmed yakan? Tapi kalau ketemu ya gak bakal saya judesin kayak orang gak kenal juga lah. Socmed dan real life kan beda), dan mulai rutin nge-blog lagiiii yayy!

Satu hal yang belum kesampaian di tahun ini padahal saya udah kepengin banget: olahraga. Hidup sehat itu emang kadang susah banget, bagi orang yang hidupnya terbiasa bodo amat dari dulu. Bodo amat mau makan apa aja, bodo amat mau bb naik atau turun, bodo amat mau olahraga atau gak, apalagi kalau jarang sakit kayak saya, makin bodo amat deh. Padahal olahraga kan penting buat bikin badan jadi tetep seger dan gak gampang loyo sampai tua nanti, apalagi udah punya anak, pasti mau panjang umur dong biar bisa ketemu cucu :") YAILAH ANAK MASI SETAUN UDAH MIKIRIN CUCU HEHEHEHE.

So, how about your 2018? Maaf kalau curhatnya kepanjangan dan membosankan yaaa. Yang mau share juga di komen boleh banget loh! Yuk semangat sambut 2019 dan mulai bikin resolusi lagi! 😃
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes