Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me

Yang namanya hamil, pasti dibarengi sama pikiran biaya kelahiran yang sekarang udah tinggi banget. Apalagi kalau gak bisa normal, waah tambah pusing dibuatnya. Nah, makanya banyak yang mau daftar BPJS untuk membantu meringankan beban biaya untuk melahirkan. Sebenarnya gak susah urusnya, cumaaa beberapa orang males ribet untuk bolak-balik siapin dokumen ini dan itu, akhirnya dinanti-nantiin aja. Akhirnya kayak saya deh yang baru urus BPJS pas udah hamil bulan ke enam.

Saya dan suami kebetulan termasuk golongan manusia ogah ribet yang kebangetan malesnya. Makanya nikah aja sampe males ngurus resepsi (alias males nabung lama-lama juga wkwk). Nah, tapi ya namanya udah berumah tangga kan pasti akan repot ngurus surat ini-itu terus, mulai dari urus  surat nikah, KTP pindahan, KK, dokumen asuransi atau BPJS, tabungan, bahkan surat tanda kelahiran dan akta kelahiran anak. Hmmmm... kudu banyak-banyak sabar deh berurusan sama instansi pemerintahan yang kadang kerjanya lammmma banget ehehe (maap ya malah jadi nyindir). KTP saya aja udah hampir setahun belom jadi-jadi, padahal pindahnya cuma dari selatan ke barat, belom pindah ke luar kota ckck.

Mungkin kalian ada yang bingung gimana cara urus BPJS sampai gimana cara pakai BPJS untuk lahiran kan? Nah, sambil nunggu lahir, sambil mulai diurus deh. Saya bakal jabarin caranya dan apa aja yang dibutuhin. Tapi, maaf ya kalau misal ada satu atau dua hal yang kelewat karena lupa. Ini tulisan seharusnya langsung di-share setelah saya selesai urus BPJS yha biar masih anget di otak, tapi apa daya, kesibukan dan kemalasan menguasaikuuu aaaa!!!! (oke maap, langsung aja yuk ke topik!)

Jadiii... karena saya kemarin yang pindah ke alamat domisili suami, akhirnya saya yang urus surat pindah, plus mencabut nama saya di KK orangtua untuk kemudian bikin KK baru. Cieeee~
Urutannya adalah sbb:
  1. Minta surat keterangan pindah dari RT, diisi form-nya, minta ttd RT, bawa dan minta ttd RW
  2. Bawa surat keterangan pindah yang udah di-ttd RT & RW, KK, KTP
  3. Nanti dari Kelurahan akan dikasih surat pindah dan namanya sudah dicabut dari KK lama
  4. Minta surat keterangan pindah dari RT domisili tujuan, minta ttd RT, bawa dan minta ttd RW
  5. Bawa surat keterangan pindah tadi ke Kelurahan domisili tujuan untuk ganti KTP dan bikin KK baru
  6. Untuk KK, selesainya cepet banget cuma 2 hari, tapi untuk KTP sampai sekarang saya belum terima, cuma dikasih resinya aja segede kertas A4 in case butuh untuk sesuatu
Nah setelah KK selesai dibuat, saya buka rekening baru dulu sebelum daftar BPJS. Karena BPJS cuma bekerja sama dengan 4 Bank aja: Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, dan Bank BTN. Saya pilih Bank BNI. Akhirnya saya buka rekening dulu. Setelah siap, baru deh daftar BPJS. Oh iya, sekarang calon bayi pun udah bisa didaftarin BPJS, jadi sekalian aja jaga-jaga in case (amit-amit) pas lahiran dedeknya kenapa-kenapa, BPJS-nya tinggal diaktifin dan biaya penyembuhannya bisa di-cover. Ini urutannya karena suami saya tadinya udah punya BPJS duluan ya:
  1. Datang ke kantor cabang BPJS sesuai domisili, atau bisa online juga (tapi kayaknya tetep aja abis itu kita perlu dateng ke kantor cabang)
  2. Bawa dokumen yang dibutuhkan sbb: Fotokopi KK, fotokopi KTP suami & istri, fotokopi buku nikah dan surat keterangan hamil (ini untuk BPJS calon bayi), fotokopi buku tabungan salah satu dari 4 bank yang bekerja sama yang tadi saya sebutin itu
  3. Isi form di kantor cabang BPJS, kumpulin semua dokumen jadi satu, kasih ke petugas dan tunggu nama dipanggil
  4. Setelah semua lengkap, nanti akan dikirimi nomor virtual account untuk pembayaran iuran pertama. Saya waktu itu daftar kelas 1 yang iurannya Rp80,000/bulan
  5. Setelah bayar iuran pertama, bawa bukti pembayaran ke kantor cabang BPJS untuk diproses kartunya. Selesai.
  6. Saya dan suami punya kartu BPJS, tapi untuk calon bayi kartunya cuma di-print di kertas HVS aja, nanti kalau sudah lahir dan diaktifin baru dikasih kartu BPJS-nya yang asli.
Note: Setelah bayi lahir, suami harus segera minta surat keterangan lahir dari pihak RS untuk dibawa langsung ke kantor cabang BPJS dan minta diaktifkan. Jadi, kalau nanti terjadi sesuatu yang darurat, si bayi sudah bisa ter-cover BPJS.

Nah, untuk pembayaran selanjutnya sekarang hanya butuh satu nomor virtual account, dan tagihannya nanti akan sejumlah tanggungan (misal Rp80,000 x 3 anggota keluarga = Rp240,000). Jadi gak bayar sendiri-sendiri. Untuk penggunaannya selama hamil dan untuk melahirkan, itu harus ke faskes 1 dulu, jika ada tindakan yang butuh dilakukan, maka faskes 1 baru memberi surat rujukan ke RS yang ditentukan. Dan sebelum melahirkan, saya harus paling tidak kontrol menggunakan BPJS ke RS yang dituju minimal 1 kali. Jadi urutannya: saya kontrol ke klinik dulu (karena faskes 1 saya klinik) --> minta surat rujukan untuk kontrol ke RS Hermina (karena di klinik cuma ada dokter umum dan tidak bisa USG) --> daftar ke RS Hermina sebagai pasien BPJS --> kontrol kehamilan (gak bisa milih dokter, jadi gak bisa minta kontrol ke Dr. Ady (Obgyn saya), karena dokternya cuma dipilih random sesuai yang ada jadwalnya di hari tersebut). Jadi nanti jika saya mau lahiran menggunakan BPJS, saya harus minta surat rujukan dulu ke klinik. Jika normal, klinik akan merujuk saya ke Puskesmas sekitar, jika caesar, klinik akan merujuk saya ke RS (Hermina).

Pusing? Mungkin ikutin aja kali ya prosesnya biar gak pusing. Soalnya kalau dipikirin doang emang mumet. Kemarin pun saya dan suami bolak-balik urus BPJS sampe capek sendiri, tapi demi pertolongan biaya melahirkan hehehe. Jadi tabungan saya dan suami bisa dipakai untuk menyiapkan perlengkapan si bayi juga, plus untuk mengadakan syukuran setelah 40 hari anak saya lahir.

Nah, terus gimana perlakuan pihak RS terhadap pasien BPJS? Denger-denger banyak gak enaknya ya?
Ah, nggak juga. Malah proses persalinan saya terbilang lancar banget dan di atas ekspektasi saya. Yaa, itu di RS Hermina Daan Mogot ya. Saya gak tahu kalau di RS lain, hehe. Semoga prosesnya juga lancar-lancar aja, karena semua pihak di RS kan pasti sudah berusaha sebisa mungkin membantu persalinan kita. Semangat terus yaaa para bumil!
Next post, saya akan ceritain tentang proses persalinan saya deh :)
Maaf kalau postingan ini gak terlalu detail, soalnya banyak lupanya. Mungkin kalau mau ada yang ditambahin, boleh banget di komen ya.
Saya kontrol kehamilan sepenuhnya di RS Hermina dan Bidan terdekat di Kalideres, tempat suami saya tinggal. Dan selama kehamilan, saya hanya ganti satu kali Obgyn. Pertama kali tahu hamil, rasanya bingung dan gak sabar mau cek ke RS untuk tahu kebenarannya. Langsung saja saya dan suami ke RS Hermina untuk cek kandungan pertama kali. Tanpa ada bekal apapun, saya cuma memilih dokter siapa saja yang hari itu sedang dinas. Saya gak tahu siapa yang terbaik di sana untuk bisa saya pilih. Jadi, di meja pendaftaran, saya memilih Dokter Katerina. Beliau baik, santun, cara bicaranya menenangkan. Saya pikir karena ini baru pertama kali dan saya gak ada masalah, jadi saya fine-fine aja kalau kontrol selanjutnya sama Beliau.

Sepulang dari RS dan memastikan bahwa saya hamil, kami mulai memikirkan banyak hal, termasuk tempat kontrol yang nantinya akan kami kunjungi setiap bulan. Untuk kontrol rutin ke RS tiap bulan kok rasanya masih keberatan ya untuk kami, apalagi harga vitaminnya lumayan mahal. Untuk menyiasatinya pun kami membeli vitaminnya sendiri ke apotek, bukan dari tebusan resep. Nah, akhirnya kami kembali berpikir untuk mencari Bidan dekat rumah. Pilihan jatuh pada Bidan Lestari, sesuai rekomendasi beberapa saudara Tian di rumah. Akhirnya setiap bulan kami kontrol ke Bidan, diberi vitamin, dan harganya sangat bersahabat. Kalau sudah tiba waktunya USG, barulah Bidan Tari akan memberikan surat rujukan untuk saya bawa ke RS Hermina, supaya harganya bisa lebih murah karena Bidan Tari bekerja sama dengan salah satu Obgyn di sana. Dan Obgyn-nya adalah Dokter Ady. Ternyata, hampir semua tetangga dan saudara di sekitar rumah juga merekomendasikan Dokter Ady, karena Beliau dikenal sangat bagus. Tapi, karena bagus banget gini, ya antreannya harus bawa bekal kesabaran karena banyak bangetttt hehehe.


Kunjungan pertama, kami dapat nomor urut 30an ke atas, dan ternyata kami harus menunggu selama empat jam. Dari mulai saya yang sabar, bete, ngantuk, sampai akhirnya suami yang kesal dan bosan, kami ganti-gantian menghibur kalau sudah hampir bete. Tapi semua itu bisa dimaafkan karena setelah keluar dari ruangan, kami akhirnya tahu bahwa jenis kelamin calon anak kami adalah laki-laki. Jelas, bapaknya seneng banget karena diam-diam dia ngarep banget punya anak cowok. Iyaaa, kesampean yaaa. Kami baru selesai kontrol jam setengah sebelas malam. Saya langsung foto hasil USG untuk dikirim ke Ibu saya, dan Beliau juga gak kalah senang karena ngarep cucu cowok.

Saya senenggg banget sama Dokter Ady, auranya positif, sikapnya berwibawa dan gak bikin tegang, omongannya selalu positif dan yang paling penting, Beliau pro normal dan gak money oriented sama pasiennya. Ternyata gak salah kalau semua orang merekomendasikan Beliau. Akhirnya saya lanjut sama Beliau dan gak balik lagi ke Dokter Katerina. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kami akhirnya mendaftar via telepon ke RS Hermina dua hari sebelum kontrol ke Dokter Ady supaya gak dapet nomor antrean yang panjang lagi.

Tapi, makin ke sini, kami makin gak sreg sama Bidan Tari, karena beberapa hal. Tapi, kami sadar masih membutuhkan Beliau. Selain karena sudah kepalang tanggung (sebelnya mulai pas udah hamil bulan ke-7-8), surat rujukannya ke Dokter Ady juga bisa meringankan kami, hehehe. Anaknya gak mau rugi yhaa, hehe. Tapi akhirnya di akhir masa kehamilan, kami gak ke Bidan Tari lagi karena mulai check up ke klinik Kaina (demi mengurus kelahiran pakai BPJS). Nanti saya akan share pengalaman mengurus BPJS sampai masa kelahiran ya. Saya tahu ada banyak banget pengalaman yang mau saya share di Blog saya, semoga bisa membantu orang-orang yang membutuhkan informasinya :)
Percaya gak, perut saya baru mulai keliatan hamil pas umur 7 bulan, alias masuk di trimester ketiga. Hmmm, nasib punya badan kurus, bahkan pas hamil aja susah gendutnya. Tapi alhamdulillah kenaikan bb saya dan janin cukup bagus bahkan bb janin hampir melewati batas wajar karena mamaknya doyan makan manis, hehehe.


Saya mulai ngerasain ngidam yang terlalu itu justru pas masuk trimester ketiga. Tiap hari adaaaa aja yang mau dibeli. Yang paling sering tuh order Hokben buat makan siang di kantor, padahal bawa bekal. Jadi makanan bekalnya dimakan buat sore, soalnya saya kelaperan terus haha. Dan selain minum susu hamil, saya juga sering banget minum susu UHT Ultra, gak ketinggalan beli dua batang cokelat yang (percaya gak percaya) bisa saya habisin hari itu juga. Terus, jangan lupa juga eskrim kesukaan saya yang hampir tiap weekend gak pernah absen. Nah, uang ongkos jadi meledak deh tuh karena tiap hari selalu ada aja makanan yang dibeli. Untungnya, makanannya gak ada yang mahal-mahal atau aneh-aneh banget, sih. Cukup pengertian juga ya Bian waktu di dalem perut, punya orangtua yang gajinya belum dua digit huehehe.

Nah, pas udah masuk ke bulan delapan, Obgyn saya sempat nyuruh saya mengurangi makanan manis, soalnya bb si janin takut makin kegedean dan malah susah lahirnya. Udah deh, Tian langsung jadi pak satpam yang ngejagain jajanan saya supaya gak eskriiiim mulu, atau cokelaaatt terus. Yadeh, demi kesehatan saya dan calon bayi juga, supaya asupannya gak kebanyakan gulaaa mulu, ya jadi makan manisnya saya rem aja. Seminggu sekali, dan cuma satu jenis jajanan aja.

Yang paling berat untuk ditahan itu adalah mengurangi konsumsi INDOMIE. Yes, I mentioned that brand! Saya cuma suka Indomie aja dan itu rasanya patah hati banget tiap kepengin mie harus tahan-tahan. Tian nyuruh saya berkomitmen untuk makan mie gak lebih dari satu kali sebulan, tapi beberapa kali saya cheating lah, saat udah gak tahan banget tiap menit ngebayangin aroma dan bentuk mie yang gak bisa dimaafin, segala macam rayuan saya lempar ke sang suami biar dibolehin makan mie. Sekalinya dibolehin, SAYA MASAK DUA PORSI, wkwk. Ya, asal abis itu janji lagi gak boleh makan mie sampai sebulan ke depan. Hm, mecin memang jahat ya, kawan. Ku tak sanggup membencinya meski ia tak bisa selamanya kucintai. Halah, drama!

Tapi, serius deh. Sesekali gak perlu terlalu parno sama yang kayak gitu-gitu tapi untuk hal hamil, menyusui, atau sudah berpenyakitan, tegas sama diri sendiri itu salah satu hal yang wajib banget dilakukan walaupun level susahnya udah bangcad banget. Soalnya apa yang kita makan, juga akan diserap oleh janin/bayi kita. Dan perjuangan saya gak selesai cuma sampai melahirkan aja, tapi juga sampai dua tahun menyusui, bahkan bisa seterusnya untuk ngenalin ke anak saya bahwa hidup sehat itu menyenangkan. Mungkin, semua akan terasa lebih mudah kalau sudah terbiasa. Dan semoga, kehadiran anak saya bisa mnegubah apa yang selama ini gak bisa saya ubah. Tentang pentingnya menjaga kesehatan, hidup bahagia, dan menghargai cinta. Uuuuunchhh!!
Sesuai janji, saya mau share apa aja yang perlu disiapkan sambil menunggu kelahiran si calon bayi. Tapi sebelumnya, tulisan ini berdasarkan pengalaman dan pemikiran saya pribadi ya, bermodalkan baca tulisan sana-sini. Sisanya bisa kamu sesuaikan dengan keadaan aja. Catatan: bumil di trimester kedua rawan banget celamitan! Hihi. Apaaa aja mau dibeli. Nah, gini nih gunanya bikin catatan khusus sejak awal banget supaya kita bisa ngerem napsu untuk beli-beli barang lucu bayi yang gak penting atau bahkan belum diperlukan saat ini.

Jadi, di masa akhir trimester kedua saya akhirnya menyempatkan waktu untuk menyiapkan semua perlengkapan dan peralatan bayi. Setelah googling sana-sini dan tanya-tanya sama teman yang sudah melahirkan duluan, inilah isi catatan saya:


BEDDING SET
  • Kasur kelambu (supaya baby gak digigit nyamuk): ada yang cuma kasur +kelambu kecil aja, ada juga yang sudah sekalian dapet bantal guling
  • Bed cover + bantal + 2 guling + bantal peyang: ini kebanyakan emang udah dijual satu set sih
  • Selimut bayi (ini optional kalau gak mau beli bed cover atau buat ganti-gantian juga bisa kalau pas kotor dan perlu dicuci. Karena sepengalaman saya, kain bedongan bisa juga jadi selimut bayi)
  • Sarung bantal + guling (buat ganti-ganti kalau sarungnya kotor dan perlu dicuci)
TRAVEL PACK
  • Selimut topi
  • Gendongan
  • Tas travel bayi
  • Stroller
  • Alas stroller (ini penting gak penting sih tapi akhirnya saya gak beli hehehe)
BATHING
  • Bak mandi/baby bather
  • Handuk
  • Waslap
  • Perlak
  • Pembersih lidah/mulut bayi
TOILETRIES
  • Sabun & shampo bayi (saya belinya J&J top to toe wash biar cuma beli satu aja hehe)
  • Baby cream (untuk ruam popok)
  • Tisu basah & kering
  • Bedak tabur, minya telon
  • Baby cologne, baby lotion & baby oil --> ternyata gak begitu kepake sama saya
  • Tempat bedak
  • Cotton bud untuk bayi
ASIP MANAGEMENT SET
  • Botol susu + dot
  • Breast pump (saya pakai Spectra 9+, nanti saya share review-nya juga ya.)
  • Botol kaca asi (saya pakai botol kaca karena bisa dipakai berulang-ulang)
  • Thermal bag/cooler bag & ice gel (saya pakai merek Natural Moms. Untuk working mom ini wajib dibeli. Biasanya sih beli thermal bag udah sepaket sama ice gel, tapi beli lagi juga ya buat tambahan)
  • Sterilizer (sebenarnya kalau cukup diuapin pakai air mendidih sih gak apa-apa ya, tapi misal gak mau repot ya beli aja. Tapi yang jelas, tiap habis cuci botol-botol dan perlengkapan menyusui si baby, jangan lupa diuapin air panas)
  • Bottle warmer (buat angetin asi dari kulkas. Bisa juga disiasati rendam air anget tapi air angetnya gak boleh lebih dari 40º C)
  • Sikat untuk mencuci botol
CLOTHING
  • Popok kain
  • Singlet/kaos dalam
  • Gurita (kalau kata dokter & bidan sih sebenernya gak boleh pakai ini lagi ya setelah keluar dari RS, tapi bila orangtua menyarankan ya selebihnya pilihan kamu mau beli ini atau gak)
  • Bedongan (bisa jadi selimut juga. Kalau kata dokter & bidan sih sebenernya gak boleh pakai ini lagi ya setelah keluar dari RS, tapi bila orangtua menyarankan ya selebihnya pilihan kamu mau beli ini atau gak)
  • 1 set baju kancingan newborn (biasanya terdiri dari baju lengan pendek, baju kutung, baju lengan panjang, celana pendek, celana pop, celana panjang)
  • 1 set baju piyama kancingan (biasanya baju & celana panjang, biar anget kalau malam)
  • Baju kaos
  • Celana tutup (yang bagian kakinya gak bolong)
  • Kupluk
  • Sarung kaki & tangan
  • Sapu tangan
  • Perlak/alas ompol
  • Kaos kaki
  • Diapers (ini jangan langsung beli banyak, nyobain dulu aja beberapa merek sampe nemu yang pas dan enak dipakai si baby)
* Semua baju beli seperlunya aja ya, paling bisa dipakai sampai bayi umur 3-4 bulan.

OTHERS
  • Jemuran baju bayi (yang bulat ada banyak gagang, ya taulah maksudnya gimana ya haha)
  • Sabun cuci untuk botol & peralatan makan & minum bayi (buat yang sensitif, kalau saya cuma pakai sabun yang sama kayak yang dipakai keluarga untuk cuci piring, tapi tempat dan spons-nya dibedain)
  • Bouncer/sofa goyang/ayunan (lumayan buat nidurin bayi biar gak gendongan mulu)
  • Termometer (biasanya kepake banget buat kalau abis demam pasca imunisasi, suhu bayi harus tetap dipantau jangan sampai lebih dari 37.5º C)
  • Kain kassa & alkohol (ini dipake banget selama masa newborn sampai tali pusat puput. Karena tiap hari harus ganti kain kassa setiap habis mandi)
FOR MOMS
  • Bra hamil & menyusui (dibelinya sih harusnya dari masa kehamilan, dan bra ini enak bangettt dipakenya, bisa beli di online shop banyak banget sih jenisnya)
  • Breast pad (mending beli sebelum melahirkan karena payudara sehabis melahirkan lagi deras-derasnya ngucur ASI terus. Dulu saya kecolongan lagi kontrol ke RS gak pakai breast pad dan nembus sebaju-baju basah ASI plus lengket dan baju jadi keras juga bekas kena ASI)
  • Nursing cover (untuk pumping di kantor juga berguna banget)
  • Gurita untuk ibu (untuk menjaga perut pasca melahirkan)
  • Pembalut nifas (atau boleh juga beli pembalut biasa tapi yang super panjang untuk night karena darah nifas lumayan banyak banget di minggu-minggu pertama pasca melahirkan, normal  maupun caesar)
Hm, lumayan banyak ya? Nah, saya nyicil belanjain ini semua dari bulan ke tujuh, dan tetap lumayan berasa haha. Jadi mungkin bisa dicicil dari bulan ke enam kali ya? Itu pun kalau gak percaya sama mitos bahwa perlengkapan bayi gak boleh dibeli sebelum kehamilan umur 7 bulan. Karena untuk alasan ekonomi yang masih biasa-biasa aja, rasanya ringan banget loh kalau bisa mulai beli dari jauh-jauh hari dan dicicil. Soalnya kalau langsung beli semuanya sekaligus, wah saya lumayan berasa kecekik sih, hehe.

Yang penting, semuanya jangan dibawa pusing. Seharusnya semua disiapkan dengan hati gembira sambil menunggu calon baby launching ke dunia dan kita bisa meluk beneran. Gak sabar kaaaan? Aaaaa saya tauuuu tuh rasanyaaa :D
Semoga yang lagi hamil, sehat-sehat terus yaaa. Dan yang belum hamil, disegerakan. Yang baru banget lahiran, boleh nambahin di komentar kalau ada yang kurang. Siapa tau bisa bantu-bantu mereka yang lagi bingung nyiapin kebutuhan calon anaknya :)
Banyaakkk banget omongan dari orangtua tentang mitos-mitos jaman dulu. Jangan begini lah, jangan begitu lah, nanti anaknya begini lah, nanti ibunya begitu lah. Percaya atau gak, ya itu balik lagi ke personal masing-masing. Sampai mana keyakinan kalian wahai calon orangtua. Biar bagaimana pun, si calon ibu tahu persis apa yang harus ia lakukan, semua demi kebaikannya. Kita yang ngerasa, kita yang tahu harus apa. Omongan orangtua tentang banyaknya mitos-mitos itu juga jangan sampai bikin kita jadi stres. Boleh didengerin, boleh diikutin, tapi misal gak percaya ya jangan tutup kuping banget juga. Orangtua kita kan tahunya yang terbaik ya kayak gitu, tapi itu pada jamannya. Jaman sekarang, banyakkk banget yang udah berubah. Termasuk saya, percaya jaman berubah, cara menghadapi hidup juga bisa berubah nyesuain keadaan. Lagi-lagi, kita yang tahu apa yang harus kita lakukan demi kebaikan keluarga kita. Begitu kan ya, Buk?


Salah satu kepercayaan orangtua jaman dulu yang berbeda dengan jaman sekarang adalah penggunaan bedong dan gurita pada bayi. Katanya, gurita digunakan untuk mencegah perut bayi besar, menghangatkan dan mengurangi kembung. Sedangkan bidan dan dokter anak justru melarang penggunaannya setelah bayi pulang dari rumah sakit. Jadi, kita mau ikuti saran yang mana? Semua balik lagi ke kepercayaan masing-masing, dan semua ini harus didiskusikan oleh seluruh anggota rumah supaya bisa kompak ngurus bayi. Nah, hal ini yang bikin saya sempet bingung saat mau membeli perlengkapan bayi. Butuh dibeli gak ya? Apalagi, di trimester kedua ini saya udah mulai siapin budget plus udah nulis-nulis di notes handphone, apa saja yang perlu saya beli. Nah, dari sini, muncul lagi nih mitos lainnya: emang boleh beli perlengkapan bayi sebelum umur kehamilan tujuh bulan? Nahloh!

Kalau saya kemarin memang sudah menghitung-hitung perkiraan dan baru bisa mulai belanja di bulan ketujuh kehamilan, tapi toh kalau memang ada rejeki kenapa gak beli dulu aja tanpa harus nunggu tujuh bulan? Daripada uangnya kepake untuk hal lain terus nanti pas udah tujuh bulan malah uangnya pas-pasan, jadi ketar-ketir kan. Mana sebentar lagi udah masuk due-date. Hehe, hehehe. Ini kan logika manusia pada wajarnya. Kalau mitos itu kan kepercayaan sama 'orang dulu' yang kadang suka gak sesuai sama logika parents jaman now. So, yang kayak gini-gini emang perlu dipertimbangkan juga sebelum pusing-pusing sama masalah besar lainnya. Yang penting, bumil jangan sampai stres. Jalanin aja semuanya seperti air mengalir, jangan terlalu maksain ikutin ini, itu, begini, begitu, eh malah bingung sendiri deh mana yang bener dan enggak. Tapi, yang saya pasti yakini, saran dari orang lain memang ada bagusnya, in the end tetap kita yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita dan calon jabang bayi kesayangan. Semangat terus yah!

Next post akan aku share perlengkapan bayi apa aja yang harus disiapkan sebelum si dedek gemes lahir ke dunia ini...
Newer Posts Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes