Untuk Papa yang entah di mana sekarang...
Aku hanya bisa berharap agar Papa dalam keadaan yang paling baik. Maaf untuk jarak kita yang terlalu jauh. Andai bisa terus menjadi kecil, aku tak mau memilih dewasa. Terima kasih untuk mau menyusahkan diri agar aku tetap hidup dalam kecukupan. Tolong berbahagialah dengan apapun yang Papa punya saat ini.
Aku belajar untuk memaafkanmu, bahkan sebelum Papa meminta maaf atas semua kesalahan. Aku belajar untuk tetap menyayangimu, bahkan meskipun aku tak tahu bagaimana caramu di sana mengingatku. Aku belajar untuk merelakan pilihanmu, bahkan jika harus terus berusaha untuk melupakan duka.
Tetaplah jadi Papa yang baik. Tanpa temu dan kata, kita masih bisa saling memegang doa. Restumu tetap kuminta, entah bagaimana caranya. Rinduku tetap mengudara, meskipun tak tahu ke mana arahnya. Darah kita akan tetap mengalir sama, menyentuh semua raga dan jiwa untuk terus merasa terhubung.
Pa, jika suatu saat aku yang lebih dulu pergi, bisa kupastikan hanya cinta yang kubawa mati, bukan benci. Semoga amalku cukup untuk menolongmu. Jika suatu saat Papa yang lebih dulu pergi, aku telah banyak belajar untuk melepas dan merelakan. Aku belajar dari seseorang yang kuharap bisa menggantikanmu untuk menjagaku. Percayakan padanya, aku baik-baik saja.
Selamat hari Ayah.
Kita tak selalu merayakan tanggal istimewa dalam keluarga. Tapi, doaku tak pernah habis dimakan waktu. Semoga Papa mengerti, aku bahagia bukan karena tak menyayangimu. Aku bahagia karena aku tahu, Papa tetap ingin melihatku bahagia. Meski itu artinya harus terpisah denganmu.
Aku hanya bisa berharap agar Papa dalam keadaan yang paling baik. Maaf untuk jarak kita yang terlalu jauh. Andai bisa terus menjadi kecil, aku tak mau memilih dewasa. Terima kasih untuk mau menyusahkan diri agar aku tetap hidup dalam kecukupan. Tolong berbahagialah dengan apapun yang Papa punya saat ini.
Aku belajar untuk memaafkanmu, bahkan sebelum Papa meminta maaf atas semua kesalahan. Aku belajar untuk tetap menyayangimu, bahkan meskipun aku tak tahu bagaimana caramu di sana mengingatku. Aku belajar untuk merelakan pilihanmu, bahkan jika harus terus berusaha untuk melupakan duka.
Tetaplah jadi Papa yang baik. Tanpa temu dan kata, kita masih bisa saling memegang doa. Restumu tetap kuminta, entah bagaimana caranya. Rinduku tetap mengudara, meskipun tak tahu ke mana arahnya. Darah kita akan tetap mengalir sama, menyentuh semua raga dan jiwa untuk terus merasa terhubung.
Pa, jika suatu saat aku yang lebih dulu pergi, bisa kupastikan hanya cinta yang kubawa mati, bukan benci. Semoga amalku cukup untuk menolongmu. Jika suatu saat Papa yang lebih dulu pergi, aku telah banyak belajar untuk melepas dan merelakan. Aku belajar dari seseorang yang kuharap bisa menggantikanmu untuk menjagaku. Percayakan padanya, aku baik-baik saja.
Selamat hari Ayah.
Kita tak selalu merayakan tanggal istimewa dalam keluarga. Tapi, doaku tak pernah habis dimakan waktu. Semoga Papa mengerti, aku bahagia bukan karena tak menyayangimu. Aku bahagia karena aku tahu, Papa tetap ingin melihatku bahagia. Meski itu artinya harus terpisah denganmu.
Nop, 2013