Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia
  • • Home
  • • About Me
  • • Media Kit
  • • Advertorial
  • • Contact Me
Kemarin muncul post sebuah berita tentang Ibu Risma, Menteri Sosial RI, yang menolak adanya konsep panti jompo, karena dianggap gak sesuai dengan budaya dan agama di negara ini. Di sebuah portal berita tentang statement Ibu Risma, Beliau menyampaikan bahwa konsep ini dikhawatirkan akan membawa pemikiran bahwa seorang anak bisa saja menelantarkan atau membuang orangtuanya ke panti jompo. Beliau juga menekankan pentingnya mengembalikan nila-nilai tradisional dan menghormati orangtua kita. Hmmm.. kamu sendiri setuju gak sama pendapatnya Ibu Risma?

https://widyasty.com

TENTANG NILAI MENGHORMATI ORANGTUA

Jaman sekarang, kalau kita peka di media sosial, banyaaaakkk banget anak muda yang "curhat" tentang konfliknya dengan orangtua, banyak juga yang akhirnya merasa kurangnya kasih sayang dari orangtua. Penyebabnya tentu banyak, tapi apakah artinya kita jadi bisa bebas melawan orangtua atau bahkan sampai harus pergi dari rumah dan memutuskan hubungan dengan mereka? Ya, ini balik lagi ke kondisi masing-masing, karena yang tahu seberapa baik dan buruk hubungannya kan pasti anak dan orangtua itu sendiri.

Kalau cuma perkara beda pendapat sih namanya bukan pasti toxic ya, cuma memang perlu diperbaiki aja komunikasinya, lalu kita bisa kok tetap menghormati orangtua dengan cara masing-masing. Kita masih bisa saling menyayangi, saling perhatian, mencari kegiatan yang memperkuat bonding, jadi di masa tua pun kita gak merasa koneksi dengan orangtua memudar. Nah, cara kita menjaga hubungan dengan orangtua kan pasti dilandasi dengan rasa kasih sayang, sehingga kita merasa harus menjaga orangtua kita sampai mereka tutup usia 🥹🥲

Jadi, menurut saya, nilai-nilai menghormati orangtua itu pasti akan selalu tumbuh dari dalam hati, meskipun kita semua punya perbedaan kondisi, perbedaan jarak, dan lain hal lagi.

PANTI JOMPO ≠ TEMPAT PEMBUANGAN ORANGTUA

Saya setuju sama poin Ibu Risma bahwa memang lebih baik kalau orangtua tetap berada di lingkungan keluarganya, supaya kita bisa merawat dan memberi kasih sayang yang baik ke orangtua, dan mereka tidak merasa ditelantarkan oleh anak-anaknya di panti jompo. Tapi, apakah semua orangtua mau tinggal bersama anak-anaknya hingga tua, apalagi jika mereka semua sudah berkeluarga? Belum tentu.

Mungkin jaman dulu, iya. Banyak kondisi yang juga menempatkan seorang anak, mau gak mau harus "menampung" orangtuanya di rumah dan tinggal bercampur dengan keluarga. Nah, kadang konflik baru malah jadi muncul nih, karena satu rumah dihuni banyak kepala. Sebelumnya bisa baca tulisan saya dulu tentang Masalah Pernikahan yang Paling Sering Muncul.

Tapi, gak sedikit juga kok yang bisa hidup harmonis meskipun tinggal bersama dengan anggota keluarga yang banyak. Intinya, kondisi tiap rumah tangga itu berbeda-beda, jadi kita juga punya banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing, gak hanya dikotak-kotakkan dengan pernyataan "semua harus begini supaya bisa begitu".

Di jaman sekarang, banyak banget teman saya yang setuju atau bahkan sangat menerima konsep hidup masa tua di panti jompo, jadi gak ada salahnya bisa di Indonesia ada tempat/fasilitas tersebut, karena menurut saya tempat itu juga gak buruk kok. Buat anak yang menelantarkan orangtuanya, itu kan berarti karena orangnya yang memiliki keputusan itu, terlepas menurutnya itu salah atau benar, bukan lagi jadi urusan kita. Tapi, menurut saya, di mana orangtua yang sudah lansia dan ditelantarkan keluarganya bisa punya tempat tinggal kalau bukan panti jompo yang menerimanya? Masa mereka harus hidup di jalanan? 😟

Baca juga: Senior Living, Opsi Tempat Tinggal di Masa Tua

KUALITAS HIDUP DI PANTI JOMPO

Memang sudah sejak lama penyebutan "panti" itu dianggap sebagai tempat orang-orang terlantar, gak cuma untuk lansia tapi juga anak-anak dan bayi. Akhirnya, kita juga sering merasa bahwa panti adalah tempat orang yang tidak diharapkan, dibuang, dan kurang kasih sayang, huhu. Tapi ya menurut saya itulah fungsinya panti.

Jika panti jompo dianggap punya konotasi negatif hanya karena penyebutan atau penamaannya, mungkin kita bisa lihat dulu bagaimana fasilitas di dalamnya, dan perlu riset lebih dalam tentang angka kualitas hidup para lansia selama tinggal di panti jompo. Apakah lebih banyak mereka yang merasa kesepian dan kurang kasih sayang, atau justru banyak yang merasa bahagia karena punya banyak teman sesama lansia di sana dan punya banyak kegiatan yang dilakukan bersama sehari-hari?

Fasilitas yang disediakan juga beragam, tentunya dengan biaya yang berbeda juga. Setahu saya juga nama tempatnya belum tentu benar-benar menyebutkan panti jompo, kok, meskipun mungkin ada juga beberapa tempat yang menyebut seperti itu. Penyebutan lainnya misalnya panti werdha, senior living, griya lansia, balai pelayanan sosial, atau nursing home. Yah, biasanya namanya makin keren, biayanya juga lebih mahal wkwkwk, tapi fasilitasnya juga bisa lebih lengkap lho. Ada yang menyediakan fasilitas tenaga medis, pemeriksaan medis tiap bulan, spa/salon, karaoke, olahraga bersama, dan kegiatan lain yang biasanya dilakukan bersama sesuai jadwal. Hmm, kayaknya enak itu mah gak bakal bosen setiap hari, malah seru ketemu teman sesama lansia, berbagi cerita masa muda, kesehatan juga terjamin karena dipantau sama perawat. Anak-anak juga bisa tenang karena orangtua tinggal di tempat yang nyaman dan terjamin.
https://widyasty.com
Banyak panti jompo/senior living yang menyediakan perawat untuk semua penghuninya

KISARAN BIAYA TINGGAL DI PANTI JOMPO

Kalau yang pernah saya dengar, senior living di sekitaran wilayah DKI Jakarta tuh ada yang biayanya mulai dari 4juta/bulan sampai puluhan juta juga ada, tergantung fasilitas dan tipe kamar yang dipilih. Makin enak dan banyak fasilitasnya ya makin mahal. Salah satu portal berita yang pernah mengulas biaya beberapa panti jompo bisa dibaca di sini:  Tarif Bulanan Panti Jompo (Mommies Daily).

Kamu tentunya bisa survey di tempat lain yang mungkin biayanya bisa lebih ekonomis dan sesuai dengan kemampuan. Makanya, kalau kita bisa nabung dari masa muda tuh bisa aja kita pilih fasilitas yang nyaman meskipun biayanya agak mahal. Yang pasti jangan malah jadi merepotkan anak dengan minta dibayarkan biaya bulanannya yaa, kecuali anaknya yang menawarkan dan memang mampu tanpa merusak keuangan rumah tangganya sendiri.

SIAPA AJA YANG BUTUH PANTI JOMPO?

Nah, balik lagi ke pernyataan awal saya tadi, bahwa fasilitas ini mungkin bisa dianggap sama Ibu Risma tidak sesuai dengan konsep dan nilai budaya di Indonesia. Tapi, pasti dari puluhan juta orang, tetap ada yang butuh panti jompo kok. Jadi, gak ada salahnya tempat ini tetap bisa disediakan. Kalau bisa malah harusnya tersebar di semua wilayah, gak cuma di kota besar. Banyak juga kan orangtua yang mau menghabiskan masa tua dengan pensiun di daerah terpencil atau desa-desa, tapi tetap butuh fasilitas yang lengkap dan nyaman.

Coba kita hapus satu poin bahwa panti jompo adalah tempat anak "membuang" orangtuanya. Poin lain nya adalah bahwa panti jompo tetap dibutuhkan bagi sebagian orang, seperti misalnya orang-orang berikut:

✔️ Orangtua yang tidak mau tinggal seatap dengan keluarga anak-anaknya;
✔️ Orangtua yang tinggal jauh dari anak-anaknya dan tetap butuh pendamping;
✔️ Orangtua yang ditinggal anaknya meninggal lebih dahulu dan tidak ada keluarga lain;
✔️ Lansia yang tidak mau menikah atau punya anak;
✔️ Lansia yang tidak punya pasangan, atau ditinggal pasangannya meninggal lebih dulu; 
✔️ Lansia yang mau mandiri dan telah menyiapkan masa tuanya sendiri tanpa bantuan anaknya.

Masih banyak alasan lainnya, yang menurut saya gak mengarah ke tujuan atau alasan yang buruk. Memang mereka memilih sendiri dengan sadar bahwa mereka mau tinggal sendiri di tempat yang nyaman, fasilitas lengkap, tetapi tetap ada pendamping yang menjaganya, meskipun bukan anak mereka sendiri. Anak-anaknya pun tetap masih bisa mengunjungi orangtuanya sesekali, bisa menghabiskan waktu dan kangen-kangenan setelah sekian lama gak bertemu. Lagipula, teknologi jaman sekarang udah canggih banget untuk mendekatkan yang jauh. Jadi, meskipun gak tinggal bersama atau di tempat yang berdekatan, komunikasi yang dijaga akan tetap bisa harmonis tanpa merasa ditinggalkan, diabaikan, atau dibuang oleh keluarga.

Semoga juga, orangtua atau lansia yang terpaksa tinggal di panti jompo dengan alasan tertentu seperti kurang diperhatikan oleh keluarganya, bisa tetap bahagia dan mendapatkan kehidupan yang cukup di panti jompo, karena punya tempat/rumah menetap yang bisa menampungnya. Biar bagaimanapun, panti jompo menurut saya masih tetap lebih baik daripada terlantar di jalanan atau berakhir menjadi pengemis tanpa bisa diketahui kabarnya huhu.

OPSI TINGGAL SELAIN PANTI JOMPO

Kalau ada yang tetap gak setuju sama konsep panti jompo, ya gak apa-apa juga kok. Masih banyak opsi lain, karena balik lagi disesuaikan aja sama kondisi keluarga masing-masing. Beberapa pilihan tersebut seperti misalnya:

✔️ Menabung/patungan dengan anak, membangun rumah bertingkat dengan kamar banyak jika anggota keluarganya banyak. Misalnya lantai bawah 1 kamar untuk orangtua, lantai atas 3-4 kamar untuk keluarga anak (tergantung jumlah keluarganya). Keluarga anak bisa tetap punya privasi dengan ruangannya sendiri di lantai atas meskipun tinggal satu atap, karena orangtua tinggal di lantai bawah. Anak bisa tetap menjaga dan memperhatikan kondisi orangtua karena setiap hari bertemu.
✔️ Membangun rumah di samping rumah anak. Tentunya ini bisa dilakukan jika sudah punya tanah yang luasnya setara dengan 2 bangunan rumah berjajar. Rumah orangtua bisa dibuat seminimalis mungkin dengan spesifikasi rumah lansia supaya ketika sudah tua tidak repot, misalnya jangan dibuat bertingkat, memilih WC duduk, lantai tidak licin, ada pegangan di dinding kamar mandi dan kamar untuk membantu berjalan.
✔️ Jika orangtua memilih membangun rumah pensiun di desa dan jauh dari anak, bisa juga memilih opsi mencari pendamping lansia yang mau tinggal bersama orangtua. Konsepnya ya seperti kita menyewa babysitter tapi untuk orangtua. Tentunya tetap butuh pengawasan anak supaya kita yakin bahwa orangtua bisa dijaga oleh orang yang amanah.
https://widyasty.com
Semua orangtua/lansia berhak menentukan hidup yang nyaman bagi mereka sendiri, apapun pilihannya

Semua opsi tersebut bisa disesuaikan lagi aja, mana yang menurut kita lebih baik dibanding opsi lain. Nah, kira-kira ada ide lain gak supaya kita bisa menghabiskan masa tua dengan nyaman selain di panti jompo? Share opini teman-teman di komentar, yuk! 😊
Sebelum saya bercerita, mohon maaf dulu karena postingan ini sesungguhnya udah TELAT EMPAT BULAN HAHAHA. Soalnya lama nyari fotonya yang lupa disimpen di mana, eh malah keterusan lupa nge-post huhu.

Baiklah, mari kita mulai...

Jogjakarta adalah kota yang panas, setidaknya di bulan Juli (2018). Berada di tengah kota, The Edelweiss Hotel menjadi tempat singgah pilihan kami selama dua hari. Ya, ini adalah perjalanan liburan pertama kami; saya, suami, dan si anak bayi. Karena di tahun ini banyak sekali kebetulan; kebetulan kami sedang ada rejeki lebih, kebetulan Lebaran bulan lalu kami gak mudik, kebetulan kami — dan keluarga dari suami berniat mudik sekaligus mengundang keluarga besar untuk acara pernikahan adik ipar saya di bulan September nanti, kebetulan Biandul sudah bisa berinteraksi dengan orang-orang sehingga bagi kami inilah saatnya mengajaknya pergi ke luar rumah untuk melihat banyak hal yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Saya percaya, meskipun belum sepenuhnya mengerti, bayi itu pintar karena dapat menyerap banyak hal yang ia dengar, lihat, dan rasakan. Jadi, apapun nanti risikonya — keribetan dan kerepotan membawa bayi akan mengurangi keleluasaan kami dalam melakukan banyak hal, mari kita ajak Biandul melihat dunia!

Mertua dan adik ipar saya hanya berencana pergi selama tiga hari; mengunjungi kampung halaman Ibu mertua di Bantul, dan kampung halaman Bapak mertua di Gunung Kidul. Saya paham, kunjungan kali ini adalah untuk kumpul keluarga dan mengenalkan Biandul pada Buyut-Buyut dan Mbah-Mbahnya yang belum pernah ditemui. Jadi, rencana untuk jalan-jalan cuma jadi selipan aja kalau sempat. Dan ya, selama di Bantul, kami cuma bisa curi-curi waktu sejam ke Pantai Goa Cemara, sisanya ya kumpul keluarga saja. Makanya, Ayahnya Biandul berencana extend dua hari untuk kami bisa menikmati kota Jogja. Jadilah kami memilih bermalam di hotel, gak jauh dari Malioboro. Letaknya dekat kampus UNY.

Where is Biandra?
Saya memilih The Edelweis Hotel karena harganya yang lumayan murah dibanding hotel lain di dekat Malioboro hahaha. Soalnya Ayah pasti mau belanja di sana. Kamarnya pun cukup homey, ada kolam renang, dan sepertinya nyaman buat Biandul. Ternyata benar! Bayi ini betah banget gegoleran di kasurnya. Sayangnya agak kesulitan saat mandi karena kamar kami gak ada bak mandi dan hanya pake shower sedangkan Biandul waktu itu belum bisa berdiri sendiri hahaha, jadilah kalo mandiin Biandul ya saya juga ikutan mandi karena basah semua hehe.

Baru sampai, langsung foto-foto. Padahal belum tidur siang tapi anak ini masih girang.

Mukanya sumringaaah kannn

Kantin dilihat dari arah Lobby
Saya order via Traveloka dengan harga mulai dari Rp300,000 dan memilih including breakfast, karena busui laperan mulu euy wkwk, daripada tiap bangun pagi udah pusing nyari dan mikir mau sarapan apa, nanti ujung-ujungnya gak sarapan dan baru jajan pas siangnya. Di breakfast kan juga biasanya pasti ada buah tuh, nah buah ini bisa dimakan buat Biandul, soalnya kalau lagi pergi-pergi gini kan susah untuk sediain buah, gak kayak kalau di rumah sendiri. Biandul makan bubur ayam pas breakfast, cuma pakai bubur dan kuahnya dikit doang. Karena belum tumbuh gigi hihi. Sembari breakfast, saya minta tolong pihak resto untuk masakin bubur semi instan buat Biandul yang saya bawa sendiri, untuk makan siang dan sore. Untung pihak restonya bersedia, alhamdulillaaaah baiknyaaa. Kekurangannya di resto hotel ini, gak menyediakan baby chair huhu, jadilah saya makan sambil mangku Biandul, terus piring makannya pun jadi ditaro jauh-jauh gitu biar gak disenggol si bayi. Terus musti nunggu Ayahnya kelar makan dulu biar gantian gendong Biandul terus Ibuk baru lanjut abisin makannya deh. Tapi suasana restonya enak kok, di dindingnya ada beberapa grafitti, sisi sampingnya ada tanaman hijau dan air mancur. Nah, resto ini ada di bagian depan hotel, sebelum masuk Lobby.

Banyak elemen kayu dan beberapa dinding dikasih gambar, lucuu.

Ada tempat duduk sofa juga di kantin bagian paling luar, dekat Lobby

Ada ayunaaaan, warnanya matching sama piyama Biandul haha

Lobby hotel


Ruang tunggu di Lobby sangaaaat luas dan sofanya juga panjang

Di Lobby, kami check in sambil minta bantuan carikan sewa motor untuk kami pergi-pergi. Nah, pihak hotel ada kerjasama gitu sama beberapa penyewa motor. Pegawainya langsung telpon penyewa motor dan nanti motornya akan diantar ke hotel, lalu kami bayar. Sehari kena biaya Rp100,000 (kalau ke penyewanya langsung sebenarnya harganya cuma Rp80,000 aja). Kamar kami ada di lantai tiga, cus langsung masuk kamar dan bersih-bersih karena udah sore. Niat hati mau nidurin Biandul karena dari siang dia belum tidur, terus Ayah pergi ketemu temennya dekat kampus UNY. Malamnya, kami belanja-belinji ke Malioboro, sambil cari makan lalu pulang ke hotel ternyata sampai jam 10 malan. Kesiaaann nak bayi sampe udah tidur-tidur di jalan uwuwuwu, but thanks for not cranky while we do shopping, baby ;)

Cipak-cipuukk sama bayiii
Besokannya, kita masih bingung mau ke mana. Leyeh-leyeh aja lah. Eh inget kalau di sini ada kolam renang, letaknya di lantai 8. Akhirnya abis breakfast, kita bawa Biandul renang. Kirain kolamnya gede, eh taunya kecil hahaha. Tapi sepi banget. Pas kita ke sini, cuma ada seorang doang lagi ngerokok sambil dengerin musik di ponselnya, gak lama dia pergi. Wah udah kayak kolam renang pribadi aja nih hehehe. Si Ayah mau beli minum di barnya tapi gak ada yang jaga :( dan gak ada tempat untuk taro barang-barang macem tas baju dll gitu, jadi agak kurang leluasa juga. Pas kami lagi renang (dan pastinya foto-foto), ada sekumpulan geng muda yang mau berenang juga. Kayaknya mereka juga lagi bikin konten Instagram wkwk, KONTENNNN BANGET CUYYY. Karena lumayan panas, akhirnya kita udahan aja. Balik kamar. Mandiin Biandul. Masih bingung mau ke mana haha. Tadinya sebenernya mau ngajakin ke Gembiraloka Zoo, tapi Ayah kayaknya gak minat dan dia bilang ke Malioboro lagi aja, terus sorenya ke Keraton Jogjakarta. Ayah mau nyobain jalan tutup mata ke pohon beringin di tengah Alun-Alun hahaha. Pas kita siap, itu udah siang banget dan ternyata panasnya subhanallahhhhh. Di jalan ke Malioboro, kita semacem gak tahan gitu sama panasnya. Biandul pun tertidur di motor karena emang ini jam tidurnya dia sih. Karena kepanasan banget dan kesian ama bayi, kita memutuskan untuk cari makan dan balik ke hotel. Emang deh, jangan banyak ekspektasi kalo pergi ama Ayahnya Biandul, kadang ada aja gak jadinya, atau tau-tau malah ke mana gitu yang gak terencana. Daripada bete yakannn.

Cakep yaa... tanemannya wkwk


Kolam renangnya sepi tapi ya agak kecil gitu


Itu di belakang Ayah ada mini bar tapi kosong, dan cuma bisa taro tas dan baju dll di bangku kecil-kecilnya itu karena gak ada space lagi. Jadi ya kalau rame dan lagi ada yang duduk di bar itu, gak tau deh taro tasnya di mana harusnya.

Deket hotel ada bakmi, enak gitu. Terus kita mampir makan dulu. Biandul bangun ikut makan siang juga (mamam bubur cuy).

Balik hotel, kita masih laper. Pesen lah makanan dari resto hotel aja karena kita udah gak mau ngapa-ngapain karena kepanasan tadi (siapa sih yang bodoh sebenernya yak ini wkwk). Saya pesan tongseng, Ayah nasi goreng kemangi karena pas sarapan dia makan itu dan katanya enak. Pas makanannya sampe, agak kaget juga karena ternyata tongsengnya cuma sekecil mangkok bayi doang wahahaha (rakus sih). Kirain mah porsi gede ya. Tapi ya, namanya pesen di resto hotel masa mau disamain kayak beli tongseng di tukang sate pinggir jalan? Eh eh eh ternyata... RASANYA ENAKKK. Pedesnya pas. Dan gak dikit-dikit amat karena ternyata saya kenyang. Btw, saya baru bisa makan setelah nidurin Biandul huhuff. Abis kelar makan, saya ikutan tidur siang menyusul Biandul — dan ofkors Ayahnya juga ikutan tidur duluan.

BANGUN-BANGUN UDAH JAM LIMA SOREEEE WKWK. Emang staycation ini mah namanya, gak ke mana-mana karena kami adaalaaahhh... Keluarga mageeerrr!


Nonton tipi aja shayyy karena kita adalah... keluarga mageeerrr!

Yak karena udah sore banget, kami mandi ganti-gantian. Selepas mahgrib, kami ke Malioboro. Sebelum ada salah paham, ini yang doyan belanja di sana tuh Ayah yaaa bukan sayaaaaa yang mintak belanjaaa ini ituuuuu. Kebanyakan sih kami beli batik; baju dan bahan buat dijait sendiri. Sisanya beli daster, kolor, baju males yang ada tulisan Malioboro, Jogjakarta, dll dll tuh pasti tau lah ya hehehe. Malam ini kami selesai belanja jam setengah 10, ini juga karena nguber parkiran yang katanya cuma sampe jam 9 doang. Again, Biandul was sooo cooperative karena gak riwil selama jalan. Emaknya agak encok sih tapi ya jalan-jalan sambil gendongin mulu. Karena kita gak pake stroller heuheu. Pulangnya kita cari makan, bungkus bawa ke hotel karena malemnya Jogja dinginnnn bgtttt kasian ama bayi.

Besoknya kami check out dan pulang ke Jakarta.

Well, saya sih seneng ya menginap di sini karena service-nya masih meet the expectation dan gak banyak kurang-kurangnya gitu. Kamarnya juga homey, jauh dari kesan horor lah, atau serem lah, karena emang nyaman banget. Room service-nya cepat tanggap, saya minta cleaning the room pas kita lagi sarapan, dan setelah sarapan eh kamarnya udah rapi lagiii. Terus pas saya butuh hair dryer tuh langsung dianter ke kamar saat itu juga, gak pakai nunggu lama. Dan ternyata kurang lama inepnya huhuhu.

Muka-muka minta diajak jalan-jalan lagi nih
Gapapa gapapa, next kita minta ajak Ayah inep-inep di kota lain lagi yah *bisikin Biandul* wehehehehe.

Nah, buat yang mau inep-inep di sini, bagi saya The Eselweiss Hotel ini cukup recommended. Saya kasih rate ⭐️⭐️⭐️. Bisa pesen via Traveloka karena biasanya harganya lebih mursida alias murah hehehe. Atau yang mau kontak langsung, saya kasih detailnya di bawah yaa. Bye!


The Edelweiss Hotel Yogyakarta
Jalan Affandi No.17C, Klitren, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55222 (Dekat kampus UNY)
(0274) 587111
Older Posts Home

SEARCH THIS BLOG

ARCHIVE

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  April 2025 (1)
      • 4 Tips Sebelum Membeli Baju Busui Friendly
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (7)
    • ►  August 2024 (1)
    • ►  July 2024 (1)
    • ►  June 2024 (3)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  April 2024 (1)
  • ►  2023 (11)
    • ►  October 2023 (1)
    • ►  August 2023 (2)
    • ►  July 2023 (2)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (1)
    • ►  February 2023 (1)
    • ►  January 2023 (3)
  • ►  2022 (16)
    • ►  December 2022 (3)
    • ►  August 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (4)
    • ►  May 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (3)
    • ►  February 2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (50)
    • ►  December 2021 (3)
    • ►  November 2021 (4)
    • ►  October 2021 (8)
    • ►  September 2021 (6)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (5)
    • ►  June 2021 (5)
    • ►  May 2021 (5)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (4)
    • ►  February 2021 (2)
  • ►  2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
  • ►  2019 (7)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (15)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  November 2018 (7)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  February 2018 (5)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (9)
    • ►  July 2017 (5)
    • ►  June 2017 (1)
    • ►  May 2017 (3)

COMMUNITY

BloggerHub Indonesia BloggerHub merupakan komunitas yang menaungi blogger di seluruh Indonesia. Siapapun kamu yang memiliki blog dan aktif dalam dunia ngeblog, dapat bergabung dengan BloggerHub dan mantapkan ilmu blogging-mu di sini.
Mothers on Mission MoM Academy adalah komunitas binaan langsung di bawah Mothers on Mission. Dengan memiliki misi “Mom harus pintar, bahagia dan produktif”, MoM Academy berkembang dengan begitu pesat. Saat ini sudah memiliki pengurus di 6 regional: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Special Regional (Campuran dari luar kota) yang tergabung dalam komunitas WA Group.
Powered by Blogger.
Kumpulan Emak2 Blogger Grup ini dibuat untuk menjalin persahabatan & memfasilitasi semua perempuan yang suka nulis, ngeblog atau sekedar curhat online di media sosial, untuk saling memberikan inspirasi, berbagi karya dan ide-ide positif, sehingga bisa menjadikan tulisannya sebuah karya yang bermanfaat.
Beautynesia Beautynesia is part of Detik Network media portal. 4 years already Beautynesia have became one of the fastest growing Indonesian female media start up. We are now at 30 millions view and continue to grow, our mission is to support Indonesia Female market

ABOUT AUTHOR

Widyanti Asty Hello! Welcome to my site. Please take a seat and enjoy reading. Click HERE to know more about me.

CATEGORIES

PARENTING & FAMILY
PERSONAL STORIES
BEAUTY & SELFCARE
LIFESTYLE
PREGNANCY DIARY
REVIEW
ADVERTORIAL
OPINIONS

GET IN TOUCH

INFORMATION

ABOUT ME
CONTACT ME
MEDIA KIT

Copyright © 2016 Widyanti Asty | Parenting Blogger Indonesia. Created by OddThemes